Jumat, 26 Februari 2016

Mataa as-saa'ah (kapan kiamat)?

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Insyaa' Allah hari ini kita akan sharing mengenai hari kiamat. Di dalam Al-Qur'an hari kiamat disamping disebut sebagai al-qiyamah (QS 75:1), juga disebut sebagai al-waaqi'ah (QS 56:1), al-haaqqah (QS 69:1), al qaari'ah (QS 101:1) dan lain-lain. Bagaimana kejadiaan hari kiamat tersebut banyak diceritakan baik di dalam Al Qur'an maupun Hadits. Tetapi kapan terjadinya? Sama sekali tidak  ada satu makhluk-pun yang tahu, hanya Allah yang Maha mengetahui dan hanya pada Allah pengetahuan tentang kapan terjadi hari kiamat tersebut. 

Pertanyaan kapan hari kiamat ini bukan cuman ummat Islam yang bertanya-tanya seperti dalam beberapa hadits disebutkan mataa as-saa'ah (kapan kiamat)? Tetapi orang kafir sekalipun bertanya-tanya ayyaana yaum al-qiyaamah (bila hari kiamat itu)? Dalam hadits malaikat Jibril AS pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, yaitu dalam HR Shahih Bukhari No. 48, Shahih Muslim No. 10, dal lain-lain: 

(Jibril 'Alaihis salam) berkata: Kapan terjadinya hari kiamat? Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan terangkan tanda-tandanya; (yaitu); jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca: Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat (QS 31:34).

Jadi kalau sudah nggak ada yang tahu kapan terjadinya hari kiamat, kenapa masih kita bahas juga? Itu dia masalahnya, karena tidak ada yang tahu maka banyak yang pingin mencari tahu. Apalagi Nabi SAW dalam beberapa hadits memberikan keterangan-keterangan atau tanda-tanda bahwa hari kiamat telah dekat. Nabi SAW tidak melarang kita mencari tahu, bahkan beliau wanti-wanti kalau tanda-tanda itu datang. Pencarian ummat manusia tentang kapan hari kiamat datang ini tidak saja dilakukan oleh ummat Islam tetapi juga kaum ilmuwan, ahli ilmu falak - astronomi, dengan menghitung atau memperkirakan umur ummat manusia, umur bumi bahkan umur bulan dan umur matahari. Karena dengan mengetahui umur-umur tersebut, diperkirakan akhir dari segalanya atau kiamat.

Para ilmuwan memperkirakan umur bumi, bulan dan matahari serta alam semesta sudah milyaran tahun (alias tidak tahu dengan pasti) dan akan berakhir milyaran tahun lagi. Tetapi awal tahun 2015, para ilmuwan menemukan bagian kutub selatan matahari berdiameter 142 milyar km padam (tidak bercahaya) berwarna hitam. Apalagi dengan perubahan cuaca yang sangat radikal dan terjadi bencana alam dimana-mana, memicu ummat manusia baik Muslim maupun Non-Muslim bertanya-tanya? Apakah yang sedang terjadi, apakah dunia akan kiamat, kapan kiamat terjadi?

Bagi kita ummat Islam bahwa kiamat pasti datang. Di dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Allah akan menutup atau memadamkan atau menggulung matahari (QS 81:1) juga menghilangkan cahaya bulan (QS 75:8) atau Allah akan mengumpulkan atau menyatukan kembali bulan dan matahari (QS 75:9) dan lain-lain tanda. Ini semua menjukkan pada kita yang mempunyai akal fikiran dan keimanan bahwa kiamat sudah pasti akan terjadi. Tapi kapan?

Dalam hadits Bukhari No 48, Muslim No 10 dan lain lain telah kita sebutkan diatas bahwa ada lima masa sebelum kiamat. Di dalam HR Musnad Ahmad No. 17680 Rasulullah SAW menyebutkan lima masa sebelum kiamat adalah sebagai berikut:

1. Akan berlangsung nubuwwah (kenabian) di tengah-tengah kalian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya (berakhir) bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. 
2. Kemudian berlangsung kekhilafahan menurut sistim kenabian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya.
3. Kemudian berlangsung kerajaan yang bengis selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya.
4. Kemudian berlangsung pemerintahan yang menindas (diktator) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya.
5. Kemudian akan berlangsung kembali kekhalifahan menurut sistim kenabian. 

Fase ke-1, kita bisa memastikan dengan akurasi yang tinggi bahwa umur Nabi SAW sekitar 63 tahun dan Nubuwwah berlangsung sekitar 23 tahun (13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah) atau berakhir tahun 11H.

Fase ke-2 ada hadits Rasulullah SAW sendiri yang menyebutkan bahwa Khilafah di ummatku selama tigapuluh (30) tahun kemudian setelah itu kerajaan (HR Sunan Tirmidzi No 2152, Musnad Ahmad No. 20910 & 20918). Para ulama sepakat bahwa Khalifatur Rasyidin (Kalifah yang mendapat petunjuk) atau Khalifatur Rasul  (Kalifah yang mengikuti Rasul) yaitu (1) Abu Bakar Sidiq RA, (2) Umar bin Khatab RA, (3) Ustman bin Affan RA, (4) Ali bin Abi Thalib RA dan (5) Hasan bin Ali RA. Meskipun tidak sampai selesai tetapi 6 bulan kekhalifan Hasan bin Ali RA menggenapkan 30 tahun fase ke-2. Jadi akhir fase ke-2 adalah tahun 41H.

Fase ke-3 dimulai dengan dinasti Muawiyah bin Abu Sufyan RA sampai seterusnya yang hanya Allah yang maha tahu kapan pastinya. Karena pada kekuasaan Umar bin 'Abdul 'Aziz (tahun 98-101H), ummat Islam saat itu berharap Umar bin 'Abdul 'Aziz menjadi amirul mu'minin setelah kekuasaan kerajaan yang bengis dan pemerintahan dictator. Maksudnya Fase ke-4 telah berakhir dan Fase ke-5 telah dimulai. 

Tapi para ulama sekarang berpendapat berakhirnya fase ke-3 atau fase mulkan 'aadhdhan yaitu fase kerajaan yang berusaha berpegang teguh (menggigit) pada ajaran Islam adalah saat berakhirnya Kesultanan Turki Ustmaniyyah di tahun 1342H atau 1924M setelah kalah dalam perang dunia ke-1, konspirasi Yahudi dan Barat disamping 'kudeta' dari dalam yang terjadi di jazirah Arab saat itu. Hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Kalau akhir fase ke-3 betul tahun 1342H, maka fase ke-4 yaitu fase mulkan jabriyyah atau fase raja-raja yang menindas atau diktator sudah dimulai sejak tahun 1343H (1924M). Jadi kita sekarang di fase ke-4 dan tidak ada yang tahu kapan berakhirnya sampai Allah berkendak mengakhirinya.

Hadits tentang lima masa penggembala onta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung tinggi sudah beberapa kali dinisbahkan kepada raja-raja atau pemerintah tertentu. Tetapi teknologi dan ilmu pengetahuan semakin maju, gedung-gedung tinggi puluhan tahun bahkan beberapa tahun yang lewat sudah tidak menjadi gedung-gedung tinggi lagi. Entah gedung-gedung tinggi mana yang dimaksud oleh hadits tersebut dan entah raja-raja jabriyyah yang mana yang dimaksud hadits tersebut. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Fase ke-5 entah kapan mulainya karena fase ke-4 belum jelas akhirnya. Namun demikian ada yang mencoba menghitung berdasarkan asumsi bahwa umur bumi atau Nabi Adam AS diturunkan ke bumi 6000 tahun sebelum Masehi. Sementara umur ummat Yahudi (dari Nabi Musa AS) sama dengan umur ummat Nabi Isa AS ditambah ummur ummat Nabi Muhammad SAW yaitu 2000, sedangkan Nabi Lahir tahun 570M. Jadi umur ummat Nabi Muhammad SAW adalah 1400 tahun lebih dan lebihnya sampai 100 tahun. Dengan demikian umur ummat Nabi Muhammad SAW kurang lebih 1500 tahun. Ada beberapa metoda lagi yang hasilnya menyebutkan bahwa umur ummat Islam antara 1400-1500 tahun tersebut sebelum kiamat datang.

Tentu saja perhitungan umur ummat manusia ini sangat problematik mengingat Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW tidak pernah menyebutkan kapan turunnya Nabi Adam AS kedunia apalagi umur dunia - tidak disebutkan di dalam Al-Qur'an dan Hadits. Kapan turunnya Nabi Adam AS dan usia bumi hanya ada dari sumber-sumber Yahudi. Jelas sekali asumsi atau sumber ini tidak bisa dipakai karena Yahudi laknatullah membunuh para Nabi dan menganti-ganti kitab Taurat serta Injil. Yahudi tidak dapat atau tidak bisa dipercaya.

Dalam hadits yang mutawattir, Nabi SAW berkata bahwa akan datang kepada kalian Hari Kiamat, sedang jarak antara saya diutus dan hari Kiamat segini dengan menunjukkan dengan kedua jarinya, telunjuk dan jari tengah, Kiamat akan datang kepada kalian pada pagi atau sore hari. Siapa yang meninggalkan harta, sungguh harta itu menjadi hak keluarganya dan siapa yang meninggalkan hutang atau dloya' maka itu menjadi hakku dan menjadi tanggunganku. Dloya' yaitu anaknya yang dalam keadaan miskin (HR Shahih Bukhari No. 4889, Shahih Muslim No. 5245 dan lain-lain - lebih dari 30 hadits).

Para ulama menerjemahkan - memahami hadits ini bermacam-macam. Ada yang memahami dengan perbedaan tinggi kedua jari, ada yang memahami dengan celah antar dua jari. Salah satunya menyebutkan bahwa lamanya/kurun waktu sejak Nabi Adam AS diturunkan ke Bumi sampai sebelum Nabi Muhammad SAW di utus adalah jarak/lebar/besar satu jari telunjuk. Umur Nabi SAW adalah jarak antara jari telunjuk dengan jari tengah yang dirapatkan - celah antara dua jari. Sementara kurun waktu setelah Nabi SAW wafat sampai hari kiamat adalah jarak/lebar/besar jari tengah.

Berapa lama kurun waktu antara Nabi Adam AS dengan Nabi Muhammad SAW? Tidak ada yang tahu dengan pasti, hanya Allah yang tahu (wallahu a'lamu bishshawabi). 

Kalau kita hitung/perkirakan berdasarkan hadits ini, jarak antara (sisi dalam) jari telunjuk dan (sisi dalam) jari tengah yang dirapatkan adalah sekitar 63 tahun kurang-lebih (umur Nabi SAW), berapa jarak dari sisi luar jari telunjuk ke sisi dalam jari telunjuk? Atau berapa lama kurun waktu antara Nabi Adam AS diturunkan dengan Nabi Muhammad SAW datang/lahir?

Kalau kita menggunakan hadits lain tentang jumlah Nabi sejak Nabi Adam AS adalah sekitar 124 ribu orang dan jumlah Rasul 315 orang (HR Musnad Ahmad No. 21257). Kemudian kita asumsikan setiap generasi (25 tahun) diutus satu orang Nabi, maka waktu antara Nabi Adam AS dengan Nabi Muhammad SAW adalah 3.1 juta tahun. 

Catatan bahwa ada kalanya jarak antara Nabi lima ratusan tahun dan beberapa generasi tanpa Nabi. Tapi ada juga 2 orang Nabi selaligus diutus pada satu generasi. Allah menyebutkan dalam Al Qur'an  di akhir ayat 38 surat Al Furqan bahwa "dan kurun-kurun (waktu) antara demikian (kaum 'Aad dan Tsamud) sangat banyak (katsir)". Kalau Allah menyebutkan sangat banyak (tidak terhitung) generasi antara kaum 'Aad (ummat Nabi Huud AS) dengan kaum Tsamud (ummat Nabi Shalih AS) maka tidak hanya 20 generasi (500-san tahun) tetapi jauh lebih banyak dari itu.

Sementara kalau kita menggunakan sciense yaitu dengan isotop decay time (waktu peluruhan unsur atom tertentu). Para ahli Paleoanthropology membuktikan manusia modern tertua yang ditemukan (keturunan Nabi Adam AS - entah generasi keberapa) telah mendiami bumi sejak 160-180 ribu tahun SM yang lalu. Berarti waktu antara Nabi Adam AS dengan Nabi Muhammad SAW jauh lebih lama lagi dari 180 ribu tahun tersebut. Pendapat atau asumsi ini bisa benar sampai kelak ditemukan fosil manusia modern (keturunan Nabi Adam AS) lain yang lebih tua dari 180 ribu tahun. Untuk sementara asumsi ini bisa dipakai.

Kembali kepada Hadits mutawattir tentang jarak Nabi SAW diutus dengan hari kiamat seperti dua jari telunjuk dan tengah. Jika yang dimaksud adalah lebar jari tengah dan jari telunjuk - bukan perbedaan panjangnya. Maka jarak sisi luar jari telunjuk dengan sisi dalam jari telunjuk (kurun waktu Nabi Adam AS dengan Nabi Muhammad SAW) adalah antara 180 ribu - 3.1 juta tahun. Jarak sisi dalam jari tengah dengan sisi luar jari tengak (kurun waktu Nabi SAW wafat sampai dengan hari kiamat) adalah kurang lebih sama dengan jarak antara sisi luar dan sisi dalam jari telunjuk, karena besar kedua jari hampir sama? Wallahu a'lamu bishshawab - nggak ada yang tahu dengan pasti.

Tapi kalau yang dimaksud adalah perbedaan panjang maka jari telunjuk dan jari tengah. Maka tergantung berapa bagian perbedaan panjang rata-rata kedua jari tersebut. Jika diasumsikan perbedaan rata2 adalah 1/14 bagian maka umur ummat Nabi Muhammad SAW sampai hari kiamat adalah 1/14 dari (180 ribu sampai 3.1 juta) tahun.

Jadi mataa as-saa'ah, kapan kiamat datang? Wallahu a'lamu bishshawab.

Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang hari qiyamat. Katanya; Kapan terjadinya hari qiyamat?. Beliau balik bertanya kepada orang itu; Apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapinya?. Orang itu menjawab; Tidak ada. Kecuali, aku mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam. Maka beliau berkata: Kamu akan bersama orang yang kamu cintai. Anas berkata; Kami belum pernah bergembira atas sesuatu seperti gembiranya kami dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu: Kamu akan bersama orang yang kamu cintai. Selanjutnya Anas berkata; Maka aku mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Abu Bakr, 'Umar dan aku berharap dapat berkumpul bersama mereka disebabkan kecintaanku kepada mereka sekalipun aku tidak memiliki amal seperti amal mereka" (HR Shahih Bukhari No. 3412, 5705, 6620, Musnad Ahmad 12674).


Semoga bermamfa'at, kalau ada yang salah mohon koreksinya, itu berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah. Kepada Allah Azza wa Jalla saya memohon ampun atas segala kesalahan dan kekhilafan.




--

Wassalam,
Aba Abdirrahim

Jumat, 19 Februari 2016

Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Sahabat semua, alhamdulillah kita masih diberi Allah SWT kesempatan (hidup), nikhmat dan karunia yang melimpah sampai hari ini sehingga kita masih dapat melanjutkan sharing kajian agama Islam. Insyaa' Allah kita lanjutkan kajian siirah Rasulullah SAW dengan topik Kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Beberapa waktu yang lewat telah kita bahas tentang Nasab atau Silsilah Nabi Muhammad SAW dan Bani Quraisy. Kita telah membahas bahwa Abdul Muthalib yaitu kakek Nabi SAW berencana menunaikan nazarnya untuk mengorban salah seorang dari anaknya, yaitu Abdullah. Tetapi atas desakan dan saran suku Quraisy pada saat itu Abdul Muthalib menerima saran atau nasehat orang tua untuk mengganti Abdullah dengan 100 (seratus) ekor onta. Dengan demikian Abdullah tidak jadi dikorbankan, tetapi diganti dengan mengorbankan 100 ekor onta.

Pada saat itu umur Abdullah sekitar 16 - 17 tahun. Penggantian nyawa Abdullah dengan 100 ekor onta ini, menjadi syariah atau kaidah fiqih dikemudian hari yang dapat kita lihat di dalam hadits riwayat Musnad Ahmad No.6737, Sunan Tirmidzhi No. 1308 dan Ibnu Maajah No. 2616. 

Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka permasalah itu diserahkan kepada wali kurban, jika mereka berkehendak mereka boleh meminta qishas (balas bunuh), dan jika mereka berkehendak mereka boleh meminta tebusan, yaitu tiga puluh ekor hiqah (unta yang telah berumur empat tahun), dan tiga puluh jadza`ah (unta perempuan yang telah berumur lima tahun), serta empat puluh khaliqah unta yang sedang hamil). Adapun jika mereka mengajak damai dengan sesuatu maka itu menjadi hak mereka, dan itulah denda.

Tidak lama setelah kejadian itu - penggantian korban dengan 100 ekor onta. Pada saat Abdullah berusia 18 tahun, Abdul Muthalib memilih atau melamar putri dari kepala Bani Zuhra yang bernama Aminah binti Wahab untuk dinikahkan dengan Abdullah. 

Singkat cerita Abdullah menikah dengan Aminah beberapa hari sebelum kafilah dagang ke syams berangkat dari Makkah. Menurut siirah, pengantin baru Abdullah dan Aminah cuman bersama selama seminggu sebelum ia (Abdullah) ikut berangkat ke syams - rihlatashitaai wasaif - bepergian pada musim dingin dan musim panas (QS 106:2).

Jadi dalam waktu seminggu menikah, Abdullah harus meninggalkan Aminah dan pergi berdagang ke Busra di Syams bersama rombongan kafilah dagang dari Makkah. Dalam perjalanan kembali pulang Abdullah merasa sakit berat dan pada saat ia tiba di Yatsrib, ia mengatakan kepada rombongannya bahwa ia akan tinggal di Yatsrib dengan kerabatnya sambil memulihkan kesehatannya  dan tidak ingin mengganggu rombongan dagang. Sebagaimana yang telah kita bahas sebelumnya bahwa ibu Abdul Muthalib berasal dari Yatsrib - jadi kerabat dari nenek Abdullah. Apakah kebetulan? Tentu tidak, Allah SWT telah merencanakan dan rencana Allah adalah sebaik-baiknya rencana. Jadi Abdullah tinggal di Yatsrib - pada saat kafilah datang kembali, Aminah diberitahu bahwa Abdullah sakit di Yatsrib. Tidak berapa lama datang berita berikutnya bahwa Abdullah telah meninggal. Tidak ada yang tahu di mana ia dimakamkan. Jadi Aminah menjadi seorang janda muda di umur 18-19 tahun dan sedang hamil keturunan Abdullah. 

Catatan pinggir bahwa kafilah dagang Li-iilaafi Quraisy ini berpergian ke Syams di musim panas dan ke Yaman di musim dingin. Kalau kita hitung balik dengan kalender Masehi maka awal musim panas di Jazirah Arab adalah akhir Juni atau awal July. Kalau Abdullah menikah dengan Aminah di akhir bulan Juni /July maka dia masih sempat ikut  rombongan dagang yang berangkat sekitar bulan July/Agus awal atau pertengahan tahun 569 M atau setara dengan bulan Jumadil Awal/Akhir (bulan ke-5/6) 54 tahun sebelum Hijrah.

Jadi Aminah telah mengandung Nabi Muhammad SAW dan Nabi SAW sudah menjadi anak Yatim (ditinggal Bapaknya) sejak masih di dalam kandungan. Sebagaimana kita tahu bahwa Nabi SAW dilahirkan pada tahun Gajah. Jadi Allah SWT melindungi Nabi SAW pada saat terjadinya serangan pasukan Gajah Abrahah yang mencoba menghancurkan ka'bah dengan mengirim pasukan burung Ababil (berbondong-bondong). 

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (QS 105:1-5)

Catatan pinggir kembali bahwa telah kita bahas sebelumnya bahwa penyerang pasukan Gajah Abrahah ini terjadi karena bangsa Arab Qahtani di Yaman masih pergi ke Makkah menunaikan ibadah Haji sementara Abrahah sudah membuat Katedral megah dan besar di Yaman agar tidak ada yang pergi menunaikan ibadah Haji ke Makkah. Abrahah sangat murka begitu mengetahui bangsa Arab Qahtani di Yaman masih pergi ke Makkah. Kalau kita hitung balik dengan kalender Masehi maka bulan Dzulhijjah (bulan ke-12) di tahun 54 sebelum Hijriah atau jatuh pada bulan February 570M. Kemungkinan penyerangan pasukan Gajah Abrahah ini terjadi di bulan Maret - April 570M setelah musim Haji (bulan Muharram atau Shafar 53 tahun sebelum Hijriah), dimana Aminah sedang hamil tua.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam (SAW) dilahirkan ditahun Gajah. Nabi SAW lahir ditahun Gajah ini juga berdasarkan perkataan seorang Sahabat ketika ditanya Utsman bin Affan RA "Apakah anda lebih tua ataukah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Sahabat tersebut menjawab "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih besar (kabir) segala-galanya dari padaku sekalipun dari sisi usia aku lebih dahulu dilahirkan dari pada Beliau, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dilahirkan pada tahun Gajah" (HR Sunan Tirmidzi No. 3552).

Kemudian Nabi SAW waktu ditanya para Sahabat kenapa puasa pada hari Senin, Beliau menjawab karena pada hari Senin Beliau dilahirkan kedunia (HR Shahih Muslim No. 1978 dan Musnad Ahmad No. 21508). 

Sedangkan mengenai Bulan, para (mayoritas) ulama sepakat bahwa Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada bulan Rabi'ul Awal (bulan ke-3) tahun Hijriah. Tapi untuk tanggal jelahiran Nabi SAW para ulama berbeda pendapat, ada tang bilang tanggal 2, 8, 10, 12, 17 dan 22 Rabi'ul Awal. Karena Ibnu Ishaq di dalam buku Siirah yang menjadi referensi awal menyebutkan Nabi SAW lahir tanggal 12 Rabi'ul Awal, maka ummat Islam menerima sebagai 'official' tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Terlepas dari kontroversi tanggal dan asumsi2 yang digunakan, berdasarkan ilmu falak dan astronomi, kalau dihitung balik berdasarkan beberapa informasi yang ada, maka Hari Senin di Bulan ke-3 (Rabi'ul Awal) di tahun Gajah (53 tahun sebelum Hijrah) tersebut adalah jatuh pada tanggal 5 May 570M. Bulan May tahun 570M ini sekitar sebulan setelah kegagalan serangan pasukan Gajah Abrahah.

Catatan tambahan bahwa kalau dihitung balik dengan asumsi usia kandungan Siti Aminah adalah 9 bulan 10 hari atau 280 hari maka kemungkinan besar pernikahan Abdullah dengan Aminah terjadi pada minggu terakhir bulan July 569M dan Kafilah dagang Abdullah mungkin yang terakhir berangkat ke Syams di awal bulan Agustus 569M.

Demikian, kalau ada yang salah semua karena kesalahan saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah. Untuk itu saya mohon koreksinya dan kepada Allah Azza wa Jalla, saya mohon ampunan atas segala khilaf dan salah. Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawabi.


--

Wassalam,
Aba Abdirrahim

Jumat, 12 Februari 2016

Mengapa Bangsa Arab

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Insyaa' Allah hari ini kita akan sharing mengenai Mengapa Jazazirah Arabia tempat risalah terakhir yaitu Islam, bukan Syam, bukan Persia, bukan Nicea, bukan China, bukan India dan lain-lain. Toh pada saat itu - sebelum wahyu pertama diturunkan, semua dunia baik Jazirah Arabia maupun bagian Syam, Persia dan lain-lain sama-sama dalam kegelapan jahiliyah kalau dipandang dari agama Islam. 

Jazirah Arab seperti kita bahas sebelumnya telah diliputi kegelapan jahiliyah. Bangsa Arab di Makkah zaman kegelapan tersebut menyembah berhala Hubal (HR Shahih Bukhari No. 1136, Shahih Muslim No. 5096, Musnad Ahmad No. 20297 dll), begitu juga bangsa Arab diluar Makkah seperti penduduk Thaif menyembah berhala Lata, penduduk Qudaid - pantai laut merah sejajar Jeddah, penduduk wadi Nakhlah menyembah berhala Uzza (QS 53:19-20) dan mereka juga menyembah kembali berhala-berhala kuno ummat Nabi Nuh AS yaitu Wadd, Suwwa', Yaghuts, Ya'ug dan Nasr (QS 71:23). Bukan itu saja, bahkan bangsa Arab Jahiliyah juga membunuh/mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka (QS 81:8-9).

Begitu juga dengan penduduk diluar Jazirah Arab sama-sama dalam kegelapan jahiliyah. Bangsa Persia, mereka menyembah api dan bangsa Asia Selatan seperti India, mereka menyembah dewa-dewa. Bangsa Romawi dan Eropa menuhankan Nabi Isa AS dan ibundanya Siddiqah Maryam disamping mempersonafikasikan Allah sebagai Bapa yang mempunyai anak Isa AS. Na'udzubillah min dzalik tsumma na'udzubillah. Kegelapan jahiliyah penduduk dunia saat itu sudah sampai pada puncaknya.

Jadi Allah Azza wa Jalla, berkendak untuk mengeluarkan ummat manusia dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya terang benderang seperti Firman Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 1.

Jika bangsa Arab sama buruknya atau sama jahatnya atau sama sesatnya dengan bangsa-bangsa lain di dunia, kalau semua bangsa dalam kegelapan jahiliyah yang sama, kenapa bangsa Arab atau jazirah Arabia yang dipilih Allah SWT tempat lahir Nabi Muhammad SAW? Mengapa tidak orang-orang Romawi yang peradabannya lebih perkasa? Atau Persia yang memiliki peradaban kuno? Mengapa memilih orang atau gurun gersang yang tidak memiliki apa-apa - bahkan tidak memiliki persatuan atau pemerintahan. Mengapa masyarakat Arab yang dipilih? 

Kita sebagai ummat Muslim tidak akan mempertanyakan keputusan atau taqdir Allah SWT. Karena Allah tidak akan ditanya apa yang diperbuat, sebaliknya manusialah yang ditanya mengenai apa yang mereka perbuat (QS 21:23). Sesungguhnya ilmu Allah meliputi segala sesuatu (QS 9:115) dan kita tidak bakal mengetahuinya kecuali mencoba mengambil hikmat atau pelajaran dari setiap kejadian (QS 2:269).

Berikut beberapa analisa para Ulama siirah tentang Bangsa Arab:

1. Bangsa Arab dan jazirah Arabia berada di antara dua keluasaan adidaya utama pada saat itu yaitu Romawi dan Persia. Lebih tepatnya Bizantium dan Sasania. Jadi jazirah Arabia tepat berada di tengah antara daerah kekuasaan Bizantium dan Sasania. Menurut catatan sejarah bahwa perang telah berlangsung selama 400-san tahun antara Bizantium dan Sasania, tetapi bangsa Arab atau Jazirah Arabia tidak terlibat sama sekali meskipun berada diantara keduanya. Jadi secara geografis bangsa Arab dan Jazirah Arabia bukan bagian dari kedua kekuasaan adidaya utama saat itu namun terhubung kepada kedua kekuasaan adidaya tersebut. Memang bangsa Arab belakangan setelah menjadi bangsa atau menjadi ummat Islam, menaklukkan kedua kekuasaan/negara adidaya tersebut. Jadi dengan terhubungnya jazirah Arabia kepada kedua adidaya tersebut, Allah menghendaki ummat Islam menaklukkan mereka. 

2. Bangsa Arab tidak pernah memiliki sejarah perperangan terhadap kedua negara adidaya tersebut karena mereka bangsa Arab sibuk bertempur sesama mereka sendiri, antara suku-suku bangsa Arab. Sementara kedua negara adidaya tersebut juga saling berperang selama kurun ratusan tahun. Mereka sama sekali tidak mengganggap bangsa Arab sebagai ancaman atau bangsa yang ditakuti. Ketika pasukan ummat Islam yang terdiri dari sebagian besar bangsa Arab pertama kali menuju kawasan kekuasaan Romawi atau Persia - negara adidaya tersebut menertawakan dan melecehkan pasukan bangsa Arab ini: "Kalian ingin menantang atau memerangi kami dengan pasukan seperti ini, pulanglah, nanti kami bagi beberapa koin emas buat kalian, sungguh menyedihkan?" Bahkan bangsa Persia atau Sasania memperlakukan pasukan bangsa Arab sebagai anak-anak! Karena mereka tidak percaya kelompok seperti itu yang berasal dari jazirah Arabia akan menyerang mereka. Jadi keberadaan bangsa Arab yang datang dari jazirah Arabia pada pasukan ummat Islam tidak pernah diperhitungkan dan diantisipasi oleh kedua negara adidaya tersebut - ini merupakan kejutan yang mematikan/menghancurkan kepada kedua negara adidaya tersebut.

3. Bangsa Arab tidak memiliki peradaban unik yang khas mereka sendiri. Yang dimaksudkan dengan tidak memiliki peradaban adalah bangsa Arab tidak memiliki pemerintahan bersatu - tidak ada persatuan antara suku-suku bangsa Arab. Dengan demikian bangsa Arab tidak memiliki hukum dan peratuan yang dipatuhi bersama - masing-masing suku mempunyai hukum dan peraturan mereka sendiri. Bangsa Arab tidak memiliki sastra, seni dan arsitektur tersendiri (tapi bangsa Arab memiliki puisi). Sementara  bangsa Romawi dan Persia memiliki semua itu, bahkan peninggalan atsitektur dan bekas istana mereka masih ada sampai saat ini. 

Islam datang dan memberi bangsa Arab izzah (kehormatan) dan membuat mereka menjadi legenda. Allah SWT berfirman dalam surat Al Anbiya ayat 10:

Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?

Jadi, sebelumnya bangsa Arab sama sekali tidak memiliki warisan kebudayaan - sebelum Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (dalam bahasa Arab). Memang sekarang Al-Qur'an (seolah-olah) identik dengan bangsa Arab karena diturunkan dalam bahasa Arab. Al Qur'an menjadi warisan bangsa Arab dan orang memandang bangsa Arab karena Al-Qur'an. 

Jadi dengan demikian, karena tidak memiliki peradaban maka ketika Islam datang, akan membuat lebih mudah bagi bangsa Arab untuk mengembangkan budaya baru yang unik dan komprehensif berdasarkan syariah Islam. Jika Islam datang ke bangsa Romawi atau Persia, dapat dibayangkan betapa sulitnya perjuangan Nabi Muhammad SAW harus melawan status quo - yang sudah mapan dan terstruktur pada tempat dan waktu itu. Tapi jazirah Arab adalah seperti sebuah pot yang kosong dan siap untuk diisi. Untuk pertama kalinya, semua suku-suku bangsa Arab bersatu adalah ketika sudah berada di bawah syariah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

4. Bakkah adalah tempat dimana bangunan atau rumah pertama yang dibangun di permukaan bumi oleh Nabi Adam AS untuk menyembah Allah yaitu ka'bah atau baitullah. Setelah banjir Nabi Nuh AS, Ka'bah dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim dan Ismail AS, sehingga tempat itulah (Bakkah atau Makkah) yang paling tepat menjadi tempat untuk agama atau syariah Islam yang universal diturunkan. Syariah lain dikirim kepada bangsa-bangsa tertentu seperti syariah Nabi Saleh AS untuk kaum/bangsa Tsamud, syariah Nabi Hud AS untuk bangsa 'Aad dan syariah Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS untuk bangsa atau Bani Isra'il, dll. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 96 bahwa rumah ibadah pertama memang Makkah. Ini adalah masjid pertama yang pernah dibangun di Bumi. Jadi Makkah adalah tempat yang paling cocok menjadi tempat turunnya wahyu syariah Islam yang universal.

5. Bangsa Arab memiliki beberapa sifat yang baik yang membuat mereka layak atau pantas menerima agama Islam dan menerima Nabi Muhammad SAW. Bangsa Arab adalah orang-orang sederhana tidak terpengaruh oleh budaya atau philosophy atau pemikiran lain yang tidak lagi fitrah atau murni. Hal positif dari sifat yang sederhana adalah ketika kebenaran datang mereka akan dapat melihatnya dengan jelas dan dapat menerimanya. Sebagaimana kita ketahui bahwa para sahabat yang banyak menerima Islam di awal-awal turunnya wahyu adalah dari orang-orang sederhana - bukan dari golongan bangsawan atau kalangan atas. 

Sifat lainnya adalah bahwa bangsa Arab sudah terbiasa hidup dengan alam/lingkungan yang keras sehingga mereka sudah terbiasa dengan kesulitan hidup, seperti kemarau yang panjang, kekurangan air, panas yang membakar kulit, susahnya mencari makanan dll. Jadi mereka tahan banting, bisa hidup dengan kondisi alam yang ekstrim. Dimana hal ini sangat membantu pasukan ummat Islam dikemudian hari berjalan jauh tanpa bekal yang banyak dan berat. Sementara tentara-tentara bangsa Romawi dan Persia mereka harus membawa semua perbekalan dan peralatan yang banyak dan berat karena mereka sudah terbiasa hidup berkecukupan dan senang. Pasukan mereka membutuhkan zeni (pasukan bantuan) peralatan tempur, zeni peralatan akomodasi atau tenda-tenda, zeni makanan, zeni kesehatan dll. Tapi bangsa Arab yang sudah biasa melakukan perjalanan di padang gurun dalam jangka waktu yang lama dengan sedikit perbekalan air dan sedikit makanan. Bangsa dengan stamina seperti ini sangat diperlukan pada awal-awal penaklukan ummat Islam terhadap baik bangsa Romawi atau Persia dan mereka sama sekali tidak bersiap-siap menghadapi penaklukan oleh ummat Islam.

Bangsa Arab juga memiliki beberapa karakteristik yang sangat baik:


a) Keberanian dan kebanggaan - mereka tidak pengecut.



b) Jujur - orang Arab tidak suka berbohong dan bangsa yang sangat jujur. Cerita Abu Sufyan (sebelum masuk Islam) dengan Heraclius menunjukkan hal ini. Abu Sufyan dibawa di depan Heraclius dan Heraclius tahu Abu Sufyan adalah musuh dari Nabi Muhammad SAW. Jadi Heraclius menempatkan orang-orang Arab lainnya di belang Abu Sufyan dan mengatakan kepada mereka jika Abu Sufyan berbohong, kalian angkat tangan / memberi saya isyarat. Pada saat itu bangsa Arab masih banyak yang menyembah berhala - dan Abu Sufyan berkata "kalau bukan karena orang-orang akan menyebut saya sebagai pembohong saya akan berkata bohong terhadap segala hal tentang Nabi SAW". Jadi meskipun dia masih kafir pada saat itu, dia tidak mau disebut sebagai pembohong (HR Shahih Bukhari No. 6, Shahih Muslim No. 3322 dan lain-lain).



c) Bangsa Arab tulus dengan sumpah mereka - jika mereka memberi janji mereka akan menepati. Abdul Muthalib bernadzar atau berjanji kepada Allah mengirbankan seorang anak laki-lakinya jika dia diberi sepuluh orang anak laki-laki untuk mempertahankan penemuan kembali sumur air zam-zam. Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya bahwa Abdul Muthalib menepati janjinya, tetapi bangsa Quraisy menyuruh dia mengganti dengan 100 ekor onta. Jadi bangsa Arab adalah orang-orang yang dapat dipercaya dari kata-kata mereka. Mereka menepati kata-kata mereka meskipun tidak ada saksi, dokumen tertulis dan lain-lsinnya.



d) Bangsa Arab adalah penunggang kuda terbaik - ini tidak ada yang dapat mengingkarinya. Kedua kuda Arab adalah kuda yang terbaik juga. Jadi penunggang yang terbaik dengan kuda yang terbaik sangat dibutuhkan diawal-awal penaklukan ummat Islam terhadap bangsa Romawi dan Persia.

e) Bangsa Arab ahli bahasa Semit yaitu Arab. Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat kaya dan merupakan alat komunikasi yang ampuh dibandingkan bahasa laten. Satu akar kata bahada Arab bisa memberikan ratusan kata yang mempunyai arti dan makna yang berbeda. 



6. Nabi Ibrahim AS berdo'a saat Beliau sedang membangun Ka'bah seperti tertera dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 129:  "Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana." 

Ribuan tahun kemudian di dalam HR Musnad Ahmad No 21231 bahwa Nabi Muhammad SAW ketika ditanya oleh para Sahabat "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepada kami tentang dirimu." Rasulullah SAW menjawab "Aku adalah do'a bapakku Ibrahim (AS) dan berita gembira yang disampaikan saudaraku Isa (AS). ..."

Demikian, kalau ada yang salah itu karena kehilafan saya, mohon koreksinya dan saya mohon ampunan kepada Allah Azza wa Jalla. Semua yang benar adalah milik Allah SWT.


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawab.


--

Wassalam,
Aba Abdirrahim

Jumat, 05 Februari 2016

Status agama dunia sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Insyaa' Allah kita lanjut sharing kita tentang kondisi atau keadaan agama manusia di dunia (diluar bangsa Arab) sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya sudah kita bahas keadaan religius atau tentang status keadaan agama/kepercayaan bangsa Arab sebelum kedatangan dari Nabi Muhammad SAW. Dimana kita sebutkan bahwa tujuan membahas keadaan agama/kepercayaan ini adalah  untuk menunjukan bahwa kedatangan Nabi Muhammad SAW membawa rahmat bagi seluruh alam (QS 21:107) dan Rasulullah SAW diutus kepada seluruh ummat manusia (QS 34:28) bukan cuman bangsa Arab saja. 

Ketika kita memahami pra (sebelum) Islam maka kita akan memahami Islam. Sama dengan seperti ketika kita memahami jahiliyah dan penyembahan berhala maka kita akan menghargai barakah dari diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia.

Bangsa yang ada diluar Arab pada saat itu banyak sekali, tapi pembahasan kita hanya pada bangsa-bangsa yang ada disekitar jazirah Arab terutama bangsa Yahudi, bangsa Parsia dan bangsa Eropa atau Romawi yang mewakili peradapan dunia saat itu. Dalam atau dari sudut pandangan Islam, bangsa Yahudi (Bani Israil) mewakili agama monoteisme sebelum Islam datang, bangsa Parsia mewakili agama pagan - menyembah api atau menyembah selain Allah, bangsa Romawi mewakili agama Kristen versi Trinitas. Jadi dari sudut pandangan Islam, ketiga bangsa tersebut mewakili keadaan/status agama atau kepercayaan dunia sebelum Islam datang.

Sebagaimana kita sebutkan sebelumnya bahwa banyak sekali Nabi/Rasul diutus Allah SWT kepada bangsa Yahudi (bani Israil). Setelah Nabi Ishaq AS ada Nabi Yaqub AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Musa AS dan lain lain sampai Nabi Isa AS.

Allah SWT menyebutkan dalam Al Qur'an bahwa "Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan Rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (QS2:87)"

Kemudian kita juga tahu bahwa bangsa Yahudi membunuh sesama mereka bahkan mengusir sebagian dari mereka sehingga bangsa Yahudi banyak yang mengungsi ke Jazirah Arab, Parsi, dll. Sementara di kampung halaman mereka sendiri, mereka bantu membantu dalam berbuat dosa, mendustakan agama Allah,  bahkan membunuh para Nabi yang diutus Allah SWT kepada mereka.

Kita tahu dari Al Qur'an tentang bangsa Yahudi (bani Israil) bahwa mereka telah banyak/sering malanggar perjanjian, mereka kafir/mengingkari terhadap wahyu Allah yang dibawa oleh para Nabi, mereka juga berusaha membunuh Nabi Isa AS, tapi Allah menyelamatkan Nabi Isa AS. Hanya sebagian kecil dari mereka yang betul-betul beriman kepada Allah SWT sebelum Islam datang (QS 4:155-158).

Catatan pinggir bahwa para Ulama menyebut orang-orang bani Israil yang kafir terhadap firman Allah yang dibawa oleh para Nabi/Rasul disebut sebagai Yahudi sedangkan yang tetap beriman kepada Allah SWT tetap disebut sebagai bani Israil. Bani Israil adalah keturunan Nabi Ya'qub AS, dengan demikian Israa'iil adalah nama lain dari Nabi Ya'qub AS sendiri (QS: 3:93).

Menurut Islam berdasarkan Al Qur'an bahwa Nabi Isa AS hanya diutus kepada bani Israil, karena telah banyak Yahudi yang berbuat dosa, syirik (menyekutukan Allah), agar mereka kembali menyembah Allah SWT. Kisah pengangkatan Nabi Isa AS sebagai Rasul kepada bani Israil dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 45-52. 

Jadi bagi kita ummat Islam sudah jelas bahwa agama yang dibawa Nabi Isa AS adalah agama tauhid, beribadah kepada Allah SWT, dan mereka (bani Israil) yang mengikuti agama tauhid juga disebut Muslim (orang-orang yang patuh atau berserah diri). Hal ini juga dapat kita lihat di dalam Al Qur'an surat Al Maidah, akhir ayat 111: Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku". Mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)".

Seperti kita sebutkan sebelumnya bahwa bangsa Yahudi berencana membunuh Nabi Isa AS dan Allah mengagalkannya dengan cara mengangkat Isa AS sehingga mereka ragu entah siapa yang telah mereka bunuh/salib. 

Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS 4: 157-158).

Semenjak itulah terjadi perpecahan antara pengikut Nabi Isa AS (Nashara, jamak dari kata Nashrani) dan diantara Yahudi maupun antara keduanya. Apalagi tidak begitu lama setelah Nabi Isa AS diangkat, sekitar tahun 70M bangsa Romawi menjajah bangsa Palestina disertai dengan pembunuhan sehingga banyak yang mengungsi ke Syams, Jazirah Arab, Parsi, dan lain-lain.

Dari dalam kalangan Nashrani sendiri ada seorang Yahudi bernama Paulus yang mengaku menjadi salah seorang murid Nabi Isa AS menulis salah satu kitab Injil (tahun 49M) yang mempengaruhi Injil-injil lainnya. Paulus inilah yang kemudian mengubah ajaran Nabi Isa AS menjadi paganisme berhaluan Yahudi-Babilonia-Yunani.

Perpecahan di kalangan Nashrani terus terjadi sampai puncaknya ketika Konstantin (Raja Romawi saat itu) mengadakan muktanar di Nicea tahun 325M. Karena bangsa Romawi adalah penganut paganisme (menyembah berhala/dewa-dewa) maka Konstantin lebih cendrung kepada paham Paulus yang berhaluan Yahudi-Babilonia-Yunani. Dia mengumpulkan semua pendukung Paulus dan menyatakan dukungannya. Setelah itu diadakan revisi-revisi terhadap Injil dan semua Injil-injil lain yang bertentangan dimusnahkan bahkan siapa yang membaca Injil versi lain dsebut sebagai Heretis (berbuat bid'ah) dan dibunuh. Semenjak itulah agama Kristen versi Trinitas menjadi agama resmi, sementara penganut agama Nabi Isa AS yang lain dibunuh dan dikejar untuk di bakar, disalib hidup-hidup, diadu dengan singa lapar. Sampai terkenal saat itu bahwa kota Nicea malam hari terang benderang seperti siang hari karena ribuan ummat Nashrani yang tidak sepaham dengan Konstantin dibakar di atas tiang salib sepanjang jalan kota.

Bagi kita Ummat Islam bahwa penganut Kristen Trinitas baik Katolik, Protestan dan lain-lain bukanlah ummat Nabi Isa AS atau Nabi Isa AS bukan Rasul mereka tapi Rasul Ummat Islam. Orang Kristen cuman mengaku-ngaku saja bahwa mereka pengikut Nabi Isa AS atau Yesus Al Masih. Karena Nabi Isa AS sendiri membantah agama trinitas mereka, seperti firman Allah dalam Al Qur'an surat Al Ma'idah ayat 116 berikut:

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".

Hadits Musnad Ahmad No. 22620 yg panjang berikut mengisahkan pada kita percarian Sahabat Salman Al Farisi RA dari seorang penyembah berhala (api), menjadi seorang Nashrani dan kemudian menjadi Muslim dihadapan Nabi Muhammad SAW sendiri. Puluhan tahun pencarian Salman RA menunjukkan pada kita bahwa berita atau nubuwwah Nabi Muhammad SAW telah ada dalam ajaran Nabi Isa AS. Hadits ini juga menunjukkan pada kita bahwa, pembunuhan massal yang dilakukan oleh Konstantin dan pengikut Kristen versi Trinitas saat itu membuat para Rahib dan/atau Pendeta dari semua sekte mengungsi ke berbagai daerah serpti Syams, Persia dan lain-lain.

Salman RA berkata: Aku adalah orang Persia dari Asbahan dari penduduk salah satu perkampungannya yang bernama Jai dan ayahku adalah pemimpin kampungnya, aku adalah orang yang paling ia sayangi, ia tetap mencintaiku hingga ia menahanku dirumahnnya, yaitu terus menjaga perapian layaknya anak perempuan ditahan dirumah, aku lelah menjalankan agama majusi hingga aku menjadi pelayan api yang dinyalakan dan tidak pernah ditinggalkan barang sesaat. 

Ayahku memiliki perkarangan besar dan pada suatu hari ia tidak sempat mengutus bangunannya lalu ia berkata kepadaku: Wahai anakku! Sesungguhnya aku tidak sempat mengurus bangunan hari ini karena aku sibuk dengan perkaranganku, pergi dan lihatlah. Ia memerintahkanku sebagaimana hal yang ia inginkan. Lalu aku pun pergi menuju pekarangan ayahku, aku melewati sebuah gereja nasrani, aku mendengar suara-suara mereka, aku masuk dan melihat yang mereka lakukan. Saat melihat mereka aku mengagumi shalat mereka dan aku menyukai hal mereka. Aku berkata: Demi Allah ini lebih baik dari agama kami, demi Allah aku tidak meninggalkan mereka hingga matahari terbenam dan aku meninggalkan perkarangan ayahku, aku tidak mendatanginya. Aku berkata kepada mereka: Dari mana agama ini berasal? Mereka menjawab: Dari Syam. 

Lalu aku kembali menemui ayahku dan ia telah mengirim orang untuk mencariku dan aku tidak sempat melakukan pekerjaannya secara keseluruhan. Berkata Salman Al Farisi: Saat aku mendatangi ayahku, ia berkata: Wahai anakku! Kamu dari mana, bukankah kau aku perintahkan sesuatu? Aku berkata: Wahai ayahku, aku melintasi suatu kaum, mereka shalat di geraja milik mereka, agama mereka membuatku kagum, demi Allah aku tetap berada didekat mereka hingga matahari terbenam. Ayahku berkata: Wahai anakku! Tidak ada kebaikan pada agama itu, agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik darinya. Aku berkata: Tidak, agama itu lebih baik dari agama kita. 

Ayahku mengkhawatirkanku lalu ia mengikat kakiku dan menahanku dirumah. Kaum nasrani mengirim utusan menemuiku, aku berkata kepada mereka: Bila rombongan dagang dari Syam mendatangi kalian, beritahu aku. Lalu kafilah dagang dari Syam dari kalangan nasrani tiba lalu mereka memberitahukan kedatangan mereka kepadaku. Aku berkata kepada mereka: Bila urusan mereka usai dan mereka ingin kembali ke negara mereka, beritahu aku. 

Saat mereka hendak kembali ke negara mereka, mereka memberitahukan hal itu kepadaku lalu aku melemparkan rantai besi dari kakiku lalu aku keluar bersama mereka hingga aku tiba di Syam, saat tiba di Syam, aku bertanya: Siapa pemeluk agama ini yang terbaik? Mereka menjawab: Uskup di geraja. Lalu aku mendatanginya, aku berkata: Aku mulai simpati dengan agama ini dan aku ingin bersamamu, aku akan melayanimu digerejamu, aku belajar darimu dan shalat bersamamu. Uskup itu berkata: Silahkan masuk. Aku masuk bersamanya, ternyata ia adalah orang tidak baik, ia memerintahkan mereka untuk bersedekah dan menganjurkannya, bila mereka mengumpulkan banyak uang untuknya, uskup itu menyimpannya untuk dirinya sendiri dan tidak diberikan kepada kaum fakir miskin hingga ia mengumpulkan tujuh tempayan emas dan perak. 

Aku pun sangat membencinya karena perbuatannya yang aku lihat, kemudian orang itu mati dan orang-orang nasrani mendatanginya untuk menguburnya. Aku berkata kepada mereka: Dia adalah orang yang tidak baik, ia memerintahkan kalian bersedekah dan menganjurkannya, bila kalian datang membawa sedekah, ia menyimpannya untuk dirinya sendiri dan tidak diberikan kepada kaum fakir miskin sama sekali. Mereka bertanya: Bagaimana kau tahu? Aku menjawab: Aku akan menunjukkan harta simpanannya pada kalian. Mereka bertanya: Tunjukkan. Lalu aku memperlihatkan tempatnya lalu mereka mengeluarkan tujuh tempayan penuh dengan emas dan perak. Saat melihatnya, mereka berkata: Demi Allah kami tidak akan menguburnya selama-lamanya. Lalu mereka menyalibnya dan merajamnya dengan batu. 

Setelah itu mereka mendatangkan orang lain untuk menggantikan posisinya. Berkata Salman Al Farisi: Tidaklah aku melihat seesorang yang tidak shalat lima waktu melainkan menurutku ia pasti lebih baik dari orang itu, tidak lebih zuhud terhadap dunia, tidak lebih menginginkan akhirat dan tidak lebih membiasakan beribadah pada malam dan siang melebihinya. Aku sangat mencintai orang itu dengan suatu cinta yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, aku tinggal bersamanya selang berapa lama lalu ia sekarat. Aku berkata padanya: Hai Fulan, aku sudah hidup bersamamu dan aku sangat mencintaimu dengan cinta yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dan telah tiba urusan Allah seperti yang telah kau lihat, apa yang kau wasiatkan padaku dan apa gerangan yang kau perintahkan padaku? 

Orang itu berkata: Wahai anakku, demi Allah saat ini aku tidak melihat seorang pun seperti aku dulu, orang-orang sudah tiada, mereka sekarang merubah dan meninggalkan lebih banyak dari yang pernah mereka lakukan kecuali seseorang yang ada di Mushil, dia adalah si fulan, dia seperti aku, temuilah dia. 

Saat orang itu meninggal dan disemayamkan, aku menemui orang Mushil itu. Lalu aku berkata: Hai fulan, sesungguhnya si fulan berwasiat kepadaku saat sekarat agar aku bertemu denganmu, ia memberitahuku bahwa kau seperti dia. Orang itu berkata: Tinggallah ditempatku. Aku tinggal ditempatnya dan ternyata ia adalah orang terbaik berdasarkan urusan temannya. Tidak lama kemudian orang itu meninggal dunia. Saat sekarat aku berkata kepadanya: Hai fulan, sesungguhnya si fulan berwasait kepadaku agar menememuimu dan kini urusan Allah 'azza wajalla telah tiba mengenaimu seperti yang kau lihat, lantas kepada siapa kau mewasiatkanku dan apa yang kau perintakan padaku? 

Orang itu berkata: Wahai anakku! Aku tidak mengetahui seorang pun seperti itu kecuali seseorang di Nashiyyin, dia adalah si fulan, temuilah dia. Saat ia meninggal dunia dan disemayamkan, aku menemui orang Nashiyyin, aku mendatanginya dan memberitahukan beritanya serta perintah yang diberikan padaku. Orang itu berkata: Tinggallah bersamaku. Aku pun tinggal ditempatnya ternyata ia sama seperti kedua temannya. Aku tinggal bersama orang terbaik, demi Allah tidak lama kemudian kematian datang menjemputnya. Saat sekarat, aku berkata padanya: Hai fulan, sesungguhnya si fulan berwasiat kepadaku untuk menemui seseorang, ia berwasiat untuk menemuimu, lantas kepada siapa engkau mewasiatkanku untuk menemuinya dan apa yang kau perintahkan padaku. Ia berkata: Wahai anakku! Demi Allah kami tidak mengetahui seorang pun yang tetap seperti kami yang aku perintahkan padamu agar menemuinya kecuali seseorang di Amuriyah, ia seperti kami, bila kau masih hidup, temuilah dia karena ia sama seperti kami. 

Saat orang itu meninggal dan disemayamkan, aku menemui orang Amuriyah dan aku memberitahukan kisahnya pada orang itu. Orang itu berkata: Tinggallah ditempatku. Lalu aku tinggal bersama seseorang sesuai ajaran para sahabat-sahabatnya dan urusan mereka. Berkata Salman Al Farisi: Aku bekerja hingga aku punya banyak sapi dan kambing lalu kematian menjelang orang itu, saat sekarang aku berkata padanya: Hai fulan, dulu aku pernah bersama seseorang, ia berwasiat kepadaku agar memenuhi si fulan kemudian ia berwasiat kepadaku agar memenuhi seseorang, lalu ia berwasiat kepadaku agar mememuimu, kepada siapakah gerangan engkau berwasiat kepadaku untuk aku temui dan apa yang kau perintahkan padaku? 

Ia berkata: Wahai anakku! Demi Allah aku tidak mengetahui seorang pun seperti kami dulu yang aku perintahkan agar kau datangi tapi kau telah dinaungi oleh masa seorang Nabi yang diutus membawa agama Ibrahim, ia muncul ditanah Arab, ia berhijrah kesuatu kawasan diantara dua padang pasir, diantara keduanya ada kebun kurma, didirinya ada tanda-tanda yang tidak samar, ia memakan hadiah dan tidak memakan sedekah, diantara kedua pundaknya ada tanda kenabian, bila kau bisa pergi ke negeri itu lakukanlah. 

Setelah itu ia meninggal lalu aku tinggal selang berapa lama di Amuriyah kemudian sekelompok pedagang dari Bani Kalb melintasiku. Aku berkata kepada mereka: Bawalah aku ke negeri Arab dan aku akan memberi kalian sapi-sapi dan kambing-kambingku ini. Mereka berkata: Baik. Aku memberikan semua itu pada mereka hingga mereka membawaku ke Wadil Qura, mereka menzhalimi aku dan menjualku pada seorang Yahudi sebagai seorang budak. Aku tinggal ditempat orang itu dan aku melihat kebun kurma dan aku berharap semoga itulah negeri yang disebutkan oleh temanku. 

Saat aku berada ditempatnya, seorang keponakannya datang dari Madinah dari Bani Quraizhah, ia membeliku dari orang itu dan ia membawaku ke Madinah. Demi Allah tempat itu kini telah aku lihat persis seperti ciri-ciri yang disebutkan temanku. Aku tinggal ditempat itu dan Allah mengutus RasulNya, beliau tinggal di Makkah selama waktu ia tinggal disana. Aku sama sekali tidak mendengar khabar mengenai Beliau karena aku sibuk sebagai seorang budak. Lalu Beliau berhijrah ke Madinah. Demi Allah aku sungguh tengah mengurus pelepah kurma milik tuanku, aku melakukan beberapa pekerjaan ditempat itu sementara tuanku tengah duduk, tiba-tiba seorang keponakannya datang dan berdiri dihadapannya. Ia berkata: Allah membinasakan Bani Qailah, demi Allah mereka sekarang berkumpul di Quba` dengan dipimpin oleh seseorang yang datang dari Makkah hari ini, mereka mengiranya Nabi. 

Berkata Salman Al Farisi: Saat mendengarnya, aku gemetaran hingga aku kira akan jatuh mengenai tuanku. Aku turun dari pohon kurma lalu aku berkata kepada keponakan tuanku: Apa kau bilang, apa kau bilang? Lalu tuanku marah lalu memukulku dengan kerasnya kemudian berkata: Apa urusanmu dengan hal ini, sana kerja. Aku berkata: Bukan apa-apa, aku hanya ingin mempertegas yang ia katakan. 

Berkata Salman Al Farisi: Saya memiliki sesuatu yang telah saya kumpulkan, saat sore hari aku mengambilnya lalu aku pergi menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam saat beliau berada di Quba`. Aku masuk menemui beliau, lalu aku berkata kepada beliau: Aku dengar Tuan adalah orang shalih. Tuan bersama para sahabat asing yang memiliki suatu keperluan, ini sedikit punyaku aku berikan sebagai sedekah, menurutku kalian lebih berhak mendapatkannya dari pada yang lain. Lalu aku mendekatkannya lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat beliau: Makanlah sementara beliau menahan tangan dan tidak makan. 

Aku berkata dalam hati: Ini tanda pertama. Lalu aku pergi meninggalkan beliau, aku mengumpulkan sesuatu kemudian Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam pindah ke Madinah. Aku mendatangi beliau lalu aku berkata: Aku melihat Tuan tidak memakan barang sedekah, ini hadiah, dengannya aku memuliakan Tuan. Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam memakan dan memerintahkan para sahabat beliau untuk makan, mereka pun makan bersama Beliau. 

Aku berkata dalam hati: Ini tanda kedua. Setelah itu aku mendatangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam saat beliau di Baqi' Al Gharqad. Beliau tengah mengiring jenazah salah seorang sahabat Beliau. Beliau mengenakan dua selimut milik Beliau. Beliau duduk ditengah-tengah para sahabat. Aku mengucapkan salam kepada Beliau. Lalu aku berputar untuk melihat punggung beliau, aku melihat tanda seperti yang disebutkan oleh temanku. Saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam melihatku mengitari Beliau, Beliau tahu bahwa aku mencari bukti tentang sesuatu yang dijelaskan padaku. Beliau melepas selendang Beliau dari punggung Beliau lalu aku melihat tanda. Aku mengenalinya, lalu aku tertelungkup dihadapan Beliau, aku mencium Beliau dan aku menangis. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku: Pindahlah. Aku pun pindah lalu aku mengisahkan ceritaku pada Beliau seperti yang aku kisahkan padamu wahai Ibnu 'Abbas. Para sahabat Beliau mendengar kisahku, hal itu membuat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam kagum. Kemudian Salman Al Farisi sibuk dengan pekerjaannya sebagai budak hingga tidak turut serta dalam perang Badar dan Uhud bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku: Bebaskan dirimu secara diangsur wahai Salman. Aku pun meminta pembebasan diriku dari tuanku dengan syarat aku harus menaman tiga ratus pohon kurma yang ditanam ditempatnya dan uang sebesar empat puluh uqiyah. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat beliau: Bantulah saudara kalian. Mereka pun membantuku, ada yang membantu tigapuluh anak pohon kurma, ada yang membantuku duapuluh, ada yang membantu limabelas, ada yang membantu sepuluh semampu mereka hingga terkumpullah sejumlah tigaratus anak pohon kurma.

Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku: Pergilah wahai Salman lalu buatkan lubang tempat penanamannya, setelah itu datanglah kepadaku, aku akan yang akan menanamkannya dengan tanganku dan para sahabatku akan membantuku. Setelah membuat lubang tempat penanaman pohon kurma, aku mendatangi beliau dan memberitahukannya. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam pergi bersamaku ke tempat penanaman lalu kami dekatkan anak-anak pohon kurma kepada beliau dan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam meletakkannya dengan tangan beliau. Demi Dzat yang jiwa Salman berada ditangannya, tidak ada satu pun anak pohon kurma yang mati. 

Dengan demikian saya telah menunaikan kurmanya dan yang tersisa bagiku adalah pembayaran uang. Kemudian Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam diberi emas seperti telur ayam hasil peperangan lalu beliau bersabda: Bagaimana kondisi Al Farisi yang membayar pembebasan dirinya? Aku pun dipanggil lalu Beliau bersabda: Ambillah dan bayarkan sisa tanggunganmu wahai Salman. Aku berkata: Dimanakah benda ini terletak wahai Rasulullah? Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda: Ambillah karena sesungguhnya Allah 'azza wajalla akan membayar untuk (pembebasanmu) dengan benda itu. Lalu aku mengambilnya dan menimbangnya, demi Dzat yang jiwa Salman berada ditanganNya, beratnya mencapai empat puluh uqiyah. Lalu aku melunasi hak mereka dan aku pun dimerdekakan. Lalu aku turut serta perang Khandaq bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam dan aku tidak pernah ketinggalan satu peperangan pun bersama beliau.

Allahu a'lamu bishshawab, semoga bermamfa'at. Kalau ada salah itu semua kesalahan saya dan tolong dikoreksi. Saya mohon Allah SWT memaafkan kekhilafan dan kesalahan saya. Semua yang benar (yang haq) adalah milik Allah SWT.



--

Wassalam,
Aba Abdirrahim

Rabu, 03 Februari 2016

Ibadah - tunduk, patuh dan ta'at

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.


Ibadah berasal dari kata 'abada (عبد) yang berarti menyembah. Dari sudut bahasa Ibadah adalah taat, patuh, turut serta tunduk pada sesuatu. Ini bisa kita kita lihat dari surat Yasin ayat 60 dimana Allah melarang kita ta'budu (menyembah) pada setan. Di ayat berikutnya (61) Allah menggunakan kata yang sama a'budunii (sembahlah Allah) yang merupakan jalan yang lurus.

Sejak dari Nabi Adam AS perintah ibadah ini sudah ada karena diciptakannya manusia dan makhluk lainnya adalah untuk beribadah pada Khalik.

Pengertiaan ibadah secara bahasa menurut Islam adalah tunduk, patuh, ta'at dalam segala sesuatu baik perkataan maupun perbuatan kepada atau mencari ridha (disenangi) Allah.

Di zaman Nabi Adam AS di dalam Al Qur'an surat Al Maidah ayat 27 Allah menceritakan salah satu bentuk ibadah yaitu kurban Habil dan Qabil, yang mana Allah hanya menerima kurban orang2 yang bertakwa.

Di zaman Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS ummat manusia diperintahkan untuk melakukan ibadah Haji, Tawaf dan Talbiah disamping ibadah kurban.

Di Zaman Nabi Daud AS cara puasa dan shalat sangat disenangi oleh Allah Azza wa Jalla. Nabi Muhammad SAW sendiri yang menceritakan kepada kita.

HR Shahih Bukhari No 1063
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: 

Shalat yang paling Allah cintai adalah shalatnya Nabi Daud Alaihissalam dan shaum (puasa) yang paling Allah cintai adalah shaumnya Nabi Daud alaihissalam. Nabi Daud Alaihissalam tidur hingga pertengahan malam lalu shalat pada sepertiganya kemudian tidur kembali pada seperenam akhir malamnya. Dan Nabi Daud Alaihissalam shaum sehari dan berbuka sehari.

Di awal2 Kerasulan Nabi SAW yaitu saat turunnya surat kedua al Muzammil (setelah Iqra'), Rasulullah dan para sahabat shalat malam untuk mencari Ridha Allah Azza wa Jalla seperti diceritakan dalam hadits berikut:

HR Shahih Muslim No 1233 (app.lidwa.com)

Seorang Tabi'in bernama Sa'ad bin Hisyam bin Amir bertanya kepada Aisyah RU: Beritahukanlah kepadaku tentang shalat malamnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?

'Aisyah balik bertanya; Bukankah engkau pernah membaca surat Al Muzammil?

 Sa'ad menjawab; Benar 

Kata Aisyah; Allah Azza wa Jalla pernah mewajibkan qiyamullail (shalat malam) di awal surat ini turun, sehingga Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya mendirikannya selama setahun, dan Allah menahan penutupnya di langit selama dua belas bulan hingga Allah turunkan akhir surat ini sebagai bentuk keringanan, sehingga shalat malam menjadi sunnah setelah diwajibkan.

Di HR Sunan Darimi No 1439,  Aisyah RU mengatakan "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya melaksanakan (shalat malam) hingga kaki mereka bengkak"

Jadi meskipun dari Nabi Adam AS s/d Nabi Muhammad SAW hanya satu risalah tauhid tapi tatacara ibadah, kewajiban dan larangan masing2 ummat ada sedikit (?) perbedaan sesuai dengan kemampuaan ummat masing2 Nabi.

Kalau kita ingat cerita isra' yaitu perjalanan malam Nabi SAW dari Masdjidil Haram ke Masdjidil Aqsha, dimana Nabi SAW menjadi imam shalat yang makmumnya semua Nabi dan Rasul.

Dari peristiwa Nabi SAW menjadi imam shalat para Nabi dan Rasul dapat kita ketahui bahwa ibadah shalat merupakan risalah semua Nabi.

Jadi shalat merupakan salah satu ibadah para Nabi sepanjang zaman, namun pada zaman para Nabi2 tersebut, kemungkinan ada sedikit perbedaan dalam pelaksanaannya.

Seperti kita ketahui bahwa pada sa'at mi'raj, perintah shalat disyariatkan buat Ummat Nabi Muhammad SAW.

HR Bukhari No 6963

Pada peristiwa mi'raj Nabi SAW, di sidratul muntaha pada awalnya Allah mewajibkan lima puluh kali shalat untuk umatmu (Muhammad SAW) siang-malam. 

Kemudian Nabi SAW turun hingga bertemu Musa AS, Musa AS menahannya dan berkata, 'Hai Muhammad (SAW), apa yang diikrarkan Tuhanmu kepadamu?' 

Nabi SAW menjawab, 'Allah mewajibkan aku untuk mendirikan lima puluh kali shalat sehari semalam.' 

Musa AS berkata, 'Umatmu tak bakalan kuat melakukan sedemikian itu, kembalilah kamu agar Tuhanmu memberi keringanan untukmu dan umatmu.' 

Maka Nabi SAW menoleh ke Jibril seolah-olah meminta saran tentang saran Musa AS, dan Jibril memberi isyarat, 'Silahkan, kalau kau berkenan.' Maka Jibril kembali menaikannya ke Allah Yang Maha Jabbar yang ketika itu masih berada di singgahsana-Nya, Nabi SAW katakan, 'Wahai Rabb, berilah kami keringanan, sebab umatku tak bakalan mampu melakukan shalat lima puluh kali dalam sehari!' 

Lantas Allah mengurangi sepuluh kali, dan Nabi SAW kembali bertemu Musa AS dan Musa AS menahannya, Musa AS terus-menerus membujuknya agar Nabi SAW menegoisasi ulang kepada Rabbnya, sehingga Allah hanya mewajibkan lima kali shalat sehari-semalam. 

Musa AS kemudian menahannya ketika kewajiban shalat tinggal lima, Musa AS mengatakan, 'Hai Muhammad SAW, pernah aku membujuk Bani Israil, kaumku, untuk suatu yang lebih rendah daripada ini namun mereka meninggalkannya, padahal umatmu lebih lemah fisiknya, badannya, hatinya, pandangan dan pendengarannya, maka temuilah kembali Rabbmu agar Dia memberi keringanan.' 

Dan atas semua instruksi itu, Nabi SAW menoleh kepada Jibril untuk memberi saran, namun Jibril tidak membenci atas itu semua. Lantas Jibril kembali membawanya naik untuk kali kelima, lalu Nabi berkata, 'Ya Rabb, umatku adalah orang-orang lemah fisiknya, hatinya, pendengarannya, pandangannya, dan badannya, maka berilah kami keringanan.' 

Allah Yang Maha Jabbar menjawab, 'Hai Muhammad!' 

Nabi SAW menjawab, 'Aku penuhi panggilan-Mu.' 

Allah meneruskan firman-Nya, 'Sesungguhnya tidak ada lagi pergantian titah-Ku sebagaimana Aku wajibkan atasmu dalam ummul kitab.' 

Allah meneruskan titah-Nya, setiap satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya, maka lima kali shalat itu tercatat lima puluh kali dalam ummul kitab, sekalipun hanya dilaksanakan lima kali olehmu.' 

Maka Nabi SAW kembali menemui Musa AS dan Musa AS bertanya, 'Apa yang telah kamu lakukan?' 

Nabi SAW menjawab, 'Allah betul-betul telah memberi kami keringanan, karena setiap kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya.' 

Musa AS berkata, 'Demi Allah, aku pernah membujuk bani israil untuk yang lebih remeh daripada itu namun mereka meninggalkannya, maka kembalilah kau temui Tuhanmu agar Dia memberi keringanan terhadapmu.' 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Hai Musa AS, demi Allah, aku telah malu kepada Tuhanku terhadap protes yang kulakukan terhadap-Nya.' 

Musa pun berkata, 'Baik kalau begitu, silahkan engkau turun dengan nama Allah.'

Dalam HR Shahih Bukhari No 3998 Rasulullah menyebutkan "Hendaklah kalian mempermudah, jangan mempersulit, berilah kabar gembira jangan kalian jadikan manusia lari (alergi terhadap agama), dan bersatu padulah."

Terakhir, sebagaimana kita tahu para ulama sepakat (Tapi para ulama berbeda pendapat apakah niat itu harus diucapkan atau cukup di dalam hati) sesungguhnya amal (ibadah) itu bergantung dengan niat dan pengharapan, dan setiap mukmin akan mendapatkan sesuai dengan niatnya.

HR Shahih Bukhari No 52

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.

Nabi SAW pernah marah besar pada cucu angkat beliau yaitu Usamah bin Zaid bin Harits. Sebagaimana kita tahu bahwa Usamah bin Zaid dibesarkan dirumah Nabi SAW dan sangat dicintai oleh beliau. Meskipun begitu, Nabi SAW sangat marah pada saat Usamah bersalah telah menghukum mati seorang Yahudi yang karena takutnya mengucapkan kalimat tauhid tapi tetap dihukum mati oleh Usamah. 

HR Shahih Muslim No 140

Terakhir, sebagaimana kita tahu para ulama sepakat bahwa sesungguhnya amal (ibadah) itu bergantung dengan niat dan pengharapan, dan setiap mukmin akan mendapatkan sesuai dengan niatnya. Tapi para ulama berbeda pendapat apakah niat itu harus diucapkan atau cukup di dalam hati.

HR Shahih Bukhari No 52

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.

Niat yang di dalam hati tiada yang tahu kecuali yang bersangkutan dan Allah Azza wa Jalla. Kisah berikut menunjukan pada kita bahwa orang lain tidak tahu niat dihati:

 HR Shahih Muslim No 140

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutuskan Usamah bin Zaid RA dalam suatu pasukan. 

Suatu pagi pasukan sampai di al-Huruqat, yakni suatu tempat di daerah Juhainah. Kemudian Usamah RA berjumpa seorang lelaki, lelaki tersebut lalu mengucapkan LAA ILAAHA ILLAALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah), namun Usamah tetap menikamnya. Lalu Usamah RA merasa ada ganjalan dalam dirinya karena hal tersebut, sehingga kejadian tersebut dia ceritakan kepada Rasulullah. 

Rasulullah lalu bertanya: 'Kenapa kamu membunuh orang yang telah mengucapkan Laa Ilaaha Illaahu?' 

Usamah RA menjawab, Wahai Rasulullah! Sesungguhnya lelaki itu mengucap demikian karena takutkan ayunan pedang. 

Rasulullah bertanya lagi: Sudahkah kamu membelah dadanya sehingga kamu tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat atau tidak? 

Rasulullah terus mengulangi pertanyaan itu kepadanya hingga menyebabkan Usamah RA berandai-andai bahwa dia baru masuk Islam saat itu. 


Allahu a'lamu bishshawab, Semoga bermamfa'at.


--

Wassalam,

Aba Abdirrahim

Ma'rifatullah - Mahbubun, Matbu'un dan Marhabun

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.


Kajian dengan topik ma'ritullah ini masih nyambung dengan kajian/sharing awak minggu2 sebelumnya.

Sebelumnya kita sudah membicarakan perintah Allah kepada ummat Islam untuk menggunakan akal fikiran untuk memperhatikan ciptaanNya dan memahami ayat2Nya.

Diminggu berikutnya kita juga sudah membicarakan tauhid bahwa hanya Allah lah satu-satunya - tidak ada ilah lain selain Allah yang menciptakan alam semesta ini, yang memberi rezki, yang memberi petunjuk, yang berkuasa atas segala sesuatunya dan asmahul husna Nya Allah.

Kemudian semunggu yg lewat kita sudah membahas bahwa Allah menciptakan manusia (dan semua makhluk) untuk beribadah kepadaNya. Sejak Adam AS diciptakan perintah ibadah (syariah) sudah diturunkan bagi masing-masing ummat. Meskipun syariat dari Nabi Adam AS sampai dengan syariat Nabi Muhammad SAW tidak persis sama (secara waktu, jumlah dan/atau tempat) tetapi semua risalah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul adalah sama yaitu risalah tauhid - menyembah kepada Allah.

Kalau kita perhatikan bahwa  Allah memberikan kemerdekaan kepada manusia (muslim dan non muslim) untuk menggunakan akal fikirannya dengan segala cara/metoda atau logika untuk membuktikan apakah ada ilah lain selain Allah dan Muhammad SAW adalah Rusulullah?

Bagi kita ummat Islam - muslim yang sudah menyerah, menerima dan mengakui bahwa memang tidak ada ilah lain selain Allah dan memang Nabi Muhammada SAW adalah Rasulullah, wajib untuk mengenal Allah (ma'rifatullah) seperti yang sudah diterangkan sebelumnya.

Seperti kata pepatah:

"Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta"

Betul bahwa salah satu tujuan dari ma'ritullah adalah mencintai Allah melebih segala sesuatunya. Allah mengingatkan kita jangan mencintai yang lain (makhluk) melebihi cinta kita kepada Allah. Allah mengaitkan/mengibaratkan mencintai sesuatu melebihi cinta kepada Allah ibarat beribadah/menyembah kepada selainNya.

Bagaimana mungkin orang yang menggunakan akal fikirannya (ulul albab, ulul abshar dll) menyembah selain yang paling kita cintai.

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (2:165)

Allah dalam surat Alt Taubah ayat 24 mengatakan bahwa orang2yang melebihi cintanya kepada Allah, Rusulullah dan berjihad sama dengan orang yang berbuat kerusakan (fasik). 

Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (9:24)

Jadi dengan mengenal Allah yang telah menciptakan kita, menyediakan segala sesuatunya buat kita, secara akal fikiran mencintai Allah melebihi segala sesuatunya adalah suatu yang wajar bahkan merupakan kewajiban bagi Muslim. Orang yang tidak mencintai Allah melebihi cintanya kepada makhluk disebut Allah sebagai orang zalim (menganiaya diri sendiri) dan fasik (membuat kerusakan) - na'udzubillah.

Tujuan berikut dari ma'rifatullah, setelah kita menempatkan cinta kita kepada Allah di atas dan lebih penting dari segala sesuatunya maka tentu kita akan mengikuti apapun yang diperintah Allah Azza wa Jalla.

Orang yang tidak mengikuti Allah sama dengan menuhankan sesuatu tersebut selain Allah. Sama halnya dengan orang tidak mecintai Allah melebihi segala sesuatunya berarti menyembah selain Allah. Allah mengabarkan kepada kita dalam surat Al Furqan ayat 43 bahwa ada orang yang mengikuti atau menjadikan hawa nafsu sebagai tuhanmya. 

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, (25:43)

Sementara di dalam surat Thaha ayat 123 Allah menjamin orang2 yang mengikuti Allah, pasti tidak akan sesat dan tidak akan celaka.

 Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (20:123).

Setelah mahbubun (mencintai, asal kata حبب), matbu'un (mengikuti, asal kata تبع) Allah, maka tujuan berikut dari ma'rifatullah (mengenal, عرف) adalah marhabun (takluk: patuh, tunduk, takut, رهب) kepada Allah. 

Dalam surat An Nahl ayat 51, Allah menyuruh kita hanyak farhabun (patuh, tunduk, takut) kepadaNya saja.

Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". (16:51)

Kalau kita perhatikan ketiga tujuan ma'rifatullah, yaitu mahbubun (mencintai), matbu'un (mengikuti) dan marhabun (tunduk, patuh, takut) kepada Allah, senantiasa Allah mengaitkan dengan menyembah/beribadah kepadaNya - tidak ada ilah yang pantas disembah selain Allah.

Sementara Allah menyuruh Muslim untuk mengunakan akal fikirannya bahwa tidak ada ilah yang mampu menciptakan makhluk selain Allah, agar kita semakin bertaqwa/beriman.

Dengan demikian diharapkan dengan semakin Muslim mengenal Allah, semakin dia cinta kepada Allah, semakin mengikuti segala perintahNya (juga semakin meninggalkan/menjauhi apa2 yang dilarangNya) dan semakin patuh, tunduk dan takut atas azabNya.

Mudah2an kita semua dapat menjadi hamba2 Allah yang beriman dan semakin bertaqwa kepada, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Sebagai penutup, bahwa orang yang beriman, yang mengenal/mengetahui dan meyakini/percaya bahwa Allah memiliki siksa yang amat pedih kepada siapa/apa saja yang ingkar kepadaNya. Sebagaimana kita ketahui bahwa siksa Allah yang paling ringan di akhirat adalah jika seorang berdiri di atas bara api neraka maka spontan otaknya mendidih. Maka Muslim akan bergetar hatinya jika Nama (asma) Allah disebut sebagaimana Firman Allah dalam surat Al Anfal ayat 2-4 berikut.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (16:2-4).


Semoga bermamfaat, kalau ada khilaf atau salah itu dari saya. Allah maha mengetahui dan maha benar dengan segala firmanNya.

Wallahu a'lamu bishawwab.


--

Wassalam,

Aba Abdirrahim

Ghazwul Fikri, Strategi Bertahan dan Membalas

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.


Teman2, hari ini agak berbeda dengan hari2 jum'at sebelumnya. Bukan cuman karena hari ini perayaan natal (kelahiran) Nabi Isa AS versi paulus (trinitas) tetapi lebih kepada Ummat Islam seluruh dunia menjadi sasaran propaganda atau gazwul fikri (perang pemikiran) dari non Muslim. Hal ini sangat terasa sekali dan tempampang di depan mata kita terutama di tanah air, baik melalui media sosial, media cetak, maupun media audio-visual (radio dan TV).

Untuk itu, insyaa' Allah akan saya coba sharing rangkumam beberapa kajian terutama mengenai ghazwul atau gazwul fikri dan sikap kita Ummat Islam kepada orang Kristen (penganut paham Trinitas).

Gazwul Fikri (غزو الفكر) atau perang atau invansi pemikiran adalah istilah yang digunakan Ummat Islam terhadap segala aktivitas non fisik yang dilakukan oleh Non Muslim untuk menjauhkan Muslim dari Aqidah agama Islam, tidak bangga dengan identitas sebagai Muslim, tidak memcontoh akhlak Rasulullah, pemikiran liberal, pelucutan akidah dalam arti tidak masalah secara identitas agamanya Islam tapi perilaku sehari-harinya jauh dari tuntutan Islam (sekularisme), bahkan permutadan.

Jadi Gazwul Fikri adalah upaya-upaya gencar pihak musuh-musuh Allah untuk meracuni pikiran ummat Islam agar jauh dari Islamnya, lalu akhirnya membenci Islam, dan pada tingkat akhir Islam diharapkan habis sampai ke akar-akarnya.

Gazwul Fikri bukan sikap paranoid Ummat Islam terhadap musuh-musuh Islam tapi Gazwul Fikri lahir dari pelajaran yang diambil dari Al Qur'an yaitu kisah bujuk rayu Setan atau Iblis laknatullah terhadap bapak manusia Nabi Adam AS (QS. al-Baqarah : 30-38, Al A'raf : 11-25). 

Sebagai manusia pertama yang Allah berikan kelebihan ilmu padanya, ternyata hal ini mengundang kecemburuan Iblis laknatulah. Iblis yang merasa lebih senior, apalagi secara strata dia terbuat dari api sementara Adam AS cuma sekedar dari tanah. Maka terjadilah pembangkangan Iblis atas perintah Allah, ketika Allah memerintahkannya bersujud kepada Adam AS. Padahal, selama ini Iblis taat pada semua perintah Allah. Tak pernah sekalipun Iblis mengundang amarah Allah.

Tapi semuanya berubah dalam sekejap hanya gara-gara munculnya kesombongan pada diri Iblis. Dia merasa dirinyalah yang paling hebat. Akhirnya, Allah mengusir Iblis dari jannah. Maka tinggallah Adam AS dan Siti Hawa di dalam jannah. Allah mempersilahkan mereka menikmati semua isi jannah, kecuali satu pohon saja.

Dibakar dendam yang membara kepada Adam AS, Iblis (mungkin karena sudah kepalang basah harus jadi penghuni neraka) mencuri-curi dengar informasi apa saja yang Allah sampaikan kepada Adam AS. Maka ketika dia tahu firman Allah tentang larangan mendekati salah satu pohon, Iblis pun mulai merancang strategi bagaimana cara mempengaruhi Adam AS dan Siti Hawa agar mau mendekati 'pohon terlarang' tersebut.

Iblislah peletak dasar ghazwul fikri (perang pemikiran). Bagaimana uletnya Iblis melakukan pendekatan kepada Adam AS dan Siti Hawa dengan berperan seperti musang berbulu domba. Berpura-pura baik, bahkan ingin dikesankan sebagai penasehat setia. Strategi demi strategi terus dilancarkan tanpa pernah mengenal putus asa. Semata karena Iblis sudah terlanjur akan menjadi penghuni Neraka yang paling kekal. Maka dia akan memanfaatkan kesempatan hidup di dunia ini dengan mencari teman sebanyak-banyaknya untuk kelak menjadi penghuni neraka.

Dengan ketekunannya, Qadar Allah (atas kehendak Allah) akhirnya Iblis berhasil melakukan brain storming (cuci otak) kepada Adam AS dan Siti Hawa. Memutarbalikkan fakta, yang hak menjadi nampak batil sementara yang batil terlihat hak. Sehingga Adam AS dan Siti Hawa tergelincir dari Surga/Jannah.

Begitu juga dengan para Nabi dan Rasul setelah Nabi Adam AS. Allah menyebutkan bahwa setiap Nabi atau Rasul ada musuhnya, yaitu setan2 yang terdiri dari jin dan  manusia.

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS 6:112)

Begitu juga dengan Ummat Nabi Muhammad SAW juga ada manusia dari golongan setan yang menjadi musuh bedasarkan hadits Rasulullah SAW dari Abu Dzar Al Ghifari RA berikut:

Abu Dzar berkata, Aku mendatangi Rasulullah SAW ketika beliau berada di masdjid, aku pun duduk dan beliau bersabda: Wahai Abu Dzar, sudahkah engkau shalat? Aku menjawab, Belum. Beliau bersabda: Berdiri dan shalatlah! Aku pun berdiri shalat, lalu aku menemui beliau lagi dan duduk, beliau bersabda kepadaku: Wahai Abu Dzar, berlindunglah pada Allah dari gangguan setan manusia dan jin. Aku bertanya, Wahai Rasulullah, apakah ada setan dari manusia? Beliau menjawab: Ya.
HR Musnad Ahmad 20566 dan Sunan Nasa'i 5412.

Allah SWT mengadakan musuh-musuh yaitu setan dari Manusia dan Jin untuk Para Nabi dan Rasul. Begitu juga Nabi kita Muhammad SAW juga mempunyai musuh setan baik Iblis laknatullah sendiri maupun dari golongan Manusia dan Jin. Dalam beberapa penggalan siirah Nabi SAW disebutkan bahwa Iblis beberapa kali menjelma dalam bentuk manusia dan menghasut kaum kafir Quraisy di Makkah pada saat itu untuk membunuh Nabi SAW juga dalam perang Badar dan lain-lain kesempatan.

Adapun setan dari golongan manusia, Nabi SAW pernah menyebutkan Abu Jahal adalah Fir'aun ummatku pada saat sahabat berhasil membunuh Abu Jahal di perang badar (HR Musnad Ahmad 3633).

Begitu juga ummat Nabi SAW yaitu Abu Hurairah RA pernah didatangi oleh setan dalam wujud manusia dan Nabi SAW memberitahukan Abu Hurairah bahwa setan telah berkata benar padamu, padahal setan adalah pendusta. Maksudnya apa yang dia (setan) katakan adalah kalimatul haq (perkataan yang benar) yang diambil dari Al Qur'an yaitu fadhila/keutamaan ayat kursi, tapi dia punya maksud lain - tentu maksud jahad karena setan adalah musuh yang nyata bagi ummat manusia (HR Shahih Bukhari No 3033 & 4624).

Dari ayat Al Qur'an dan Hadits di atas, kita dapat mengetahui bahwa setan bisa berasal dari golongan manusia dan jin. Mungkin setan dari golongan jin tidak akan terlihat oleh mata kita karena bersifat ghaib, namun setan berupa manusia bisa saja sekarang berada di dekat kita. Setan dari jenis manusia ini lebih sulit untuk diketahui dan dihindari, mungkin mereka tidak akan berpenampilan layaknya setan yang menakutkan seperti yang ada pada bayangan kita, namun mungkin saja mereka berpenampilan rapih, terdidik dan perkataannya benar tapi dalamnya ternyata seperti setan.

Bagaimana dengan Ummat Islam di zaman sekarang ini, siapa musuh yang melakukan gazwul fikri (perang pemikiran) terhadap Ummat Islam?

Sebagai Ummat Islam tentu saja rujukan kita jelas yaitu Al Qur'an, Hadits dan Ijma' para ulama. Dalam Al Qur'an surat As Saff ayat 8 yang terjemahan sebagai berikut:

Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".

Menurut tafsir bahwa "mereka" dalam ayat ini adalah bani Isra'il. Sebagaimana kita ketahui bahwa bani Isra'il yang hidup di zaman kita sekarang adalah Zionis dan Kristen karena dua-duanya bersumber pada Yahudi dan Nasrani (yang juga Yahudi). Dan kita tahu juga bahwa Agama Yahudi hanya buat keturunan Yahudi saja. Meskipun aslinya agama Nasrani hanya untuk Yahudi tetapi di zaman sekarang Agama Kristen (penganut Trinitas versi Paulus) disebarkan oleh mereka kepada siapa saja yang bisa mereka rekrut dan dijadikan domba-domba Kristen.

Dalam Hadits Riwayat Abu Daud No 3746 dan Musnad Ahmad No 21363 disebutkan bahwa setelah Rasulullah SAW wafat, Ummat Islam akan diperebutkan oleh musuh-musuh Islam (persekutuan bangsa bangsa) seperti layaknya orang rebutan makanan di atas meja. Para Sahabat heran dan bertanya apakah jumlah kita (Ummat Islam) sedikit pada saat itu yaa Rasulullah? Rasulullah SAW menjawab bahkan kalian (Ummat Islam) pada saat itu banyak, tapi kalian bagaikan buih di genangan air atau sungai. 

Dari fakta sejarah kita tahu bahwa kolonialisme atau penjajahan dunia barat atas negara-negara Islam di bawah bendera atau atas nama salib. Dan kekuatan salib berhasil menyelinap di balik misi kolonialisme yang tujuannya Gold, Gospel and Glory. Misi Gospel adalah penyebaran agama Kristen ke dunia Islam.

Allah berfirman dalam Al Qur'an bahwa:

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. Al-Baqarah: 120)

Catatan pinggir bahwa Kristen tidak mampu mengkristenkan ummat Islam seperti perkataan Samuel Marinus Zwemer (1867 - 1952) Musuh Islam berikut:

"Tujuan kami bukan untuk mengkristenkan ummat Islam, ini tidak akan sanggup kita melaksanakannya. Tetapi target kita adalah menjauhkan kaum muslimin dari agamanya (Islam). Ini yang harus kita capai, walaupun mereka tidak bergabung dengan kita" (Misionaris Amerika, Samuel Marinus Zwemer).

Jadi apa sebenarnya tujuan musuh Islam tersebut? 

1. Musuh Islam berusaha merusak sendi – sendi Islam dan tidak memberi kesempatan untuk memulai kehidupan secara Islami. Dengan kata lain ummat Islam tidak boleh membangun masyarakat berdasarkan nilai – nilai Islam. Media yang mereka gunakan beragam dari Internet, Film, Sinetron, Iklan, Fashion, Life Style, dll. Serangan ini lambat laun akan merusak akhlak, mengacaukan ideologi bahkan sampai murtad. Setelah itu ummat Islam akan melepaskan ketauhidan kepada Allah dan berwala' (loyal) kepada kaum kafir.

2. Musuh Islam takut ketika kita menjadikan Islam sebagai Dien (dalam arti sebenarnya, bukan hanya agama), sebagai sistem hidup kita (way of life). Oleh karena itu disebarkanlah teori – teori sekularisme, pluralisme, paham – paham atheis, dan pemikiran lain yang bertentangan dengan Islam. Mengaburkan nilai – nilai kebenaran, menebarkan keragu – raguan dalam ber-Islam maupun dengan menebarkan kesesatan. Tujuan mereka supaya ummat Islam meragukan kebenaran agama Islam itu sendiri. Padahal Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT, "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.." (QS. Ali Imran : 19)

3. Musuh Islam melakukan penyerangan pemikiran agar kemudian lahirlah generasi Muslim yang tidak berkepribadian. Ummat Islam tidak percaya diri untuk menampakkan identitas ke-Islaman. Nama - nama, mode pakaian, bahasa, gaya hidup, pola pikir, semuanya mereka ganti dengan kebudayaan impor dari barat. Sebagian tokoh mereka mengatakan bahwa apabila ingin maju kita harus menjiplak barat seutuhnya. Inilah krisis yang paling berbahaya, krisis identitas atau kepribadian.

4. Musuh Islam melakukan pemurtadan atau menumbangkan aqidah dengan segala cara.

"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi." (QS. Ali Imran : 149). 

Ketika pikiran ummat Islam sudah tercemari, gaya hidup sudah terwarnai, tidak ada lagi Identitas Islam yang tersisa, maka tumbanglah aqidah ummat Islam.

Lantas bagaimana caranya atau metoda musuh-musuh Islam ini menyerang (menginvansi) pemikiran ummat Islam? Para pakar Dakwah Islam membaginya dalam beberapa kelompok berikut:

1. Menimbulkan keragu-raguan dan pendangkalan dalam jiwa kaum muslimin terhadap agamanya. Yang menjadi sasaran utama dalam metoda ini adalah validitas sumber-sumber hukum islam, yaitu Al Qur'an dan Hadits. Berbagai teori bohong diungkapkan oleh para musuh Islam untuk menimbulkan keragu-raguan akan kebenaran wahyu Allah. Mereka menuduh bahwa isi Al Qur'an sudah tidak rasional agar kaum muslimin tidak lagi mengkajinya.                 

2. Pengaburan kebenaran ajaran Islam. Adalah upaya musuh Islam untuk menghilangkan kebanggaan kaum muslimin terhadap Islam dengan cara menggambarkan Islam secara buruk. Seringkali mereka menyematkan gelar seperti teroris, fundamentalis, ekstrimis, islam garis keras, dan lain-lain. Tentunya julukan tersebut tidak hanya sebagaihinaan semata bagi kaum muslimin, melainkan juga salah satu bentuk Tasywih agar kaum muslimin mulai tidak bangga terhadap agamanya sendiri.

3. Berupaya mencampuradukan antara pemikiran dan budaya Islami dengan pemikiran dan budaya Jahiliyah. Tujuanya jelas yaitu agar tidak lagi ada jarak pemikiran dan budaya Islami dengan pemikiran dan budaya kufur, sehingga Ummat Islam tidak tahu lagi mana pemikiran dan budaya Islami dan mana yang bukan.

4. Melakukan pembaratan (westernisasi), yaitu mendorong kaum muslimin untuk menyenangi dan menerima pemikiran, kebudayaan dan gaya hidup orang-orang barat. Musuh Islam berusaha keras untuk mengeringkan nilai-nilai Islam dari jiwa kaum muslimin dan mengisinya dengan nilai-nilai barat yang menyimpang.

Musuh Islam bukan saja menggunakan berbagai cara tapi juga mereka menggunakan berbagai sarana sebagaimana ayat Allah di dalam Al Qur'an kepada Iblis laknatullah surat Al Isra ayat 64 berikut:

Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka.

Sarana berikut digunakan oleh Musuh Islam dalam menyerangan pemikiran Ummat Islam:

1. Pers dan media informasi, dalam dunia modern, pers menempati posisi yang sangat penting, antara lain adalah dapat membentuk opini ummat. Bahkan sering dikatakan bahwa barangsiapa yang menguasai pers, berarti dapat juga menguasai dunia. Kalau yang menguasai pers itu adalah orang mukmin, yang benar-benar paham dengan dakwah dan memang merupakan Da'i, maka pers yang diterbitkanya tentu tidak akan menurunkan tulisan-tulisan yang merugikan Islam, memojokkan kaum muslimin atau menyakiti umat Nabi Muhammad SAW. Tetapi kenyataan yang membuktikan, di dunia ini tak sedikit pers yang menurunkan aneka bentuk tulisan yang substansi isinya bukan hanya memojokkan Islam, menyakiti hati kaum mukmin, menghina Nabi SAW serta melecehkan Al Qur'an, tetapi lebih dari sekedar itu. Musuh-musuh Islam telah menggunakan media sebagai corong yang efektif untuk merontokkan ke-Islaman kita. Dan keadaan bisa bertambah buruk lagi, kalau para pemimpin ummat Islam bukanya memihak Islam, tapi justru memihak dan membela musuh-musuh Allah SWT. Na'udzu biillah min dzaalik!        

2. Pendidikan, melalui beasiswa pelajar di negeri barat, perlahan mereka menyimpangkan pandangan kita terhadap Islam. Hingga saat ini sudah banyak mahasiswa yang diberi beasiswa kuliah di luar negeri dan ketika kembali sudah menjadi calon tokoh-tokoh kaum liberal.            

3. Hiburan & Olahraga, baik hiburan tradisional maupun modern, hingga reality show sudah mereka manfaatkan. Tidak hanya mendirikan cafe, bioskop, club, lokalisasi, namun juga memanfaatkan radio, televisi, Hp, internet, dan sebagainya. Selain itu mereka juga menyebutkan prestasi olahraga, film, fashion show dll sebagai bentuk kepahlawanan atau prestasi yang pantas dibanggakan, padahal dibalik itu semua banyak perbuatan keji yang ditularkan kepada ummat Islam. Seperti judi, menuman keras, menampakkan aurat dan masih banyak lagi.

4. Yayasan & LSM, dibungkus dalam kemasan Islami seperti bantuan sosial, padahal dibalik itu mereka menawarkan pertukaran harta dengan agama mereka hingga akhirnya masyarakat-masyarakat lemah harta (mustad'afin) menjadi korban pemurtadan.

5. Dan lain lain sarana prasarana yang mana mungkin saja tampak bagus, benar, baik tetapi mempunyai maksud untuk menghancurkan Ummat Islam secara perlahan-lahan, mungkin dalam hitungan detik, jam, hari, munggu, bulan, tahun bahkan generasi.

Layaknya sebuah perang, meskipun perang pemikiran tapi sikap kita sebagai Ummat Islam harus sama dengan seperti menghadapi perang  fisik (militer) yaitu mengatur strategy untuk bertahan atau mempertahan diri dan menyerang balik atau menghancurkan musuh Islam. Sehingga ummat Islam dapat mengatakan:

"Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap (QS 17:81).

Untuk mempertahankan diri dan Menyerang balik musuh Islam tidak hanya tugas para Da'i(yah), Utadz(ah), Ulama, Cendikiawan Muslim, tapi adalah kewajiban setiap orang (individu). Untuk itu mari kita rapatkan barisan (berjama'ah), karena seperti  yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib RA: 

"al haqqu billa nizham yughlibul bathila bi nizham - Kebenaran yang tak terorganisir akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir".

Strategi Pertahanan Gazwul Fikri:

1. Kembali kepada Al Qur'an dan Hadits. Pergunakan akal pikiran yang dikasih Allah SWT untuk memahami setiap ayat, setiap perintah, setiap larangan dan istiqamah dalam beribadah kepada Allah SWT. Tidak ada alasan lagi bagi seorang Muslim untuk tidak bisa membaca Al Qur'an dan Hadits, karena terjemahan dan tafsir tersedia sangat banyak dan mudah diakses. Sehingga kita semakin faham terhadap dieunul Islam, iman kita semakin kuat dan ketaqwaan kita semakin meningkat derajatnya. Dengan demikian kita sebagai Ummat Islam lebih mencintai Akhirat daripada kehidupan Dunia ini sehingga musuh Islam merasa takut dengan ketaqwaan kita.

2. Senantiasa berserah diri (tawaqal) dan berdo'a terhadap setiap amal ibadah yang kita lakukan. Sebagai makhluk, manusia adalah bersifat lemah dan butuh pertolongan Allah SWT. Kemampuan manusia dibatasi oleh penglihatan, pendengaran dan fisiknya. Banyak peristiwa terjadi diluar jangkauan/kemampuan manusia untuk mengatasinya. Dengan berdo'a kita semakin dekat dengan Allah SWT sehingga kita menjadi lebih kuat menghadapi/mengatasi serangan musuh Islam tersebut. Dalam Al Qur'an banyak sekali contoh kekuatan do'a seperti setan minta dipanjangkan umur, Nabi Zakariya AS mohon anak meskipun istrinya mandul, dan lain lain. Jadi kita sebagai ummat Islam harus yakin dengan kekuatan do'a karena Allah adalah Pemilik, Khalik segala sesuatunya (termasuk musuh Islam).

3. Meningkatkan amal ibadah dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Dalam siirah Nabi SAW sering kita jumpai cerita bahwa para sahabat berlomba-lomba dalam berbuat baik. Dalam beberapa Hadits disebutkan bahwa "... dan diantara mereka ada yang berlomba-lomba dalam kebaikan dengan izin Allah, mereka itulah orang-orang yang masuk syurga tanpa hisab". Di dalam Al Qur'an surat Al Fathir akhir ayat 32 disebutkan "... dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar". Jadi berlomba-lombalah berbuat kebaikan sehingga Allah SWT melindungi kita dari rencana keji musuh Islam.

4. Meningkatkan pendidikan dan menguasai ilmu pengetahuan. Kewajiban setiap ummat Islam untuk membejali dirinya dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan agar kita bisa lebih unggul dari musuh Islam. Setiap muslim(ah) harus memguasai ilmu baik untuk dunia maupun akhirat. Harus ada dari ummat Islam yang menguasai setiap cabang Ilmu dari ayat-ayat Allah baik ayat-ayat Al Qur'aniyah (wahyu) maupun ayat-ayat Al Kauniyah (alam semesta). Setiap muslim(ah) harus mengikuti (menapak tilas) sunah Rasulullah SAW karena setiap segmen dari siirah Nabi SAW adalah saat dimana Al Qur'an diturunkan dan Hadits disampaikan. Dengan semakin terdidik dan fahamnya ummat Islam maka semakin kuat pertahanan ummat Islam terhadap musuh Islam.

5. Berdakwah dan mengajarkan dienul Islam kepada keluarga, kerabat dekat, saudara, lingkungan dan ummat Islam yang masih lemah pemahamannya terhadap dieunul Islam. Dengan demikian semua strategi pertahanan gazwul fikri di atas dapat lebih mudah dan cepat dicapai. Dalam beberapa Hadits Rasulullah SAW bersabda "ballighuu 'annii walau aayah" - Sampaikan dariku sekalipun satu ayat. Perintah berdakwah atau mengajarkan dieunul Islam ini tidak saja tugas para Nabi atau Ulama, tetapi tugas setiap muslim(ah) seperti Firman Allah dalam surat Asy Syuara ayat 214 "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat". 

6. Bersabar dalam setiap cobaan dan ikhlas terhadap keputusan Allah SWT. Di dalam surat Al Baqarah ayat 155-157 Allah SWT berfirman bahwa orang-orang yang sabar apabila ditimpa musibah akan mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Allah SWT. Dalam surat Az Zumar alhir ayat 10 "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". Dalam Hadits Shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa "tidaklah seseorang mendapatkan pemberian yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran".

Disamping bersabar terhadap segala cobaan kita juga diharuskan ikhlas menerima segala ketentuan Allah SWT dan menyadari bahwa apapun yang terjadi sudah ketetapan Allah SWT. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (QS 57:22)". Jadi bila kita bisa sabar dan ikhlas menerima setiap ketentuan Allah SWT, maka insyaa' Allah tidak akan terasa berat lagi cobaan/ujian tersebut.

Strategy Penyerangan Balik Gazwul Fikri:

1. Berkumpul dalam suatu jamaah atau bersatu untuk menunjukkan bahwa ummat Islam tidak berpecah. Dalam Hadits Shahih Muslim No 3436 dan lain lain, Rasulullah SAW bersabda bahwa "Barangsiapa keluar dari ketaatan dan tidak mau bergabung dengan Jama'ah kemudian ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah. Dan barangsiapa mati di bawah bendera kefanatikan, dia marah karena fanatik kesukuan atau karena ingin menolong kebangsaan kemudian dia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah. Dan barangsiapa keluar dari ummatku, kemudian menyerang orang-orang yang baik maupun yang fajir tanpa memperdulikan orang mukmin, dan tidak pernah mengindahkan janji yang telah di buatnya, maka dia tidak termasuk dari golonganku dan saya tidak termasuk dari golongannya." Dalam Hadits Imam Baihaqi dan Salman Al Farisi disebutkan bahwa "Kerberkahan dalam Jama'ah". Jadi dengan berjama'ah maka setiap penyerang balik kepada musuh Islam akan membawa hasil/faidah yang berlipat ganda seperti berlipat gandanya shalat berjama'ah dibandingkan dengan shalat sendirian.

2. Menunjuk Pemimpin dalam setiap ekspedisi atau penyerangan balik terhadap musuh Islam. Dari siirah Nabi SAW dapat kita ketahui bahwa setiap Rasulullah SAW mengirim pasukan selalu beliau menunjuk seorang pemimpin. Bahkan dalam perang atau ekspedisi mu'tah atau para jendral, Rasulullah SAW menunjuk 3 (tiga) orang pemimpin atau jendral/komandan perang yaitu Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Ketika ketiga pemimpin tersebut syuhada maka para sahabat mengangkat Khalid bin Walid untuk melanjutkan komando perang. Dalam Hadits Sunan Abu Daud No 2241  Rasulullah SAW bersabda bahwa "Apabila ada tiga orang yang keluar dalam suatu perjalanan, maka hendaknya mereka menunjuk salah seorang dari mereka sebagai pemimpin!" Tetapi Allah melarang kita memilih pemimpin dari Yahudi dan Nasrani (QS 5:51).

3. Setiap serangan balik harus dalam koridor system hukum yang berlaku baik secara syariah (Al Qur'an, Hadits dan Ijma' ulama) maupun non syariah. Jangan sampai serangan balik gazwul fikri ini malah menjadi amunisi tambahan bagi musuh Islam atau berbalik menyerang ummat Islam. Pelajari dengan seksama aspek hukum/legalitas dari setiap serangan balik kepada musuh Islam. Gunakan setiap lubang atau celah dari system musuh dengan cerdas untuk menyerang balik musuh Islam. Dalam salah satu segmen siirah Nabi SAW, sahabat Ja'far bin Abu Thalib RA memilih kata-kata yang tepat (cerdas) ketika menjawab tuduhan/hasutan kaum Quraisy kepada Raja Najasyi (Ethiopia) berikut:

"Wahai Raja, sesungguhnya mereka berkata kepada Isa bin Maryam dengan perkataan yang berbahaya. Kirimlah kepada mereka dan tanyakan kepada mereka tentang pendapat mereka."

Maka Raja Najasyi mengirim utusan kepada ummat Islam untuk menanyakannya. Sebelum utusan itu sampai, orang-orang muslim sudah berkumpul, sebagian berkata pada yang lain; Apa yang akan kalian katakan mengenai Isa jika dia menanyakanya kepada kalian? 

Mereka menjawab; Demi Allah, kami akan menjawab sebagaimana yang telah Allah sebutkan dan yang telah dibawa oleh Nabi kita, apapun yang terjadi.

Tatkala mereka menemui Raja, maka dia berkata kepada mereka: "Apa pendapat kalian mengenai Isa bin Maryam?"

Ja'far bin Abu Thalib RA menjawab; "Pendapat kami adalah sebagaimana yang dibawa oleh agama kami, yaitu dia adalah hamba Allah dan RasulNya, ruhNya dan kalimatNya yang ditiupkan kepada Maryam, seorang wanita yang tidak menikah." 

Kemudian Raja Najasyi memukulkan tangannya ke tanah dan mengambil sebatang kayu, lalu berkata; "Itulah Isa putra Maryam, sama seperti saya mengatakan bahwa ini adalah kayu."
HR Musnad Ahmad No 1649

Terlihat bahwa jawaban Ja'far RA sangat cerdas, dia mengikuti system hukum yang berlaku di Ethiopia saat itu dan tidak menjawab seperti ajaran trinitas Kristen (versi Paulus) seperti Firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 116.

4. Musyawarah dan Mufakat sebelum mengambil keputusan dan istiqamah dengan keputusan yang telah diambil. Dalam setiap rencana perlu dimusyawarahkan dengan semua anggota sesuai yang dibutuhkan, kecuali masih rahasia. Setelah mufakat dan diambil keputusan maka semua ummat Islam harus istiqamah menjalankan keputusan tersebut. Dalam salah satu segmen siirah Nabi SAW sebelum perang Uhud. Rasulullah SAW mengirimkan beberapa orang sahabat (intel) untuk mencari tahu jumlah dan posisi pasukan musuh. Rasulullah SAW membawa informasi inteligen ini dalam musyawarah dengan semua sahabat. Menurut pendapat Rasulullah SAW bahwa lebih baik menunggu pasukan musuh di dalam kota Madinah karena berdasarkan sejarah belum pernah ada musuh berhasil menduduki kota Madinah. Tapi hasil dari mufakat semua sahabat (terutama yang muda-muda) diputuskan lain yaitu menyambut pasukan musuh di bukit Uhud - di luar kota Madinah. Rupanya para sahabat yang tua-tua tidak senang dengan usulun sahabat yang muda-muda karena terlalu memaksakan pendapat dan minta mereka menarik usulan mereka kepada Nabi SAW. Namun Nabi SAW menolak mengganti keputusan, beliau istiqamah dengan keputusan yang telah disepakati.

Setelah keputusan untuk menyerang musuh diambil maka ummat Islam harus sungguh-sungguh menjalankannya sebagaimana perintah Allah SWT dalam surat Al Hajj awal ayat 78 berikut: "Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya..." Dalam HR Shahih Muslim No 71, Rasulullah SAW bersabda bahwa: "... Barangsiapa yang berjihad dengan tangan melawan mereka maka dia seorang mukmin, barangsiapa yang berjihad dengan lisan melawan mereka maka dia seorang mukmin, barangsiapa yang berjihad dengan hati melawan mereka maka dia seorang mukmin, dan setelah itu tidak ada keimanan sebiji sawi..."

5. Setiap serangang balik kepada musuh Islam harus setimpal dan sama dengan yang mereka lakukan terhadap Ummat Islam. Allah SWT berfirman dalam surat Al Maidah ayat 45 bahwa "Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada qishaashnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak qishaash)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim." Dalam salah satu segmen siirah Nabi SAW dalam perang Uhud disebutkan bahwa musuh menyemangati pasukan mereka dengan teriakan "U'lu Hubal! U'lu Hubal! (Hubal maha besar! Hubal maha besar)", Nabi SAW menyuruh Umar RA menjawab dengan "Allahu A'la wa Ajal (Allah Maha Tinggi dan Maha Mulia)". Kemudian ketika musuh berteriak "Lana Uzza wala Uzza lakum (Kami punya tuhan Uzza bersama kami sementara kamu tidak)", Nabi SAW menyuruh Umar RA membalas dengan "Allahu Maulana wala Maula lakum (Allah adalah Wali dan Pelindung kami sementara kamu tidak punya)."

Jadi ketika musuh menyerang dengan film yang merusak akhlak, maka ummat Islam harus memperbanyak Film-Film Islami yang tujuannya memperindah akhlak ummat Islam. Ketika musuh meluncurkan tulisan – tulisan yang membuat ummat resah maka ummat Islam harus sibuk memperbanyak tulisan – tulisan yang menyemangati dan membentengi ummat dari kerusakan aqidah maupun moral. Ketika musuh giat mempromosikan fashion yang mengumbar aurat maka ummat Islam harus rajin memproduksi pakaian modis nan islami untuk menutupi aurat, dan lain lain seterusnya.

6. Melakukan dakwah yang terstruktur dan terus menerus kepada musuh Islam. Dakwah kepada musuh Islam ini berdasarkan perintah Allah SWT dalam surat An Nahl ayat 125 sebagai berikut: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."

Dan dalam surat Ta Ha ayat 43-44 berikut: "Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".

Materi dakwah kepada musuh Islam ini yang utama adalah mentauhidkan Allah Ta'ala sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam HR Shahih Bukhari No 6824 dan Shahih Muslim No 28 berikut: "Sesungguhnya kamu menghadapi suatu kaum Ahli Kitab, maka hendakah pertama kali yang kalian dakwahkan kepada mereka adalah penyembahan kepada Allah azza wa jalla." 

Metoda atau cara dakwah kepada musuh Islam harus dicari format yang cocok sesuai dengan medan dakwah. Bisa dakwah bil lisan, berdiskusi atau tanya jawab secara pribadi per orang atau kumpulan. Bisa dakwah lewat tulisan, brosur atau pamflet. Bisa dakwah bil hal, bantuan sosial, pengobatan, dan lai lain. Sarana dakwah kepada musuh Islam ini bisa menggunakan semua kemungkinan prasarana yang ada seperti media cetak, media sosial, media audio visual, internet, email, group message, dll.

Dakwah kepada musuh Islam ini harus terstruktur dengan cermat dan rapih, dibawa komando dan kordinasi pemimpin yang sama seperti disebutkan sebelumnya. Jangan sampai dakwah kepada musuh Islam ini materinya saling bertentangan antara jama'ah yang satu dengan jama'ah yang lain.

Sebagai penutup bahwa Allah SWT telah bersumpah akan menolong siapa saja yang menolong syiar agama Islam dan akan memuliakan siapa saja yang menjunjung tinggi kebenaran di atas bumi. Sumpah Allah tidak mungkin dilanggar, karena Allah Mahakuat untuk melaksanakan segala kehendak-Nya dan Mahaperkasa, tidak ada yang mengalahkan. Orang-orang Mukmin yang telah Kami janjikan untuk mendapatkan pertolongan Kami adalah mereka yang, apabila kekuasaan mereka Kami kokohkan di bumi, akan menjaga hubungan mereka dengan Allah dan manusia. Mereka kemudian mengerjakan salat dengan cara yang benar, membayar zakat dan menyalurkannya kepada yang berhak, menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat jelek. Hanya Allah yang berhak menentukan akhir dari semua perkara, dan membuat hina siapa saja yang dikehendaki-Nya (QS Al Hajj akhir ayat 40-41).

Alhamdulillah, mudah-mudahan bermamfaat. Kalau ada salah, itu semua dari saya sebagai mskhluk yang tidak luput dari kesalahan. Semua yang benar berasal dari dan milik Allah SWT.


Wallahu a'lamu bishshawab, semoga bermamfa'at.


--

Wassalam,

Aba Abdirrahim