Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
Alhamdulillahi Rabb al'aalamiina. Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni'mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi'in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.
Insyaa' Allah hari ini akan kita lanjutkan episode siirah Rasulullah SAW dengan topik atau tentang wahyu kedua dan malaikat Jibril AS. Tapi sebelumnya kita review sedikit tentang berapa hal yang berkaitan dengan wahyu pertama, terutama mengenai cerita atau tuduhan orang kafir bahwa Nabi Muhammad SAW belajar kepada seorang pendeta ketika berumur sekitar 11-12 tahun.
Seperti sudah kita sebutkan sebelumnya bahwa orang kafir menuduh Nabi Muhammad SAW belajar dari seorang rahib atau pendeta di Syam ketika mengikuti paman Beliau SAW berdagang ke Syam. Di dalam cerita disebutkan juga bahwa Nabi SAW ditemani oleh Abu Bakr RA dan Bilal RA. Cerita ini menjadi kontroversi karena versi yang mirip tetapi berbeda (tujuan) juga ada di Hadits Tirmidzi No. 3553.
Pada sa'at wahyu pertama turun kita tahu dari HR syahih Bukhari No. 3, syahih Muslim No. 231, musnad Ahmad No. 24768 dan lain-lain bahwa Nabi SAW pulang ke rumah Khadijah RA dalam keadaan ketakutan hingga menemui Khadijah RA, seraya Beliau SAW berkata: 'Selimutilah aku! Selimutilah aku.' Kemudian kita juga tahu bahwa Khadijah RA mengajak Beliau SAW bertemu dengan Waraqah bin Naufal untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Beliau SAW.
Kalau cerita atau tuduhan orang kafir bahwa Nabi SAW belajar dari pendeta di Syam benar, tentu Nabi SAW sudah tahu atau sudah menunggu-nunggu saat-saat wahyu pertama ini. Tetapi Nabi SAW malah mandah saja ketika dibawa bertemu dengan Waraqah bin Naufal bahkan Beliau SAW kaget dan berkata kepada Waraqah bin Naufal "Apakah aku (Nabi SAW) akan diusir mereka (kaum Quraisy Makkah)?" Kalau cerita atau tuduhan orang kafir ini benar tentu Abdul Mutalib (paman Nabi SAW) juga sudah tahu bahwa Muhammad SAW akan menjadi seorang Nabi dan tentu Nabi SAW lebih senang dibawa menemui paman Beliau SAW (Abdul Mutalib) ketimbang Waraqah bin Naufal.
Kita juga tahu bahwa, meskipun Abdul Muttalib membela Nabi SAW ketika ditolak oleh kaum Quraisy Makkah bahkan diusir atau bahkan mau dibunuh, tetapi Abdul Muthalib sampai akhir hayatnya tidak diketahui apakah merima Islam atau tidak. Mayoritas ulama menyebutkan Abdul Muttalib meninggal tanpa bersyahadat. Sedangkan Abu Bakr RA dan Bilal RA kita tahu merupakan sahabat yang menerima Islam di awal-awal, tetapi bukan saat wahyu pertama ini datang. Apalagi Bilal RA, dia masuk Islam lebih belakang dari Zaid RA – putra angkat Nabi SAW. Jadi dapat kita simpulkan bahwa tuduhan orang kafir tersebut, bahwa Nabi Muhammad SAW belajar dari pendeta di Syam adalah tidak benar sama sekali.
Catatan bahwa menurut para mufasyir iqra' (اقْرَأْ) memiliki dua makna yaitu membaca dari mushaf (lembaran) dan membaca dari hafalan atau ingatan. Kedua makna ini merupakan makna sebenarnya dari kata kerja fi'il amar (perintah) iqra'. Ketika Jibril AS mengatakan iqra' Nabi SAW berpikir bahwa Beliau (SAW) harus membaca dari mushaf, namum maksud Jibril AS adalah membaca dari hafalan atau ingatan (seperti pelajaran dikte atau imlak). Sampai pada perintah ketiga kalinya Jibril AS mengatakan "Baca dengan nama Tuhanmu", yang artinya "bacaan Anda akan datang dari Allah, dengan nama-Nya atau dengan berkat-Nya". Iqra' bismi Rabbika, yaitu qira'at (membaca) dengan nama Allah, mempunyai makna yang sangat mendalam seperti bismillah. Tetapi iqra bismi Rabbika al-ladzi khalaqa, yaitu membaca dengan Nama Tuhanmu yang telah mencipta, bukan dari diri sendiri. Juga, Allah akan membantu Anda dalam pembacaan ini.
Berikutnya Jibril AS mengatakan "khalaqal insaana min 'alaq. Iqra', warabbukal akram". Jadi Jibril mengatakan bahwa Dia (Allah) telah menciptakan manusia dalam semua tahap ini yang berbicara kepada Anda, kamu bacalah dan Tuhanmu Maha baik hati. Iqra' disebutkan dua kali, maksud nya adalah bahwa tugas Anda untuk membaca dan terus mengucapkan (melafazkannya). Iqra' pertama adalah membaca untuk ilmu agama sedangkan iqra' adalah membaca untuk pengetahuan dunia ini. Karena pada ayat berikutnya adalah "Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" (QS 96:1-5).
Jadi Allah memberitahu (memerintah) kita untuk mempelajari pengetahuan agama (wahyuNya) dan ilmu dunia (ciptaanNya) yang berasal dari Allah, maka mempelajari pengetahuan yang berasal dari pena (buku-buk) tapi kita harus ingat bahwa Dialah Yang mengajarkan manusia hal ini. Ayat ini datang kepada sebuah bangsa yang tidak punya peradaban, yang tidak memiliki pena juga tidak tahu bagaimana menulis. Jadi ayat ini mengatakan kepada mereka untuk membaca apa-apa yang orang lain telah tulis dengan pena (buku) dan mereka harus mempelajarinya (melafazhkannya). Dengan demikian tidak aneh bahwa beberapa ratusan tahun kemudian ummat Islam menjadi pelopor dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, matematika, kedokteran dll. Orang-orang dari Eropa seperti Perancis, Inggris dan lain-lain datang ke Spanyol untuk belajar kedokteran dll dan kemudian mereka kembali ke negara mereka untuk mengajar ilmu yang mereka dapat dari Ummat Islam di Spanyol kepada bangsa mereka. Hal ini hanya terjadi karena Allah mendorong ummat Islam untuk membaca pada wahyu pertama.
Baik, mari kita lanjutkan dengan topik kita pada minggu ini yaitu tentang wahyu kedua dan Malaikat Jibril AS. Setelah wahyu pertama turun terjadi kekosongan berberapa lama, para ulama berbeda pendapat, ada yang bilang beberapa hari, ada juga yang bilang beberapa minggu bahkan bulan. Di dalam hadits yang sama yaitu syahih Bukhari No. 3, syahih Muslim No. 231 dan lain-lain bahwa ketika Rasulullah SAW sedang berjalan, Beliau SAW mendengar suara dari langit. Kemudian Beliau SAW memandang dan mencari kearah datangnya suara. Beliau melihat Malaikat yang pernah datang kepada Rasulullah di gua Hira sedang duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Rasulullah kembali ketakutan dan pulang kerumah Khadijah RA dan berkata: "Selimuti aku. Selimuti aku".
Maka saat itulah Allah Ta'ala menurunkan wahyu yang kedua melalui malaikat Jibril AS, yaitu surat Al-Mudatstsir ayat 1-7: Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (QS 74:1-7).
Kemudian Nabi SAW mengatakan dalam hadits yang sama yaitu syahih Bukhari No. 3, syahih Muslim No. 231 dan lain-lain bahwa semenjak itu wahyu turun berkesinambungan.
Terjadi perbedaan pendapat mengenai dimana wahyu kedua ini turun. Sebagian ulama menyebutkan bahwa surat Al-Mudatstsir ayat 1-7 ini turun saat Nabi SAW melihat malaikat Jibril AS. Tetapi sebagian besar ulama menyebutkan bahwa wahyu kedua ini turun di rumah Khadijah RA. Karena ketika Nabi SAW mengetahui bahwa malaikat Jibril AS duduk di kursi antara bumi dan langit, Beliau SAW ketakutan dan pulang ke rumah Khadijah RA. Beliau SAW meminta Khadijah RA selimut untuk menyelimuti Beliau. Ini menunjukkan bagaimana Muhammad SAW adalah seorang manusia biasa, Beliau SAW saat peristiwa turunnya wahyu kedua ini merasa ketakutan melihat sosok Jibril AS dalam bentuk aslinya dan yang sangat besar, dimana Rasulullah SAW melihat Jibril AS duduk kursinya menutupi cakrawala antara bumi dan langit. Ini pasti bukan sosok seperti manusia, seketika itu juga Nabi SAW merasa kedinginan dan gemetar sehingga Beliau SAW segera pulang kerumah Khadijah AS dan minta diselimuti. Jibril AS mengikuti Beliau SAW kerumah Khadijah RA. Ketika itu Beliau SAW sudah merasa tenang dalam selimut (Al-Mudatstsir), barulah Jibril AS menyampaikan wahyu kedua ini.
Di dalam hadits syahih Bukhari No. 4477 yang diriwayatkan oleh Aisyah RA ketika menjawab pertanyaan para sahabat mengenai surat Al-An'am ayat ke-103, Aisyah RA menyebutkan "Hanya saja Beliau SAW pernah melihat bentuk Jibril AS dua kali (dalam bentuk aslinya)". HR syahih Bukhari No. 2995 yang diriwayatkan oleh Aisyah RA menyebutkan bahwa "Beliau melihat Jibril AS dalam bentuk rupa aslinya yang menutupi apa yang ada di antara ufuk langit. Di dalam hadits sunan Tirmidzhi No. 3200 yang diriwayatkan oleh Aisyah RA ketika menjawab pertanyaan yang sama, Aisyah RA menyebutkan "Beliau SAW hanya melihat wujud (asli Jibril AS) dua kali, sekali saat berada di Sidratul Muntaha (ketika Isra' Mi'raj) dan sekali lagi saat berada di Jiyad (tempat di bagian bawah Makkah saat wahyu kedua), ia (Jibril AS) memiliki enamratus sayap yang menutupi ufuk". Banyak lagi hadits yang menyebutkan bahwa Nabi SAW melihat Jibril AS dua kali, dimana Jibril AS digambarkan sangat besar sekali yang menutupi ufuk, antara bumi dan langit, antara Timur dan Barat, dan memiliki enam ratusan sayap.
Jadi dapat dibayangkan bagaimana ketakutan Nabi SAW ketika melihat malaikat Jibril AS dalam bentuk aslinya, sehingga Beliau SAW gemetar, berkeringat dingin dan pulang kerumah untuk menenangkan diri. Kemudian malaikat Jibril AS menyampaikan wahyu kedua ini kepada Nabi SAW ketika masih dalam selimut. Para ulama menyebutkan bahwa turunnya wahyu kedua yaitu surat Al-Mudatstsir ayat 1-7 ini merupakan pengangkatan Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Sedangkan wahyu pertama merupakan pengangkatan Muhammad SAW sebagai Nabiullah. Para ulama menyimpulkan demikian berdasarkan ma'na atau tafsir dari kedua wahyu tersebut.
Dengan turunnya wahyu pertama, menjadikan Muhammad SAW mempunyai informasi tentang membaca, tentang Allah, tentang penciptaan Manusia dan tentang pendidikan atau mengajar sesuai dengan dengan definisi Nabi (نَبِىِّ)– Nabaun (نَبَأٌ) yaitu yang mempunyai informasi. Sedangkan dengan turunnya wahyu kedua, menjadikan Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT untuk berdiri – bergerak aktif memberi peringatan kepada penduduk Makkah dengan neraka jika mereka tidak mau beriman. Untuk agungkanlah Allah dari persekutuan yang diada-adakan oleh orang-orang musyrik Makkah. Untuk meninggalkan perbuatan dosa yaitu menyembah berhala. Dimana hal ini sesuai dengan makna dari Rasulullah (رَسُول الله), yaitu utusan atau pesuruh Allah untuk menyampaikan wahyu yang Beliau SAW terima. Para ulama berpendapat bahwa, sejak wakyu kedua inilah Nabi SAW mulai berdakwah menyampaikan wahyu Allah kepada kaum kerabat Beliau SAW.
Demikian kita cukupkan sampaikan disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjut lagi dengan episode lain dari Siirah Rasulullah SAW. Kalau ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.
Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.
Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.