Assalamu 'alaikum warahmatullahi
wabarakatuhu.
بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ
Alhamdulillahi Rabb al’aalamiina.
Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala
ni’mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam
kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi’in, tabiut tabiahum dan
kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua
senantiasa istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin
yaa Rabb al’aalamiin.
Insyaa Allah pada hari ini kita kembali melanjutkan
sharing tentang siirah Rasulullah SAW dengan episode Perjalanan Israa’ dan
Mi’raaj bagian ke-3. Sebelumnya sudah kita sebutkan bahwa baik kata benda
Mi’raaj (مَعْرَاج)
= tangga, ladder, stair, elevator atau alat untuk naik ke puncak sesuatu maupun
kata kerja ‘araja (عَرَجَ)
= naik, ascend or rise, tidak terdapat dalam surat An-Najm ayat 1-18.
Penggunaan kata Mi’raaj atau ‘araja adalah berdasarkan beberapa hadits
Rasulullah SAW tentang Perjalanan Israa’ dan Mi’raaj yang telah kita sebutkan
sebelumnya.
Di dalam hadits riwayat Shahih Bujhari No. 6963, Musnad
Ahmad No. 12861 dan lain-lain, Rasulullah SAW berkata, “Saat Rabbiku 'Azza waJalla
menaikkanku dalam peristiwa mi'raj (لَمَّا عَرَجَ بِي رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ).”
Atau dalam riwayat lain, Anas bin Malik RAU berkata, “Kemudian Jibril
membawanya (Nabi Muhammad SAW) naik ke langit dunia (ثُمَّ عَرَجَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ
الدُّنْيَا).” Dimana kata ‘araja yang berarti Allah Azza wa-Jalla telah
menaikkan Rasulullah SAW ke langit, digunakan untuk menjelaskan peristiwa
Mi’raaj atau naiknya Nabi Muhammad SAW ke langit. Berdasarkan hadits-hadits ini
para Ulama menyebutkan bahwa yang mengangkat atau menaikkan atau mi’raaj-nya
Nabi Muhammad SAW ke langit adalah atas kehendak (kuasa) Allah Azza waJalla,
bukan usaha aktivitas Nabi Muhammad SAW sendiri.
Sebelum kita lanjut, mari kita bahas dulu sedikit tentang
samaa-a (سماء = langit), jamaknya samaawaat (سماوات = langit-langit). Kata
samaa-a atau samaawaat berasal dari kata kerja samawa (سَمَوَ) = dia laki-laki tunggal telah meninggikan, jadi samaa-a atau
samaawaat adalah kata benda ditempat yang tinggi (hanya Allah yang mengetahui
tingginya). Allah SWT berfirman dalam surat Nuh ayat 15, “Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? (QS
71:15)” Kata sabha samaawaati thibaakan berarti tujuh lapis atau tingkat
langit. Dalam surat Al-Baqarah awal ayat 22, Allah SWT berfirman, “Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap (QS 2:22)” Dalam
surat Fussilat ayat 12 pertengahan, Allah SWT berfirman, “Dan Kami hiasi langit
yang dekat (samaa-a dunyaa) dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. (QS 41:12)” Jadi tujuh langit adalah
langit fisik yang berada di atas kita dan langit ke satu (yang dekat) adalah
langit dunia (bumi kita).
Jadi Malaikat Jibril AS membawa Nabi SAW naik ke langit
dunia (langit pertama). Kemudian Jibril AS mengetuk pintu langit pertama; Malaikat
AS penjaga pintu langit pertama bertanya, “Siapakah kamu?” Jibril AS menjawab, “Jibril.”
Malaikat AS bertanya kepadanya, “Siapakah yang bersamamu itu?” Jibril AS menjawab,
“Muhammad (SAW).” Ditanyakan lagi kepadanya, “Apakah dia telah diutus untuk
menemui-Nya?” Jibril AS menjawab, “Dia telah diutus untuk menemui-Nya.”
Kemudian pintu langit pertama dibukakan bagi kami. Malaikat AS berkata, “Selamat
datang, sebaik-baik orang yang datang telah tiba.”
Hadits ini menunjukkan pada kita bahwa langit ada
pintunya. Pintu langit dikunci atau tertutup dan dijaga oleh Malaikat AS
penjaga pintu langit. Malaikat penjaga pintu langit mencatat/mendata setiap
yang keluar masuk langit. Tidak ada kunci atau kode khusus untuk melewati pintu
langit. Karena para Malaikat; Jibril AS dan Malaikat AS penjaga pintu langit
sudah mengetahui tugas masing-masing (dan tidak mungkin berbohong) maka pintu
langit dibuka setelah mengetahui siapa yang melewat pintu langit. Prosedur
(percakapan antara Jibril AS dengan Malaikat AS penjaga pintu langit) berlaku
untuk langit ke-satu sampai lapisan atau tingkat ke-7.
Maka pintu langit pertama dibuka dan setelah melewatinya Nabi
SAW berjumpa dengan seorang laki-laki berdiri menyambut kedatangan Nabi SAW. Nabi
SAW menggambarkan bahwa orang itu tinggi dan besar. Jibril AS berkata, “Ini adalah
bapakmu, Adam AS. Berilah salam kepadanya.” Maka Nabi SAW memberi salam
kepadanya dan Adam AS membalas salam Nabi SAW lalu dia berkata, “Selamat datang
anak yang shalih dan Nabi yang shalih.”
Kemudian Jibril AS membawa Nabi SAW naik ke langit yang
kedua. Prosedur yang sama kembali terjadi, Jibril AS mengetuk pintu langit.
Lalu dialog antara Malaikat penjaga pintu langit dan Jibril AS. Kemudian pintu
langit dibukakan dan Nabi SAW menjumpai team menyambut. Setelah pintu langit
kedua dibukakan Nabi SAW bertemu dengan dua orang anak bibi Beliau SAW, yaitu
Nabi Yahya AS dan Nabi Isa AS. Jibril AS berkata, “Ini adalah Yahya AS dan Isa
AS, berilah salam kepada keduanya.” Maka Nabi SAW memberi salam kepada keduanya
dan keduanya membalas salam Nabi SAW lalu keduanya berkata, “Selamat datang
saudara yang shalih dan Nabi yang shalih.”
Jadi prosedur yang sama berulang kembali. Di pintu langit
ketiga juga begitu, prosedur yang sama dengan team penyambutannya adalah Nabi
Yusuf AS. Maka pintu dibuka dan setelah Nabi SAW melewatinya, Beliau SAW
berjumpa dengan Yusuf AS. Jibril AS berkata, “Ini adalah Yusuf AS. Berilah
salam kepadanya.” Maka Nabi SAW memberi salam kepadanya dan Yusuf AS membalas
salam Nabi SAW lalu berkata, “Selamat datang saudara yang shalih dan Nabi yang
shalih.” Di dalam hadits riwayat Musnad Ahmad No. 12047 disebutkan bahwa Nabi
SAW berkata, “Ternyata dia (Yusuf AS) diberi separuh ketampanan seluruh manusia.”
Di pintu langit ke-empat juga begitu, prosedur yang sama
dengan team penyambutannya adalah Nabi Idris AS. Maka pintu dibuka dan setelah Nabi
SAW melewatinya, Beliau SAW berjumpa dengan Idris AS. Jibril AS juga melakukan
hal yang sama yaitu memperkenalkan Nabi Idris AS. Jibril AS berkata, “Ini
adalah Idris AS. Berilah salam kepadanya.” Maka Nabi SAW memberi salam
kepadanya dan Idris AS membalas salam Nabi SAW lalu berkata, “Selamat datang
saudara yang shalih dan Nabi yang shalih.”
Di pintu langit kelima dan ke-enam Nabi SAW bertemu
dengan Harun AS dan Nabi Musa AS berturut-turut. Nabi Harun AS dan Nabi Musa AS
mengucapkan salam yang sama dengan yang diucapkan Nabi Idris, Nabi Yusuf AS,
Nabi Isa dan Nabi Yahya yaitu, “Selamat datang saudara yang shalih dan Nabi
yang shalih.” Ketika Nabi SAW meningalkan Nabi Musa AS, dia terus menangis.
Lalu dia ditanya, “Apakah yang menyebabkan kamu menangis?” Musa AS menjawab, “Yaa
Rabb, Kamu telah mengutus pemuda ini setelahku, tetapi umatnya lebih banyak
memasuki Surga daripada umatku.”
Sedangkan di pintu langit ketujuh Nabi SAW bertemu dengan
Nabi Ibrahim AS. Jibril AS berkata, “Ini adalah bapakmu, Ibrahim AS. Berilah
salam kepadanya.” Maka Nabi SAW memberi salam kepadanya dan Ibrahim AS membalas
salam Nabi SAW lalu dia berkata, “Selamat datang anak yang shalih dan Nabi yang
shalih.” Di dalam riwayat hadits Shahih Muslim No. 234, Musnad Ahmad No. 12047
dan lain-lain disebutkan bahwa Nabi SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim AS, dia
sedang berada dalam keadaan menyandarkan punggungnya di Baitul Makmur, pada
setiap harinya tujuh puluh ribu Malaikat AS memasukinya, lalu mereka tidak
kembali lagi, yakni setiap hari tujuh puluh ribu Malaikat AS yang masuk adalah
pendatang baru. Perlu dicatat bahwa lamanya hari di langit ketujuh ini hanya
Allah Azza waJalla yang maha mengetahui.
Sebelum kita tutup, para Ulama mencoba mengambil beberapa
pelajaran dari Mi’raaj Nabi Muhammad SAW ke langit kesatu sampai ketujuh ini.
Kenapa pada setiap pintu langit Allah Azza waJalla mengirim beberapa Nabi AS
untuk menyambut Nabi SAW, kenapa hanya para Nabi tersebut dan kenapa urutannya
seperti itu?
1. Adam AS adalah bapak dari semua umat manusia, sehingga sesuai
baginya untuk menyambut Nabi SAW di pintu langit pertama. Dengan melihat Adam AS
yang diciptakan Allah, tinggal di Jannah, tapi kemudian harus meninggalkan
Jannah untuk sementara waktu tetapi akhirnya kembali ke Jannah, adalah untuk mengingatkan
kepada Nabi SAW akan meninggalkan tempat suci Makkah untuk sementara waktu tetapi
akan kembali ke Makkah.
2. Isa AS dan Yahya AS adalah Nabi yang paling dekat zamannya dengan
Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa Yahudi mencoba
membunuh Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS, begitu juga dengan Nabi Muhammad SAW
bahwa bangsa Arab akan mencoba membunuh Nabi SAW.
3. Saudara sekandung sendiri mencoba telah menganiaya atau
menyakiti Nabi Yusuf AS, tapi akhirnya mereka bertobat dan menerima Nabi Yusuf
AS kembali. Nabi Muhammad SAW pada waktu fathu (penaklukan) kota Makkah juga memaafkan
para kerabat Beliau dari kaum Quraisy sebagaimana Yusuf AS memaafkan
saudara-saudaranya. Dia (Yusuf) berkata: "Pada hari ini tak ada cercaan
terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha
Penyayang diantara para penyayang". (QS 12:92)
4. Allah berfirman tentang Nabi Idris AS dalam surat Maryam ayat
57, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (QS 19:57)” Begitu
juga dengan Nabi SAW, Allah SWT berfirman dalam surat Ash-Sharh ayat 4, “Dan
Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.” (QS 94:4)
5. Nabi Harun AS dihina oleh bangsa Yahudi tetapi kemudian mereka menerimanya
kembali. Begitu juga dengan Nabi Muhammad SAW, dihina oleh bangsa Arab tetapi
kemudian mereka menerima Nabi SAW kembali.
6. Nabi Musa AS memiliki ummat terbesar kedua setelah ummat Nabi
Muhammad SAW, dan juga mempunyai pengalaman yang mirip dengan pengalaman Nabi
SAW. Tetapi Nabi Musa AS memiliki lebih banyak pengalaman karena Nabi Musa
berumur lebih panjang dari Nabi SAW.
7. Nabi Ibrahim AS adalah khalilullah sebagaimana Nabi Muhammad SAW
juga khalilullah. Di dalam hadits riwayat Shahih Muslim No. 827 Nabi SAW
berkata, “Aku berlepas diri kepada Allah dari mengambil salah seorang dari
kalian sebagai kekasih (teman dekat), karena Allah Ta’ala telah menjadikanku
sebagai kekasih sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim AS sebagai kekasih.”
Demikian kita cukupkan sampaikan
disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjut lagi dengan Perjalanan
Israa’ dan Mi’raaj Bagian ke-4 dari episode siirah Rasulullah SAW. Kalau ada
yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari
salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada
Allah Azza waJalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua
yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.
Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala
puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya bersaksi bahwa
Muhammad SAW adalah utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa
Allah.
Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu
bish-shawaabi.
Wassalam