Alhamdulillahi Rabb al’aalamiina. Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni’mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi’in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al’aalamiin.
Insyaa Allah hari ini kita akan lanjutkan topik Siirah Rasulullah dengan episode Rasulullah SAW menikah dengan Khadijah RA. Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa Nabi Muhammad SAW bekerja sebagai gembala seperti para Nabi sebelum Beliau. Dalam hadits shahih Bhukhari No. 2102 dan Sunan Ibnu Majah No. 2140 bahkan Beliau mengatakan "Aku adalah seorang penggembala kambing bagi penduduk Mekkah dengan upah beberapa qirath." Maksudnya adalah setiap satu kambing dengan upah satu qirath. Jadi Beliau disamping mengembala ternak milik paman Beliau, Nabi SAW juga mengembalakan kepunyaan penduduk Makkah lainnya yang membutuhkan tenaga Beliau. Kebetulan kakak perempuan Khadijah RA memiliki kawanan hewan ternak yang membutuhkan jasa untuk untuk mengurus dan membawa hewan ternak merumput di luar Makkah. Dia mempekerjakan dua orang, yaitu Nabi SAW dan seorang pemuda lain.
Setelah selesai penggembalaan mereka harus kembali ke kota (Makkah) untuk mengambil upah. Pria muda bersama Nabi SAW mengajak Nabi SAW kembali dan meminta upah kepada kakak perempuan Khadijah RA. Tapi Nabi SAW merasa sungkan dan malu berhadapan dengan perempuan dan meminta pemuda itu pergi sendiri atas nama Beliau. Jadi pemuda itu datang sendiri kepada kakak perempuan Khadijah RA yang kebetulan pada saat itu Khadijah RA sedang berada di rumah kakak perempuaanya tersebut. Kakak perempuan Khadijah RA merasa heran ketika melihat pemuda itu sendiriaan karena dia menyewa dua orang, dia bertanya kepada pemuda itu kenapa dia sendirian dan mana Muhammad (SAW)? Pemuda mengatakan bahwa Muhammad (SAW) terlalu malu untuk datang dan meminta upahnya kepadanya. Kakak Khadijah RA mengatakan kepada adiknya bahwa dia belum melihat adanya orang yang lebih pemalu, tulus, suci dan mulia dalam berinteraksi denganya (perempuan) seperti Muhammad (SAW). Disebutkan bahwa ini adalah pertama kalinya Khadijah RA mendengar tentang Nabi Muhammad SAW sedemikian rupa dan sangat berkesan dihatinya.
Khadijah RA adalah seorang pedagang (business women) yang terkenal dan kaya raya. Khadijah RA pernah menikah dua kali dan suaminya yang kedua adalah pedagang besar, sukses yang kaya raya. Khadijah RA memiliki anak dari suami yang pertama tetapi tidak memiliki anak dari suami yang kedua. Qadar Allah, karena suami kedua Khadijah RA tidak memiliki sanak keluarga lain dan juga tidak mempunyai keturunan maka Khadijah RA mewarisi semua kekayaan suami yang kedua ini. Jadi selama ini Khadijah RA terus berinvestasi dengan cara bagi hasil dengan pihak lain. Khadijah RA memesan beberapa barang yang yang dibeli di Yaman atau di Busra – Syam (Syiria sekarang, kemudian menjualnya di Makkah atau mengirim dan menjaualnya di Syam atau Yaman, li-iilaafi Quraisyi (kebiasaan kaum Quraisy). Karena Khadijah RA adalah seorang perempuan maka dia tidak leluasa pergi sendiri sehingga ia harus menyewa seorang pengusaha dengan bagi hasil, misalnya 30% buat orang tersebut dan 70% buat Khadijah RA. Tentu saja karena bukan Khadijah RA sendiri yang pergi ke Syam dan Yaman tetapi dia bergantung pada orang uapahan, maka keuntungan yang dia peroleh tidak seperti yang dia harapkan, tergantung kepada sifat orang upahan tersebut, apakah jujur atau tidak.
Jadi ketika Khadijah RA mendengar kakaknya memuji Nabi Muhammad SAW sedemikian rupa dan sungguh sangat berkesan dihati Khadijah RA, dia berfikir untuk menghired Nabi Muhammad SAW untuk berkongsi dagang. Meskipun Nabi SAW hanya mempunyai pengalaman sebagai seorang gembala dan bukan seorang pengusaha bahkan tidak punya pengalaman berdagang sama sekali, tetapi karena kejujurannya, maka Khadijah RA memutuskan untuk menunjuk Nabi Muhammad SAW sebagai kafilah dagangnya. Khadijah RA menaruh kepercayaan kepada pemuda (pada saat itu Nabi SAW berusia sekitar 24/25 tahun) yang dipuji kakaknya sebagai seorang yang jujur, baik dan bersikap menghargai kepada perempuan.
Jadi Khadijah RA mengirim pembantunya dan menyampaikan pesannya kepada Nabi SAW, meminta Beliau untuk mengurus kafilah dagang Khadijah RA. Nabi SAW sebagai seorang pemuda dewasa tentu saja bisa langsung memutuskan tawaran Khadijah RA, tetapi Beliau pergi menemui dan meminta pendapat paman Beliau, Abu Thalib. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Nabi SAW adalah seorang pemuda yang sangat berbakti dan menghormati paman Beliau. Tentu saja Abu Thalib sangat senang dan mengatakan bahwa Allah memberkati Nabi Muhammad SAW dengan kesempatan langka yang ditawari Khadijah RA - perempuan pengusaha terkaya di Makkah. Abu Thalib mengatakan kepada Nabi SAW untuk tidak menolak atau mengatakan tidak peada tawaran Khadijah RA ini. Nabi SAW menyampikan kesanggupan Beliau melalui pembantu Khadijah RA tersebut. Khadijah RA bahkan setuju untuk memberikan Nabi SAW 50% dari keuntungan sebagai insentif. Khadijah RA juga memberikan salah satu pembantunya untuk membantu Nabi SAW membawa kafilah dagang Khadijah RA.
Jadi Khadijah RA mengirim pelayannya Maisarah dengan Nabi SAW pada kafilah dagang Khadijah RA ke Syam. Selama perjalanan dan berinteraksi dengan Nabi SAW, dia (Maisarah) mendapati betapa sempurnanya pribadi Nabi Muhammad SAW. Ketika mereka kembali ke Makkah, Maisarah mengatakan kepada Khadijah RA bahwa Nabi Muhammad SAW seorang yang baik, sopan, santun, jujur, berwawasan (bisa berfikir), tulus dan orang yang shaleh. Apalagi ketika Khadijah RA memperhatikan bahwa meskipun bagian Khadijah RA sama dengan Nabi SAW yaitu 50%, tetapi dia mendapatkan keuntungan jauh lebih banyak (dua tau tiga kali) dari 70% keuntungan jika berkongsi dengan orang lain. Hal ini tentu saja bisa difahami bahwa disamping Beliau bersikap jujur, Allah SWT berkehendak memberkati Nabi Muhammad SAW sama seperti ketika Nabi SAW masih anak-anak bersama Halimah RA – apapun yang Beliau kerjakan mendapat Baraqah dari Allah SWT.
Catatan pinggir bahwa bisnis atau berdagang adalah salah satu cara dimana Allah SWT menyediakan rezeki bagi ummat manusia, begitu juga bagi Nabi Muhammad SAW terutama sebelum masa kenabian. Dalam Hadits Sunan Tirmidzi No. 1130, Sunan Ibnu Majah No. 2130 dan Sunan Darimi No. 2427 bahwa Nabi Muhammad SAW berkata: "Seorang pengusaha atau pedagang Muslim yang dapat dipercaya dan jujur, maka dia akan dibangkitkan di antara para Nabi, orang-orang yang jujur (shiddiqun), dan para syuhada." Dalam pernyataan tegas ini Nabi mengajarkan pada kita bahwa untuk melakukan bisnis dengan cara yang jujur dan dapat dipercaya adalah sesuatu yang sulit, karenanya pedagang Muslim yang bisa melakukannya (jujur dan dapat dipercaya) dibangkitkan diantara para Nabi, shiddiqun dan syuhada.
Keadaan dimana Khadijah RA mulai mengagumi Nabi Muhammad SAW menunjukkan kepada kita pentingnya karakter yang baik dan karakter ini mempengaruhi pada orang di sekitarnya. Secara khusus kita dapat menarik pelajaran bahwa kepercayaan dan kejujuran adalah dua kualitas yang paling penting dari seorang pengusaha atau pedagang sukses. Karakter ini adalah dua kualitas yang membuat Khadijah RA meminta kepada Nabi SAW untuk melakukan bisnis atas nama dirinya. Sebab kedua karakter ini, jujur dan dapat dipercaya, Allah SWT membuka banyak pintu kebaikan bagi Nabi Muhammad SAW.
Jadi kafilah Khadijah RA yang dipimpin oleh Nabi SAW kembali ke Makkah dengan membawa sukses keuntungan yang besar. Ini dengan sendirinya meningkatkan kepercayaan dan emosi Khadijah RA terhadap Nabi Muhammad SAW. Tentu saja tidak ada yang salah dengan perasaan Khadijah RA tersebut mengingat Nabi Muhammad SAW adalah seorang pria muda, tampan dan dari keluarga yang terhormat (Bani Quraisy). Waktu pertama kali Khadijah RA mendengar Nabi SAW dipuji oleh kakak perempuannya, sudah membuat Khadijah RA terkesan. Apalagi dengan bukti yang dilihatnya sendiri, semakin menambah keinginan Khadijah RA untuk mengakhiri masa menjadanya. Khadijah RA menyampaikan keinginannya tersebut kepada seorang teman yang lebih berumur darinya yaitu Nafisah bahwa dia ingin Nafisah mencari tahu jika Nabi Muhammad SAW mau menikah kepada perempuan seperti Khadijah RA.
Singkat cerita, Nafisah melakukan tugasnya dengan baik dan mendapat kesempatan berunding langsung dengan Nabi SAW. Nafisah bertanya kepada Nabi SAW mengapa Nabi belum juga menikah? Nabi SAW karena merasa sudah menjadi yatim piatu sejak dari kecil, mengatakan bahwa siapa yang mau menikah dengan yatim piatu seperti Beliau. Nafisah langsung mejalankan misinya dan mengatakan bagaimana kalau ada perempuan yang mau menikah dengan dengan Nabi SAW, serperti Khadijah RA. Nabi SAW tidak menolak tetapi juga tidak menyetujui secara langsung, yaitu dengan mengatakan mengapa Khadijah RA mau dengan Nabi SAW.
Nafisah kembali kepada Khadijah RA dan menyampaikan khabar gembira ini. Nafisah kemudian menghubungi keluarga Nabi SAW yaitu Abu Thalib dan menyampaikan bahwa Nabi SAW dan Khadijah RA adalah pasangan yang cocok dan tidak ada ‘halangan’ jika keduanya menikah. Tentu saja Nabi SAW dan Abu Thalib bergembira dan menyetujui berita dari Nafisah ini. Khadijah RA meskipun sudah pernah menikah dua kali, tetapi merupakan seorang perempuan yang sukses, baik dan dermawan. Khadijah RA disamping pedagang yang suskes dan kaya juga terkenal dengan kedermawanannya. Khadijah RA terkenal dermawan karena sering membantu fakir miskin, janda-janda tua dan anak-anak yatim piatu.
Ibnu Ishaq (pengarang buku Siirah, abad ke-2 Hijrah) mengatakan pernikahan antara Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA terjadi sekitar 3 bulan setelah Beliau kembali dari Syam. Abu Thalib dan Nabi Muhammad SAW datang menemui keluarga Khadijah RA yaitu pamannya, Amr ibn ‘Assad untuk melamar Khadijah RA. Paman Khadijah RA yaitu Amr ibn Assad merupakan wali nikah Khadijah RA karena bapak Khadijah RA sudah meninggal. Abu Thalib dalam pidato nikah Nabi SAW yang tercatat dalam buku-buku siirah menyebutkan bahwa Abu Thalib mulai pidatonya dengan memuji Allah, kemudian berbicara tentang garis keturunan dan kebanggaan (keberhasilan) dari kaum Quraisy, bahwa bani Quraisy adalah penjaga dari tempat suci Ka'bah dan melayani tamu-tamu Allah, yaitu jema’ah Hajji yang datang ke Makkah. Kemudian Abu Thalib mengatakan bahwa "keponakan saya adalah orang yang tidak ada bandingannya dengan pria muda lainnya, Beliau SAW sopan santun, keturunan bangsawan Quraisy dan melamar putri anda yang mulia (Khadijah RA) dengan mahar 12 ookiya. (nugget perak - jumlah yang sederhana yaitu sekitar $ 400)". Dalam versi lain disebutkan Hamzah RA yang melamar Khadijah RA untuk Nabi SAW dengan mahar 20 ekor unta. Terlepas versi mana yang benar, paman Khadijah RA yaitu Amr ibn ‘Assad berdiri dan berkata "kami tidak bisa menolak dan kami menerima lamaran ini".
Cukup sekian, insyaa Allah minggu depan akan kita bahas kontroversi umur Khadijah RA saat menikah dengan Nabi Muhammad SAW. Semoga bermamfa'at, kalau ada salah, itu berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah. Tolong dikoreksi kesalahan tersebut dan saya mohon ampun kepada Allah atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.
Wallahu a'lamu bish-shawab.