Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ
Alhamdulillahi Rabb al'aalamiina. Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni'mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi'in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.
Insyaa Allah hari ini kita lanjutkan kembali siirah Rasulullah SAW dengan bagian ke-3 dari episode para sahabat RA hijrah (berimigrasi) ke Abyssinia atau Habasyah (حَبَشَة) atau Ethiopia. Pada bagian sebelumnya sudah kita kisahkan bagaimana usaha dua orang utusan kaum musyrikin Quraisy mencoba melobi para komanda/mentri Habasyah dengan memberikan hadiah-hadiah berharga dari Makkah, bahkan Najasyi (sebutan Raja dalam bahasa bangsa Habasyah) juga mereka hadiah agar mau mengembalikan kaum Muslim yang hijrah ke Habasyah. Tetapi dengan taqdir Allah Azza wa Jalla, Ja'far RA dapat menarik simpati atau keberpihakan Najasyi kepada kaum Muslim sehingga Najasyi mempersilahkan kedua orang utusan kaum Quraisy untuk pergi.
Tatkala kedua orang itu keluar dari hadapan sang Raja, 'Amru bin Al-'Ash tidak puas dan berkata kepada Abdullah bin Abu Rabi'ah, "Demi Allah, sungguh saya akan bongkar aib kaum Muslim besok, kemudian saya akan kupas kejelekan-kejelekan mereka dihadapan Najasyi." Abdullah bin Abu Rabi'ah berkata kepadanya, "Jangan kau lakukan, mereka masih kerabat kita walaupun mereka telah menyelisihi kita." 'Amru bin Al-'Ash menjawab, "Demi Allah, saya akan tetap kabarkan kepada Najasyi bahwa Isa ibnu Maryam menurut kaum Muslim adalah seorang hamba."
Esok harinya, kedua delegasi kaum Quraisy menemui Raja dan berkata kepadanya, "Wahai raja, sesungguhnya kaum Muslimin mengeluarkan tuduhan yang luarbiasa (berbahaya) terhadap Isa ibnu Mariam. Panggillah mereka dan tanyakan apa yang mereka katakan tentang Isa ibnu Maryam." Maka Najasyi mengirim utusan kepada kaum Muslim untuk menanyakan tentang Nabi Isa AS. Kaum Muslim sudah berkumpul, sebagian berkata pada yang lain, "Apa yang akan kita katakan mengenai Isa jika Najasyi menanyakanya kepada kita?" Kaum Muslim kembali sepakat, "Demi Allah, kita akan menjawab sebagaimana yang telah Allah sebutkan dan yang telah dibawa oleh Nabi kita, apapun yang terjadi."
Tatkala para sahabat RA menemui Raja, maka Raja bertanya' "Apa pendapat kalian mengenai Isa ibnu Maryam?" Ja'far bin Abu Thalib menjawab, "Pendapat kami adalah sebagaimana yang diajarkan oleh agama kami, yaitu Isa AS adalah hamba Allah dan RasulNya, RuhNya dan KalimatNya yang ditiupkan kepada Maryam, seorang wanita yang tidak menikah." Kemudian Raja Habasyah atau Najasyi memukulkan tangannya ke tanah dan mengambil sebatang kayu, lalu berkata, "Itulah Isa putra Maryam, sama seperti saya mengatakan bahwa ini adalah kayu." Maksudnya, apapun dan bagaimanapun penyebutannya bahwa kayu tetap sebuah kayu, begitu juga dengan Nabi Isa AS tetap seorang manusia.
Namun dalam versi lain, ketika Ja'far RA ditanya tentang Nabi Isa AS, Ja'far berkata, "Tentang Isa AS pendapat kami seperti yang dikatakan Nabi kami: 'Dia adalah hamba Allah dan UtusanNya, RuhNya dan FirmanNya yang disampaikan kepada Perawan Mariam." Najasyi lalu mengambil sebatang tongkat dan menggoreskannya di tanah. Dan dengan gembira sekali Najasyi berkata, "Antara agama tuan-tuan dan agama kami sebenarnya tidak lebih dari garis ini."
Maka para komandan perang yang berada di sekitarnya mengucapkan perkataan yang menunjukan kemarahan atau ketidak-senangan mereka terhadap ucapan Najasyi. Najasyi berkata kepada para komandannya, "Demi Allah, walau kalian tidak suka, saya akan mengatakannya." Karena setelah mendengar pendapat dari kedua belah pihak, Najasyi menyadari bahwa kaum Muslimin mengakui Isa AS, mengenal adanya Kristen dan menyembah Allah. Kemudian Najasyi berkata kepada kaum Muslim, "Kalian akan aman di negeriku, barangsiapa mencela kalian, maka akan dikenai denda. Saya tidak suka memiliki satu gunung emas jika saya harus menyakiti salah seorang dari kalian." Raja berkata kepada para komandan atau mentrinya, "Kembalikan kepada delegasi kaum Quraisy berdua semua hadiah-hadiah yang telah mereka berikan, kita tidak membutuhkannya."
Najasyi berkata, "Demi Allah, Allah tidak mengambil suap dariku ketika mengembalikan kerajaanku, hingga saya harus mengambil suap dalam kekuasaanku, dan Allah pun tidak memaksa orang-orang untuk menaatiku sehingga saya menaati mereka dalam masalah itu." Kemudian kedua orang utusan kaum Quraisy tersebut keluar (pergi) dari hadapannya dalam keadaan kalah dan hadiah-hadiah mereka dikembalikan lagi.
Maka semenjak itu kaum Muslim tinggal di Habasyah dengan damai dibawah perlindungan Najasyi dan mempunyai tetangga yang baik. Ummu Salamah RA berkata, "Demi Allah! kami dalam keadaan demikian sampai suatu saat datang seseorang yang mengkudeta kekuasannya (Najasyi). Demi Allah, kami tidak merasakan kesedihan yang melebihi kesedihan pada saat itu, kami khawatir jika orang itu mengalahkan Najasyi maka akan datang orang yang tidak mengakui hak kami sebagaimana yang telah dilakukan Najasyi."
Catatan pinggir bahwa Najasyi (نَجَاشِى) atau Negus adalah panggilan Raja dalam bahasa bangsa Habasyah. Raja yang bekuasa pada saat kaum Muslim hijrah ke Habasyah atau Abisinia adalah Armah dan dalam buku siirah disebut sebagai Ashama Ibnu Abjar. Ashama Ibnu Abjar adalah Najasyi Kerajaan Asylum atau Kingdom of Aksum (Axum) yang berada di Ethiopia sekarang. Sebaimana umumnya bahwa perebutan kekuasaan sering terjadi, begitu juga dimasa Najasyi Ashama terjadi pemberontakan dan ummat Islam yang bermukin di Habasyah berpihak kepada Najasyi Ashhama (selanjutnya kita sebut saja Najasyi).
Najasyi berusaha menumpas pemberontakan tersebut, sedang diantara pasukan Najasyi dan pemberontak terdapat sungai Nil. Kemudian para sahabat RA bermusywarah untuk mencari berita. Diputuskan salah seorang dari Sahabat pergi menyeberangi sungai Nil untuk mencari berita tentang kaum pemberontak tersebut. Maka Zubair bin Awwam RA berkata, "Saya bersedia." Zubair bin Awwam adalah orang paling muda umurnya. Para sahabat meniupkan kirbah (sebangsa kantong air atau udara) untuknya, kemudian meletakannya di dadanya, sehingga dia dapat berenang dengan menggunakan kirbah tersebut sampai di tepi sungai Nil yang menjadi tempat pertempuran pasukan Najasyi dengan kaum pemberontak.
Kaum Muslim berdoa kepada Allah untuk pasukan Najasyi agar dia dapat mengalahkan musuhnya dan dia tetap berdiri kokoh diatas kerajaanya dan mendapatkan kepercayaan dalam memimpin negerinya Habasyah. Semua itu dilakukan kaum Muslim karena ketika Habasyah dibawah kekuasaan Najasyi, kaum Muslim mendapatkan perlindungan dan tempat tinggal yang baik sampai para Sahabat kembali menemui Rasulullah SAW yang berada di Madinah.
Beberapa tahun kemudian, Nabi SAW sudah berada di Madinah dan mendapat khabar dari Jibril AS tentang meninggalnya Najasyi Ashhamah ibnu Abjar pada hari kematiaanya. Di dalam hadits riwayata shahih Bukhari No. 1168, shahih Muslim No. 1580 dan lain-lain bahwa Nabi SAW mengumumkan kematian An-Najasyi, penguasa atau Raja negeri Habasyah kepada para sahabat. Nabi SAW mengumpulkan para sahabat dilapangan untuk melakukan shalat gaib atas meninggalnya Najasyi. Nabi SAW berkata kepada para Sahabat RA, "Mohonkan ampun buat saudara kalian."
Meskipun Najashi tidak diketahui apakah bersyahadat atau masuk Islam, tapi berdasarkan beberapa hadits tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Najasyi Ashhamah Ibnu Abjar adalah seorang Muslim dan meninggal dalam keadaan Muslim. Kemungkinan besar ummat Islam di Habasyah juga tidak mengetahui bahwa Najasyi Ashhamah Ibnu Abjar adalah seorang Muslim, karena Nabi SAW melakukan shalat ghaib janazah buat almarhum.
Sebelum kita tutup, berikut beberapa pelajaran yang dapat kita tarik dari kisah Hijrah para Sahabat RA ke Habasyah:
1. Musuh Islam akan melakukan segala macam cara untuk menekan ummat Islam dan terus berlangsung sampai hari ini. Seperti cara menjelek-jelekkan yang menjijikkan yang dilakukan kaum musyrikin Quraisy kepada kaum Muslim dihadapan An-Najasyi Habasyah.
2. Pengusiran para da'i dari kampung halamannya adalah cara kuno yang sudah terjadi sejak Islam mulai di Makkah, seperti yang dilakukan kaum musyrikin Quraisy. Cara yang sama masih berlangsung terhadap ummat Islam sampai hari ini.
3. Selama tidak melanggar aqidah (tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW), Ummat Islam bisa saja menggunakan cara atau system yang berlaku setempat untuk membela atau mempertahankan aqidah Islam. Seperti yang dilakukan oleh kaum Muslim di Habasyah, mengikuti system kerajaan Habasyah untuk menolak tuduhan-tuduhan keji kaum musyrikin Quraisy.
4. Dakwah yang dilakukan oleh da'i yang tepat pada tempat dan waktu yang tempat diperlukan untuk menjawab setiap masalah ummat Islam. Seperti pemilihan Ja'far bin Abi Thalib RA dan pembelaannya di hadapan An-Najasyi menunjukkan kecerdasan, kedalaman dan pemahamannya terhadap agama, risalah Rasulullah SAW. Kepiawaiannya dalam memaparkan masalah, sehingga semua tuduhan kaum musyrikin Quraisy tertolak dan ummat Islam mendapat kebebasan beribadah di Habasyah.
5. Sumber agama samawi adalah satu. Namum demikian risalah terdahulu, yaitu Yahudi dan Kristen telah mengalami penyimpangan – tidak murni lagi.
6. Kaum muslimin wajib mempersiapkan kader, juru dakwah, diplomat yang mampu memaparkan masalah dengan baik, serta menangkis syubhat musuhnya seperti yang dilakukan oleh Ja'far bin Abu Thalib.
7. Allah SWT mengkondisikan musuh agama Islam untuk membantu agama-Nya tanpa musuh itu menyadarinya. Seperti yang terjadi pada delegasi kaum musyrikin Quraisy kepada An-Najasyi, kaum Muslim mendapat kesempat berdakwah kepada Najasyi dan para pendeta agama Kristen di Istana Najasyi. Maha Benar Allah Yang berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 30, "Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya." (QS 8:30)
Demikian kita cukupkan sampai disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjut lagi dengan tahapan dakwah Rasulullah SAW ini dengan episode Hamzah RA, salah seorang paman Nabi SAW memeluk agama Islam. Kalau ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.
Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersakdi bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.
Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.
Wassalam