Sabtu, 04 Februari 2017

Kalimatul Haq untuk Tujuan Bathil, Bagian ke-1

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

Alhamdulillahi Rabb al’aalamiina. Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni’mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi’in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua senantiasa istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al’aalamiin.

Insyaa Allah pada hari ini kita selang kembali siirah Rasulullah SAW dengan episode lain yaitu sharing tentang kalimatul haq untuk tujuan bathil. Akhir-akhir ini, ummat Islam sering diserang balik atau dipojokkan dengan menggunakan kalimatul haq; perkataan yang secara aqidah/keyakinan adalah benar seperti logis atau masuk akal atau sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW atau bahkan merupakan ayat-ayat Al-Qur'an Al-Kariim. Tetapi kalimatul haq itu dipakai untuk kebathilan; untuk tujuan yang tidak benar, tidak syah, bahkan untuk tujuaan memecah belah ummat manusia atau mencerai beraikan ummatan wahidah atau mengadu domba antara ummat Islam.                       

Sebelumnya marilah kita lihat dulu definisi atau arti kata al-haq dalam kata kalimat-ul-haq. Kata haq atau al-haq berasal dari bahasa Arab al-haqqu (الحَقُّ) yang berarti benar atau kebenaran (sesuatu yang benar). Kata kerjanya adalah haqqa (حَقَّ) yang berarti dia telah menjadi benar (be or to become true). Jadi kalimat-ul-haq berarti kalimat yang benar, dalam hal ini tentu saja harus merujuk kepada nilai-nilai Islam atau nilai-nilai yang terdapat dalam sunnah Rasulullah SAW dan/atau ayat-ayat Allah, baik ayat yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul berupa kitab suci maupun ayat berupa ciptaan Allah, yaitu kebenaran fenomena alam - makhluk ciptaan Allah Azza wa Jalla.

Sementara kata bathil atau al-bathil berasal dari bahasa Arab al-baathil (البَاطِل) yang berarti salah, dengan cara atau arah yang salah atau dengan hasil atau tujuan yang salah. Kata kerjanya adalah bathala (بَطَلَ) yang berarti dia telah menjadi sia-sia (be useless). Tentu saja referensi yang digunakan untuk menentukan tujuan atau hasil yang salah ini mengacu kepada nilai-nilai Islam universal yang sama yang telah kita sebutkan di atas, yaitu sunnah Rasulullah SAW dan ayat-ayat Allah Azza wa Jalla.                       

Kata kalimat disini, bukan saja sebagai tulisan, tetapi juga sebagai ucapan atau perkataan dan/atau perbuatan. Karena tulisan, ucapan dan/atau perkataan adalah suatu perbuatan atau pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan mulut, tangan atau bagian dari anggota tubuhnya. Jadi pembahasan atau sharing kita kali ini, kalimatul haq untuk tujuan bathil, berhubungan2 dengan perkataan, ucapan dan/atau perbuatan yang benar secara aqidah/keyakinan Islam (al-haq) untuk tujuan atau hasil yang salah, yang tidak benar berdasarkan aqidah/keyakinan Islam (al-bathil). Tentu banyak faktor lain yang terlibat dalam kalimatul haq untuk tujuan kebathilan ini, minimal atau paling tidak ada 3 faktor berikut.  Seperti pelakunya, caranya atau metodanya dan niat atau maksudnya, dimana dalam ajaran Islam disebut sebagai rukun syarat syah dari suatu perbuatan atau amalan.

Pelaku dan cara atau metodanya dapat kita ummat Islam lihat atau ketahui dengan cepat, bahkan banyak orang bisa menjadi saksi atas tulisan, perkataan dan/atau perbuatan yang telah dilakukan oleh si Pelaku. Begitu juga dengan tujuan atau hasil dari tulisan, perkataan dan/atau perbuatan si Pelaku, kadang dapat kita lihat/ketahui dengan cepat tapi kadang butuh waktu lama baru 'kelihatan' hasil atau tujuaanya. Sementara niat atau maksud si Pelaku melakukannya, hanya Allah yang mengetahui dengan pasti. Kita ummat Islam dan orang-orang yang mendengar atau melihat belum tentu mengetahui dengan pasti meskipun si Pelaku memberi tahukan niatnya.                       

Sebelumnya sudah pernah kita bahas bahwa Abu Hurairah RA pernah didatangi oleh setan dalam wujud manusia dan Nabi SAW memberitahukan Abu Hurairah bahwa setan telah berkata benar padamu, padahal setan adalah pendusta. Maksudnya apa yang dia (setan) katakan adalah kalimatul haq (perkataan yang benar) yang diambil dari Al Qur'an yaitu fadhila/keutamaan ayat kursi, tapi dia punya maksud lain - tentu maksud jahad, yang tidak baik atau bathil karena setan adalah musuh yang nyata bagi ummat manusia (HR Shahih Bukhari No 3033 & 4624).

Sebelumnya juga sudah pernah kita bahas mengenai niat bahwa tidak ada orang lain yang mengetahui niat seseorang kecuali diberi tahu oleh Allah Azza wa Jalla. Dalam salah satu episode siirah Rasulullah SAW, Nabi SAW mengirim Usamah bin Zaid RA memimpin expedisi untuk memerangi kaum musyrikin ke Huraqah (diluar kota Madinah). Usamah berkata; Lalu kami memerangi mereka di waktu pagi, sementara diantara mereka ada seeorang apabila bertemu dengan kaumnya mereka menggencarkan permusuhannya dengan kami, namun bila kaumnya mundur ia berbuat baik pada kami. Usamah melanjutkan; Maka aku dan seorang Anshar berhasil mendekatinya, ketika kami telah dekat dengannya, serta merta ia mengucapkan; 'Laa ilaaha Illallah', maka sahabat Anshar mengurungkan niatnya, sementara aku telah membunuhnya. Lalu aku merasa ada ganjalan dalam diriku karena hal tersebut, sehingga kejadian tersebut aku ceritakan kepada Rasulullah. Rasulullah SAW lalu bertanya: 'Kenapa kamu membunuh orang yang telah mengucapkan Laa Ilaaha Illaahu? ' Aku menjawab, Wahai Rasulullah! Sesungguhnya lelaki itu mengucap demikian karena takut akan ayunan pedang. Rasulullah bertanya lagi: Sudahkah kamu membelah dadanya sehingga kamu tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat (karena takut dibunuh) atau tidak? Rasulullah SAW terus mengulangi pertanyaan itu kepadaku hingga menyebabkan aku berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam saat itu.  (HR shahih Muslim No. 140 dan musnad Ahmad No. 20750).                       

Catatan pinggir bahwa keutamaan mualaf atau orang yang baru masuk atau kembali beragama Islam ada beberapa, diantaranya adalah Allah Azza waJalla mengampuni dosa-dosa sebelumnya (QS 8:38). Kemudian Allah juga mencatat semua amal kebaikannya yang telah lalu dan menghapus semua amal buruknya yang telah lalu. Dengan demikian para Mualaf tidak menanggung dosa apapun pada saat dia masuk Islam (HR shahih Muslim No. 173, sunan Nasa’i No. 4912 dan lain-lain). Makanya Usamah RA berandai-andai dia baru saja masuk Islam setelah kesalahan tangan (tidak sengaja) membunuh orang yang sudah membaca kalimat tauhid agar dosanya diampuni Allah Azza waJalla (aamiin yaa Rabb al’aalamiin).

Di dalam episode lainnya lagi juga sudah kita bahas bahwa sekitar tahun 9 Hijriah, Nabi SAW berencana melakukan ekspedisi ke Tabuk menguji ketahanan fisik dan mental pasukan Islam karena mendengar khabar bahwa bangsa Romawi dibawah Kaisar Heraclius membantu kaum munafik di Madinah melalui Abu Amir yaitu pendeta Kristen suku Khazraj Madinah dipengasingan. Disamping bersekongkol dengan Heraclius, Abu Amir juga menggalang bantuan dari kaum munafik Madinah kepada kaum musyrikin Quraisy di Makkah.

Kaum munafiq Madinah ini juga telah membangun sebuah masdjid dan Nabi SAW belum mengetahui maksud mereka membangunnya. Sehari sebelum Nabi SAW berangkat ke Tabuk, mereka datang kepada Rasulullah SAW, meminta agar Beliau SAW mau mempimpin shalat di masjid yang mereka bangun. Kaum munafik mengatakan bahwa masjid tersebut dibangun untuk orang-orang yang tidak kuat keluar di malam yang dingin dan berjalan jauh ke Masjid Nabawi. Atas permintaan itu Nabi SAW menjawab, "Kami sekarang mau berangkat. Insya Allah, nanti setelah pulang."

Sepulang dari Tabuk, beberapa hari sebelum Rasulullah SAW tiba di Madinah, Malaikat Jibril AS menyampaikan berita tentang masjid dhirar yang sengaja mereka (kaum munafik Madinah) bangun atas dasar kekafiran dan bertujuan memecah belah jamaah kaum Muslimin. Begitu mengetahui maksud kaum munafik Madinah, segera Rasulullah SAW mengutus beberapa orang sahabat untuk menghancurkan masjid tersebut sebelum rombongan Nabi SAW datang ke Madinah. Jadi, Allah SWT melindungi Rasulullah SAW dari melaksanakan shalat di masjid tersebut karena niat mereka tidak baik (bathil).

Firman Allah SWT; Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan". Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS 9:107-108).                       

Dari kedua cuplikan episode siirah Rasulullah SAW tersebut jelas bahwa niat hanya Allah yang mengetahui dengan pasti. Sahabat yang sekaligus juga cucu angkat dari anak angkat Rasulullah SAW yaitu Usamah bin Zaid RA telah kesalahan tangan membunuh orang yang telah mengucapkan kalimatul haq, yaitu kalimat tauhid atau kalimat syahadat. Usamah RA mengira mengetahui niat orang tersebut yaitu karena takut mati maka mengucapkan kalimatul haq. Sementara Rasulullah SAW memarahi Usamah karena telah membunuh orang beriman, karena Allah SWT melarang membunuh seorang Muslim (orang sudah bersyahadat) dengan sengaja. Firman Allah SWT: Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS 4:93)

Sementara Rasulullah SAW sendiri juga hampir kesalahan membantu mewujudkan niat kaum munafik Madinah seperti Firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 107-108 di atas. Karena kaum munafiq tidak mengutarakan niat mereka sebenarnya, tetapi mereka telah mengatakan suatu alasan yang benar (kalimatul haq) kepada Nabi SAW, yaitu membangun masdjid biar orang-orang yg tidak kuat dingin atau tidak kuat berjalan ke Masjid Nabawi (atau Masjid Quba) bisa shalat di masjid dhirar tersebut. Tetapi Allah Azza wa Jalla melindungi Nabi SAW dengan cara memberi tahukan niat sebenarnya dari kaum munafik Madinah dalam membangun masjid dhirar tersebut.                       

Sebelum kita tutup bagian pertama ini, perlu kita fahami bahwa semua perbuatan tergantung niatnya dan balasan bagi setiap orang tergantung niatnya (HR shahih Bukhari No. 1, shahih Muslim 3530 dan lain-lain). Meski apa yang diperbuat sama, namun Allah SWT hanya menerima perbuatan orang-orang yang beraqwa, niat yang baik untuk mendapat Ridha Allah Azza waJalla.  Orang-orang yang betaqwa dan melakukan perbuatan dengan niat mencari Ridha Allah, niscaya akan mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat.
Firman Allah dalam surat Asy-Syuuraa ayat ke-20: Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat (QS 42:20). Begitu juga dalam surat Al-Maaidah ayat ke-27: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS 5:27)  

Demikian kita cukupkan sampaikan disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjutkan bagian kedua dari pembahasan Kalimatul Haq untuk Tujuan Bathil ini. Kalau ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada Allah Azza waJalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.

Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.