Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ
Alhamdulillahi Rabb al’aalamiina. Sungguh hanya kepada
Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni’mat yang senantiasa
Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang
mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam (SAW) beserta
keluarga, para sahabat RA, tabi’in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam
sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua senantiasa istiqamah
menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al’aalamiin.
Insyaa Allah pada hari ini kita selang kembali siirah
Rasulullah SAW dengan episode lain yaitu sharing tentang kalimatul haq untuk
tujuan bathil. Akhir-akhir ini, ummat Islam sering diserang balik atau
dipojokkan dengan menggunakan kalimatul haq; perkataan yang secara
aqidah/keyakinan adalah benar seperti logis atau masuk akal atau sesuai dengan
sunnah Rasulullah SAW atau bahkan merupakan ayat-ayat Al-Qur'an Al-Kariim.
Tetapi kalimatul haq itu dipakai untuk kebathilan; untuk tujuan yang tidak
benar, tidak syah, bahkan untuk tujuaan memecah belah ummat manusia atau mencerai
beraikan ummatan wahidah atau mengadu domba antara ummat Islam.
Sebelumnya marilah kita lihat dulu definisi atau arti
kata al-haq dalam kata kalimat-ul-haq. Kata haq atau al-haq berasal dari bahasa
Arab al-haqqu (الحَقُّ)
yang berarti benar atau kebenaran (sesuatu yang benar). Kata kerjanya adalah
haqqa (حَقَّ)
yang berarti dia telah menjadi benar (be or to become true). Jadi
kalimat-ul-haq berarti kalimat yang benar, dalam hal ini tentu saja harus
merujuk kepada nilai-nilai Islam atau nilai-nilai yang terdapat dalam sunnah
Rasulullah SAW dan/atau ayat-ayat Allah, baik ayat yang diturunkan kepada para
Nabi dan Rasul berupa kitab suci maupun ayat berupa ciptaan Allah, yaitu kebenaran
fenomena alam - makhluk ciptaan Allah Azza wa Jalla.
Sementara kata bathil atau al-bathil berasal dari bahasa
Arab al-baathil (البَاطِل)
yang berarti salah, dengan cara atau arah yang salah atau dengan hasil atau
tujuan yang salah. Kata kerjanya adalah bathala (بَطَلَ) yang berarti dia
telah menjadi sia-sia (be useless). Tentu saja referensi yang digunakan untuk
menentukan tujuan atau hasil yang salah ini mengacu kepada nilai-nilai Islam
universal yang sama yang telah kita sebutkan di atas, yaitu sunnah Rasulullah
SAW dan ayat-ayat Allah Azza wa Jalla.
Kata kalimat disini, bukan saja sebagai tulisan, tetapi
juga sebagai ucapan atau perkataan dan/atau perbuatan. Karena tulisan, ucapan
dan/atau perkataan adalah suatu perbuatan atau pekerjaan yang dilakukan
seseorang dengan mulut, tangan atau bagian dari anggota tubuhnya. Jadi
pembahasan atau sharing kita kali ini, kalimatul haq untuk tujuan bathil,
berhubungan2 dengan perkataan, ucapan dan/atau perbuatan yang benar secara aqidah/keyakinan
Islam (al-haq) untuk tujuan atau hasil yang salah, yang tidak benar berdasarkan
aqidah/keyakinan Islam (al-bathil). Tentu banyak faktor lain yang terlibat
dalam kalimatul haq untuk tujuan kebathilan ini, minimal atau paling tidak ada
3 faktor berikut. Seperti pelakunya,
caranya atau metodanya dan niat atau maksudnya, dimana dalam ajaran Islam
disebut sebagai rukun syarat syah dari suatu perbuatan atau amalan.
Pelaku dan cara atau metodanya dapat kita ummat Islam
lihat atau ketahui dengan cepat, bahkan banyak orang bisa menjadi saksi atas
tulisan, perkataan dan/atau perbuatan yang telah dilakukan oleh si Pelaku.
Begitu juga dengan tujuan atau hasil dari tulisan, perkataan dan/atau perbuatan
si Pelaku, kadang dapat kita lihat/ketahui dengan cepat tapi kadang butuh waktu
lama baru 'kelihatan' hasil atau tujuaanya. Sementara niat atau maksud si
Pelaku melakukannya, hanya Allah yang mengetahui dengan pasti. Kita ummat Islam
dan orang-orang yang mendengar atau melihat belum tentu mengetahui dengan pasti
meskipun si Pelaku memberi tahukan niatnya.
Sebelumnya sudah pernah kita bahas bahwa Abu Hurairah RA
pernah didatangi oleh setan dalam wujud manusia dan Nabi SAW memberitahukan Abu
Hurairah bahwa setan telah berkata benar padamu, padahal setan adalah pendusta.
Maksudnya apa yang dia (setan) katakan adalah kalimatul haq (perkataan yang
benar) yang diambil dari Al Qur'an yaitu fadhila/keutamaan ayat kursi, tapi dia
punya maksud lain - tentu maksud jahad, yang tidak baik atau bathil karena
setan adalah musuh yang nyata bagi ummat manusia (HR Shahih Bukhari No 3033
& 4624).
Sebelumnya juga sudah pernah kita bahas mengenai niat
bahwa tidak ada orang lain yang mengetahui niat seseorang kecuali diberi tahu
oleh Allah Azza wa Jalla. Dalam salah satu episode siirah Rasulullah SAW, Nabi
SAW mengirim Usamah bin Zaid RA memimpin expedisi untuk memerangi kaum
musyrikin ke Huraqah (diluar kota Madinah). Usamah berkata; Lalu kami memerangi
mereka di waktu pagi, sementara diantara mereka ada seeorang apabila bertemu
dengan kaumnya mereka menggencarkan permusuhannya dengan kami, namun bila
kaumnya mundur ia berbuat baik pada kami. Usamah melanjutkan; Maka aku dan
seorang Anshar berhasil mendekatinya, ketika kami telah dekat dengannya, serta
merta ia mengucapkan; 'Laa ilaaha Illallah', maka sahabat Anshar mengurungkan
niatnya, sementara aku telah membunuhnya. Lalu aku merasa ada ganjalan dalam
diriku karena hal tersebut, sehingga kejadian tersebut aku ceritakan kepada
Rasulullah. Rasulullah SAW lalu bertanya: 'Kenapa kamu membunuh orang yang
telah mengucapkan Laa Ilaaha Illaahu? ' Aku menjawab, Wahai Rasulullah!
Sesungguhnya lelaki itu mengucap demikian karena takut akan ayunan pedang.
Rasulullah bertanya lagi: Sudahkah kamu membelah dadanya sehingga kamu tahu dia
benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat (karena takut dibunuh) atau tidak?
Rasulullah SAW terus mengulangi pertanyaan itu kepadaku hingga menyebabkan aku
berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam saat itu. (HR shahih Muslim No. 140 dan musnad Ahmad
No. 20750).
Catatan pinggir bahwa keutamaan mualaf atau orang yang
baru masuk atau kembali beragama Islam ada beberapa, diantaranya adalah Allah
Azza waJalla mengampuni dosa-dosa sebelumnya (QS 8:38). Kemudian Allah juga
mencatat semua amal kebaikannya yang telah lalu dan menghapus semua amal
buruknya yang telah lalu. Dengan demikian para Mualaf tidak menanggung dosa apapun
pada saat dia masuk Islam (HR shahih Muslim No. 173, sunan Nasa’i No. 4912 dan
lain-lain). Makanya Usamah RA berandai-andai dia baru saja masuk Islam setelah
kesalahan tangan (tidak sengaja) membunuh orang yang sudah membaca kalimat
tauhid agar dosanya diampuni Allah Azza waJalla (aamiin yaa Rabb al’aalamiin).
Di dalam episode lainnya lagi juga sudah kita bahas bahwa
sekitar tahun 9 Hijriah, Nabi SAW berencana melakukan ekspedisi ke Tabuk
menguji ketahanan fisik dan mental pasukan Islam karena mendengar khabar bahwa
bangsa Romawi dibawah Kaisar Heraclius membantu kaum munafik di Madinah melalui
Abu Amir yaitu pendeta Kristen suku Khazraj Madinah dipengasingan. Disamping
bersekongkol dengan Heraclius, Abu Amir juga menggalang bantuan dari kaum
munafik Madinah kepada kaum musyrikin Quraisy di Makkah.
Kaum munafiq Madinah ini juga telah membangun sebuah
masdjid dan Nabi SAW belum mengetahui maksud mereka membangunnya. Sehari
sebelum Nabi SAW berangkat ke Tabuk, mereka datang kepada Rasulullah SAW,
meminta agar Beliau SAW mau mempimpin shalat di masjid yang mereka bangun. Kaum
munafik mengatakan bahwa masjid tersebut dibangun untuk orang-orang yang tidak kuat
keluar di malam yang dingin dan berjalan jauh ke Masjid Nabawi. Atas permintaan
itu Nabi SAW menjawab, "Kami sekarang mau berangkat. Insya Allah, nanti
setelah pulang."
Sepulang dari Tabuk, beberapa hari sebelum Rasulullah SAW
tiba di Madinah, Malaikat Jibril AS menyampaikan berita tentang masjid dhirar
yang sengaja mereka (kaum munafik Madinah) bangun atas dasar kekafiran dan
bertujuan memecah belah jamaah kaum Muslimin. Begitu mengetahui maksud kaum
munafik Madinah, segera Rasulullah SAW mengutus beberapa orang sahabat untuk
menghancurkan masjid tersebut sebelum rombongan Nabi SAW datang ke Madinah.
Jadi, Allah SWT melindungi Rasulullah SAW dari melaksanakan shalat di masjid
tersebut karena niat mereka tidak baik (bathil).
Firman Allah SWT; Dan (di antara orang-orang munafik itu)
ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada
orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang
mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan
Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak
menghendaki selain kebaikan". Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya
mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu bersembahyang
dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar
takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di
dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri.
Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS 9:107-108).
Dari kedua cuplikan episode siirah Rasulullah SAW
tersebut jelas bahwa niat hanya Allah yang mengetahui dengan pasti. Sahabat
yang sekaligus juga cucu angkat dari anak angkat Rasulullah SAW yaitu Usamah
bin Zaid RA telah kesalahan tangan membunuh orang yang telah mengucapkan
kalimatul haq, yaitu kalimat tauhid atau kalimat syahadat. Usamah RA mengira
mengetahui niat orang tersebut yaitu karena takut mati maka mengucapkan
kalimatul haq. Sementara Rasulullah SAW memarahi Usamah karena telah membunuh
orang beriman, karena Allah SWT melarang membunuh seorang Muslim (orang sudah
bersyahadat) dengan sengaja. Firman Allah SWT: Dan barangsiapa yang membunuh
seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di
dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab
yang besar baginya. (QS 4:93)
Sementara Rasulullah SAW sendiri juga hampir kesalahan
membantu mewujudkan niat kaum munafik Madinah seperti Firman Allah SWT dalam
surat At-Taubah ayat 107-108 di atas. Karena kaum munafiq tidak mengutarakan
niat mereka sebenarnya, tetapi mereka telah mengatakan suatu alasan yang benar
(kalimatul haq) kepada Nabi SAW, yaitu membangun masdjid biar orang-orang yg
tidak kuat dingin atau tidak kuat berjalan ke Masjid Nabawi (atau Masjid Quba)
bisa shalat di masjid dhirar tersebut. Tetapi Allah Azza wa Jalla melindungi
Nabi SAW dengan cara memberi tahukan niat sebenarnya dari kaum munafik Madinah
dalam membangun masjid dhirar tersebut.
Sebelum kita tutup bagian pertama ini, perlu kita fahami
bahwa semua perbuatan tergantung niatnya dan balasan bagi setiap orang
tergantung niatnya (HR shahih Bukhari No. 1, shahih Muslim 3530 dan lain-lain).
Meski apa yang diperbuat sama, namun Allah SWT hanya menerima perbuatan
orang-orang yang beraqwa, niat yang baik untuk mendapat Ridha Allah Azza waJalla.
Orang-orang yang betaqwa dan melakukan
perbuatan dengan niat mencari Ridha Allah, niscaya akan mendapatkan kebahagian
dunia dan akhirat.
Firman Allah dalam surat Asy-Syuuraa ayat ke-20: Barang
siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu
baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan
kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
bahagianpun di akhirat (QS 42:20). Begitu juga dalam surat Al-Maaidah ayat
ke-27: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil)
menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima
dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain
(Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil:
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang
bertakwa". (QS 5:27)
Demikian kita cukupkan sampaikan
disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjutkan bagian kedua dari pembahasan
Kalimatul Haq untuk Tujuan Bathil ini. Kalau ada yang salah, itu semua berasal
dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah, tolong dikoreksi semua
kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada Allah Azza waJalla atas semua
kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik
Allah yang Maha Mengetahui.
Maha suci Engkau yaa Allah, dan
segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya
bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat
kepada-Mu yaa Allah.
Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu
bish-shawaabi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.