Sabtu, 04 Maret 2017

Para Pemuda Membai’at Rasulullah SAW, Bai’at Aqabah Pertama

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

Alhamdulillahi Rabb al’aalamiina. Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni’mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi’in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua senantiasa istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al’aalamiin.

Insyaa Allah pada hari ini kita lanjut siirah Rasulullah SAW dengan episode bai’at yang dilakukan oleh para Sahabat RA dari Yatsrib kepada Rasulullah SAW. Setelah keenam orang anak muda yang telah masuk Islam tersebut (Asad, Rafa’a, Auf, Qutbah, Harits dan Jabir) kembali ke Yatsrib (Madinah). Para sahabat ini lalu menyiarkan Islam kepada penduduk Yatsrib, kepada suku dan tetangga mereka. Mereka menceritakan bahwa di Makkah ada Nabi Muhammad SAW, yaitu Rasul atau utusan Allah Azza waJalla. Ternyata bangsa Arab di Yatsrib menyambut dengan senang hati dakwah agama Islam oleh enam orang Sahabat RA ini. Dengan demikian mereka bangsa Arab di Yatsrib menjadi kaum monotheis seperti orang-orang Yahudi di Yatsrib. Tidak ada satu keluargapun, baik Aus atau Khazraj, yang tidak membicarakan nama Nabi Muhammad SAW.

Pada musim hajji tahun berikutnya, tahun ke-12 dari kenabian, duabelas orang penduduk Yatsrib datang lagi ke Makkah dan bertemu dengan Nabi SAW. Dari dua belas orang itu, dua orang dari golongan Aus dan sepuluh orang dari golongan Khazraj. Adapun nama-nama mereka adalah sebagai berikut:
1. Asad bin Zurarah (أسد بن زرارة) dari suku Bani Najjar.
2. Auf bin Harits (عوف بن حارث) dari suku Bani Najjar.
3. Rafa'a bin Malik (رافع بن مالك) dari suku Bani Zareeq.
4. Qutbah bin Amar (قطبة بن عامر) dari suku Bani Salma.
5. Uqbah bin Amar Nabi (عقبة بن عامر نابي) dari suku Bani Haram.       

Kelima orang tersebut di atas semua dari suku Khazraj, telah bertemu dengan Nabi SAW di bukit Aqabah tahun ke-11 kenabian.
Tujuh orang lainnya adalah:
6.      Mu'adz bin al-Harits (معاذ بن الحارث) dari suku Khazraj.
7.      Zhakwan bin Abd Al-Qais (زكوان بن عبد القيس) dari suku Khazraj.
8.      Ubadah bin Samit (عبادة بن صامت) dari suku Khazraj.
9.      Yaziid bin Tsa'labah (يزيد بن ثعلبة) dari suku Khazraj.
10. Abbas bin Ubadah (عباس بن عبادة) dari suku Khazraj.
11. Abul Haitham bin At-Taihan (أبو الهيثم بن التيهان) dari suku Aus.
12. Uwaim bin Saidah (عويم بن ساعدة) dari suku Aus.

Dua belas orang penduduk Yatsrib yang datang ke Makkah ini, semuanya sudah memeluk Islam, terutama yang tujuh orang yang baru masuk Islam sebelum mereka bertemu dengan Nabi SAW. Nabi SAW berkata kepada para sahabat ini agar mengambil janji atau bersumpah atau berbai’at kepada Nabi SAW pada saat itu. Secara garis besar, isi bai’at dua belas orang Sahabat RA ini kepada Nabi SAW adalah sebagai berikut:
1.      Kami tidak akan menyembah siapa pun kecuali Allah.
2.      Kami tidak akan mencuri.
3.      Kami tidak akan melakukan perzinahan.
4.      Kami tidak akan membunuh anak-anak kami.
5.      Kami tidak akan salah menuduh atau memfitnah orang.
6.      Kami tidak akan menentang Rasulullah SAW dalam perbuatan baik (amar ma’ruf) dan hanya menyebabkan.

Perihal bai’at yang pertama ini, dapat kita lihat dalam hadits Nabi SAW. Rasulullah SAW di hadapan sekelompok shahabat bersabda: Kemarilah kalian berbai'at kepadaku, untuk tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian, tidak berbuat dosa yang didatangkan diantara tangan-tangan dan kaki-kaki kalian, tidak mendurhakaiku dalam perkara yang ma'ruf. Siapa diantara kalian yang menunaikannya maka baginya pahala di sisi Allah, dan siapa yang melanggarnya lalu Allah menghukumnya di dunia ini maka hukuman itu sebagai tebusan, dan siapa yang melanggarnya lalu Allah menutupinya di dunia ini maka perkaranya terserah kepada Allah. Jika Dia menghendaki, akan disiksanya dan jika Dia menghendaki akan diampuinya (di akhirat). (HR Shahih Bukhari No. 17)

Ubadah RA mengatakan bahwa ummat Islam mengambil janji dengan Nabi SAW dan para sahabat dari Yatsrib ini meminta Beliau SAW untuk mengirim guru. Nabi SAW mengirim Mus'ab bin Umair RA kepada atau bersama dua belas orang sahabat ini ke Yatsrib sebagai da’i pertama keluar Makkah. Mus’ab bin Umair RA juga merupakan duta atau utusan Nabi SAW pertama. Mus’ab bin Umair RA di Yatrib tinggal bersama atau di rumah Asad bin Zurarah RA, salah seorang dari enam anak muda yang bertemu Nabi SAW pertama kali. Mus’ab bin Umair RA dan Asad bin Zurarah RA menyampaikan ajaran Islam kepada penduduk Yatsrib dengan penuh semangat. Penduduk Yatsrib dan kedua belas orang sahabat yang melakukan bai’at pertama dengan Nabi SAW menyambut dakwah Islam dengan sangat antusias.

Jadi dua belas orang anak muda dari Yatsrib yang melakukan bai’at pertama kali kepada Nabi SAW ini berasal dari suku Khazraj dan Aus. Hal ini menandakan bahwa para anak muda baik dari suku Aus maupun suku Khazraj tampaknya telah melupakan permusuhan dalam perang Bu’ats yang telah terjadi sebelumnya. Untuk pertama kalinya antara suku Aus dan Khazraj melupakan perang dan permusuhan mereka dan bersatu dalam agama Islam. Tidak pernah sebelumnya kedua belah pihak (Aus dan Khazraj) bersatu dalam hal apapun. Para sahabat juga melihat bahwa untuk pertama kalinya Islam akan memperkuat ikatan dan menyatukan mereka dari suku Aus dan Khazraj.

Catatan bahwa pada kunjungan kedua dari anak muda Yatsrib atau pada bai’at pertama dari sepuluh anak muda dari suku Khazraj dan dua orang anak muda dari suku Aus, terjadi setelah perang Bu’ats, yaitu perang besar yang menyebabkan banyak korban dari para sesepuh dan meninggal bekas ‘luka’ yang dalam kepada kedua suku. Namun demikian, persatuan antara para sahabat muda dari suku Aus dan suku Khazraj ini merupakan langkah awal yang sangat menentukan. Pada saat bai’at pertama dengan Rasulullah SAW terjadi, memang baru dua orang dari suku Aus dan sepuluh dari suku Khazraj. Tetapi perjalanan jauh mereka dari Yatsrib ke Makkah dan kebersamaan dalam membai’at Nabi SAW menunjukkan tekad kuat mereka menerima risalah Islam. Memang masih akan memakan waktu cukup lama bagi mereka untuk bersatu sepenuhnya. Namun Islam, perlahan tapi pasti akan mempersatukan mereka sepenuhnya.

Para Ulama juga mencatat bahwa bai’at para sahabat Yatsrib dengan Nabi SAW ini adalah bai’at pertama kalinya secara resmi dengan penduduk diluar Makkah. Pertemuaan ini juga merupakan awal atau pertama kalinya orang masuk Islam secara berkelompok, bukan orang perorang. Pada umumnya, setiap kali seseorang masuk Islam, maka orang tersebut memberikan sumpah atau kesaksian atau bersyahadat dihadapan Nabi SAW sambil menempatkan tangannya di atas tangan Nabi SAW, namun hal ini tidak disebut sebagai bai’at secara resmi. Seorang sahabat, yaitu Ubadah bin Samit RA mengatakan bahwa bai’at yang pertama yang dilakukan oleh duabelas orang para sahabat dari Ythrib ini disebut bai’at pertama Aqabah.

Di dalam hadits shahih Muslim No. 3224, Ubadah Ibnu Samit berkata bahwa Rasulullah SAW pernah mengambil sumpah setia kepada kami sebagaimana beliau mengambil sumpah setia terhadap kaum wanita, yaitu; hendaknya kami tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kami, dan tidak melemparkan kedustaan antara satu dengan yang lain. Berdasarkan hadits ini, bai’at pertama yang dilakukan oleh para sahabat RA dari Yatsrib ini disebut juga sebagai bai’at perempuan atau bai’at un-nisa.

Bai’at perempuan adalah bai’at yang tidak memiliki atau melibatkan aspek politik. Bai’at perempuan hanya sumpah agama, sumpah secara teologi dan moralitas. Karena ketika seorang perempuan masuk Islam, Nabi SAW hanya meminta mereka untuk menjalani hidup yang baik dan menyembah Allah. Jadi sumpah ini disebut “Bai’at Perempuan” karena tidak ada aspek politik, para sahabat dari Yatsrib tidak diminta untuk melindungi Nabi SAW secara politik atau secara keamanan, jihad dan lain-lain. Jadi saat Bai’at pertama Aqabah ini dilakukan, Nabi SAW hanya meminta para sahabat menjadi Muslim yang baik dan menyembah Allah Azza waJalla saja. Jadi Nabi SAW belum mewajibkan zakat, haji dan puasa kepada ummat Islam saat itu.

Demikian kita cukupkan sampaikan disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjutkan kembali episode siirah Rasulullah SAW. Kalau ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada Allah Azza waJalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.


Wassalam