Sabtu, 24 September 2016

Hijrah ke Habasyah (Abyssinia), Bagian ke-3

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

Alhamdulillahi Rabb al'aalamiina. Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni'mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi'in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Insyaa Allah hari ini kita lanjutkan kembali siirah Rasulullah SAW dengan bagian ke-3 dari episode para sahabat RA hijrah (berimigrasi) ke Abyssinia atau Habasyah (حَبَشَة) atau Ethiopia. Pada bagian sebelumnya sudah kita kisahkan bagaimana usaha dua orang utusan kaum musyrikin Quraisy mencoba melobi para komanda/mentri Habasyah dengan memberikan hadiah-hadiah berharga dari Makkah, bahkan Najasyi (sebutan Raja dalam bahasa bangsa Habasyah) juga mereka hadiah agar mau mengembalikan kaum Muslim yang hijrah ke Habasyah. Tetapi dengan taqdir Allah Azza wa Jalla, Ja'far RA dapat menarik simpati atau keberpihakan Najasyi kepada kaum Muslim sehingga Najasyi mempersilahkan kedua orang utusan kaum Quraisy untuk pergi.

Tatkala kedua orang itu keluar dari hadapan sang Raja, 'Amru bin Al-'Ash tidak puas dan berkata kepada Abdullah bin Abu Rabi'ah, "Demi Allah, sungguh saya akan bongkar aib kaum Muslim besok, kemudian saya akan kupas kejelekan-kejelekan mereka dihadapan Najasyi." Abdullah bin Abu Rabi'ah berkata kepadanya, "Jangan kau lakukan, mereka masih kerabat kita walaupun mereka telah menyelisihi kita." 'Amru bin Al-'Ash menjawab, "Demi Allah, saya akan tetap kabarkan kepada Najasyi bahwa Isa ibnu Maryam menurut kaum Muslim adalah seorang hamba."

Esok harinya, kedua delegasi kaum Quraisy menemui Raja dan berkata kepadanya, "Wahai raja, sesungguhnya kaum Muslimin mengeluarkan tuduhan yang luarbiasa (berbahaya) terhadap Isa ibnu Mariam. Panggillah mereka dan tanyakan apa yang mereka katakan tentang Isa ibnu Maryam." Maka Najasyi mengirim utusan kepada kaum Muslim untuk menanyakan tentang Nabi Isa AS. Kaum Muslim sudah berkumpul, sebagian berkata pada yang lain, "Apa yang akan kita katakan mengenai Isa jika Najasyi menanyakanya kepada kita?" Kaum Muslim kembali sepakat, "Demi Allah, kita akan menjawab sebagaimana yang telah Allah sebutkan dan yang telah dibawa oleh Nabi kita, apapun yang terjadi."

Tatkala para sahabat RA menemui Raja, maka Raja bertanya' "Apa pendapat kalian mengenai Isa ibnu Maryam?" Ja'far bin Abu Thalib menjawab, "Pendapat kami adalah sebagaimana yang diajarkan oleh agama kami, yaitu Isa AS adalah hamba Allah dan RasulNya, RuhNya dan KalimatNya yang ditiupkan kepada Maryam, seorang wanita yang tidak menikah." Kemudian Raja Habasyah atau Najasyi memukulkan tangannya ke tanah dan mengambil sebatang kayu, lalu berkata, "Itulah Isa putra Maryam, sama seperti saya mengatakan bahwa ini adalah kayu." Maksudnya, apapun dan bagaimanapun penyebutannya bahwa kayu tetap sebuah kayu, begitu juga dengan Nabi Isa AS tetap seorang manusia.

Namun dalam versi lain, ketika Ja'far RA ditanya tentang Nabi Isa AS, Ja'far berkata, "Tentang Isa AS pendapat kami seperti yang dikatakan Nabi kami: 'Dia adalah hamba Allah dan UtusanNya, RuhNya dan FirmanNya yang disampaikan kepada Perawan Mariam." Najasyi lalu mengambil sebatang tongkat dan menggoreskannya di tanah. Dan dengan gembira sekali Najasyi berkata, "Antara agama tuan-tuan dan agama kami sebenarnya tidak lebih dari garis ini."

Maka para komandan perang yang berada di sekitarnya mengucapkan perkataan yang menunjukan kemarahan atau ketidak-senangan mereka terhadap ucapan Najasyi. Najasyi berkata kepada para komandannya, "Demi Allah, walau kalian tidak suka, saya akan mengatakannya." Karena setelah mendengar pendapat dari kedua belah pihak, Najasyi menyadari bahwa kaum Muslimin mengakui Isa AS, mengenal adanya Kristen dan menyembah Allah. Kemudian Najasyi berkata kepada kaum Muslim, "Kalian akan aman di negeriku, barangsiapa mencela kalian, maka akan dikenai denda. Saya tidak suka memiliki satu gunung emas jika saya harus menyakiti salah seorang dari kalian." Raja berkata kepada para komandan atau mentrinya, "Kembalikan kepada delegasi kaum Quraisy berdua semua hadiah-hadiah yang telah mereka berikan, kita tidak membutuhkannya."

Najasyi berkata, "Demi Allah, Allah tidak mengambil suap dariku ketika mengembalikan kerajaanku, hingga saya harus mengambil suap dalam kekuasaanku, dan Allah pun tidak memaksa orang-orang untuk menaatiku sehingga saya menaati mereka dalam masalah itu." Kemudian kedua orang utusan kaum Quraisy tersebut keluar (pergi) dari hadapannya dalam keadaan kalah dan hadiah-hadiah mereka dikembalikan lagi.

Maka semenjak itu kaum Muslim tinggal di Habasyah dengan damai dibawah perlindungan Najasyi dan mempunyai tetangga yang baik. Ummu Salamah RA berkata, "Demi Allah! kami dalam keadaan demikian sampai suatu saat datang seseorang yang mengkudeta kekuasannya (Najasyi). Demi Allah, kami tidak merasakan kesedihan yang melebihi kesedihan pada saat itu, kami khawatir jika orang itu mengalahkan Najasyi maka akan datang orang yang tidak mengakui hak kami sebagaimana yang telah dilakukan Najasyi."

Catatan pinggir bahwa Najasyi (نَجَاشِى) atau Negus adalah panggilan Raja dalam bahasa bangsa Habasyah. Raja yang bekuasa pada saat kaum Muslim hijrah ke Habasyah atau Abisinia adalah Armah dan dalam buku siirah disebut sebagai Ashama Ibnu Abjar. Ashama Ibnu Abjar adalah Najasyi Kerajaan Asylum atau Kingdom of Aksum (Axum) yang berada di Ethiopia sekarang. Sebaimana umumnya bahwa perebutan kekuasaan sering terjadi, begitu juga dimasa Najasyi Ashama terjadi pemberontakan dan ummat Islam yang bermukin di Habasyah berpihak kepada Najasyi Ashhama (selanjutnya kita sebut saja Najasyi).

Najasyi berusaha menumpas pemberontakan tersebut, sedang diantara pasukan Najasyi dan pemberontak terdapat sungai Nil. Kemudian para sahabat RA bermusywarah untuk mencari berita. Diputuskan salah seorang dari Sahabat pergi menyeberangi sungai Nil untuk mencari berita tentang kaum pemberontak tersebut. Maka Zubair bin Awwam RA berkata, "Saya bersedia." Zubair bin Awwam adalah orang paling muda umurnya. Para sahabat meniupkan kirbah (sebangsa kantong air atau udara) untuknya, kemudian meletakannya di dadanya, sehingga dia dapat berenang dengan menggunakan kirbah tersebut sampai di tepi sungai Nil yang menjadi tempat pertempuran pasukan Najasyi dengan kaum pemberontak.

Kaum Muslim berdoa kepada Allah untuk pasukan Najasyi agar dia dapat mengalahkan musuhnya dan dia tetap berdiri kokoh diatas kerajaanya dan mendapatkan kepercayaan dalam memimpin negerinya Habasyah. Semua itu dilakukan kaum Muslim karena ketika Habasyah dibawah kekuasaan Najasyi, kaum Muslim mendapatkan perlindungan dan tempat tinggal yang baik sampai para Sahabat kembali menemui Rasulullah SAW yang berada di Madinah.

Beberapa tahun kemudian, Nabi SAW sudah berada di Madinah dan mendapat khabar dari Jibril AS tentang meninggalnya Najasyi Ashhamah ibnu Abjar pada hari kematiaanya. Di dalam hadits riwayata shahih Bukhari No. 1168, shahih Muslim No. 1580 dan lain-lain bahwa Nabi SAW mengumumkan kematian An-Najasyi, penguasa atau Raja negeri Habasyah kepada para sahabat. Nabi SAW mengumpulkan para sahabat dilapangan untuk melakukan shalat gaib atas meninggalnya Najasyi. Nabi SAW berkata kepada para Sahabat RA, "Mohonkan ampun buat saudara kalian."

Meskipun Najashi tidak diketahui apakah bersyahadat atau masuk Islam, tapi berdasarkan beberapa hadits tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Najasyi Ashhamah Ibnu Abjar adalah seorang Muslim dan meninggal dalam keadaan Muslim. Kemungkinan besar ummat Islam di Habasyah juga tidak mengetahui bahwa Najasyi Ashhamah Ibnu Abjar adalah seorang Muslim, karena Nabi SAW melakukan shalat ghaib janazah buat almarhum.

Sebelum kita tutup, berikut beberapa pelajaran yang dapat kita tarik dari kisah Hijrah para Sahabat RA ke Habasyah:
1.    Musuh Islam akan melakukan segala macam cara untuk menekan ummat Islam dan terus berlangsung sampai hari ini. Seperti cara menjelek-jelekkan yang menjijikkan yang dilakukan kaum musyrikin Quraisy kepada kaum Muslim dihadapan An-Najasyi Habasyah.
2.    Pengusiran para da'i dari kampung halamannya adalah cara kuno yang sudah terjadi sejak Islam mulai di Makkah, seperti yang dilakukan kaum musyrikin Quraisy. Cara yang sama masih berlangsung terhadap ummat Islam sampai hari ini.
3.    Selama tidak melanggar aqidah (tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW), Ummat Islam bisa saja menggunakan cara atau system yang berlaku setempat untuk membela atau mempertahankan aqidah Islam. Seperti yang dilakukan oleh kaum Muslim di Habasyah, mengikuti system kerajaan Habasyah untuk menolak tuduhan-tuduhan keji kaum musyrikin Quraisy.
4.    Dakwah yang dilakukan oleh da'i yang tepat pada tempat dan waktu yang tempat diperlukan untuk menjawab setiap masalah ummat Islam. Seperti pemilihan Ja'far bin Abi Thalib RA dan pembelaannya di hadapan An-Najasyi menunjukkan kecerdasan, kedalaman dan pemahamannya terhadap agama, risalah Rasulullah SAW. Kepiawaiannya dalam memaparkan masalah, sehingga semua tuduhan kaum musyrikin Quraisy tertolak dan ummat Islam mendapat kebebasan beribadah di Habasyah.
5.    Sumber agama samawi adalah satu. Namum demikian risalah terdahulu, yaitu Yahudi dan Kristen telah mengalami penyimpangan – tidak murni lagi.
6.    Kaum muslimin wajib mempersiapkan kader, juru dakwah, diplomat yang mampu memaparkan masalah dengan baik, serta menangkis syubhat musuhnya seperti yang dilakukan oleh Ja'far bin Abu Thalib.
7.    Allah SWT mengkondisikan musuh agama Islam untuk membantu agama-Nya tanpa musuh itu menyadarinya. Seperti yang terjadi pada delegasi kaum musyrikin Quraisy kepada An-Najasyi, kaum Muslim mendapat kesempat berdakwah kepada Najasyi dan para pendeta agama Kristen di Istana Najasyi. Maha Benar Allah Yang berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 30, "Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya." (QS 8:30)

Demikian kita cukupkan sampai disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjut lagi dengan tahapan dakwah Rasulullah SAW ini dengan episode Hamzah RA, salah seorang paman Nabi SAW memeluk agama Islam. Kalau ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersakdi bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.

Wassalam

Sabtu, 17 September 2016

Hijrah ke Abyssinia (Ehiopia), Bagian ke-2

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

Alhamdulillahi Rabb al'aalamiina. Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni'mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi'in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Insyaa Allah hari ini kita lanjutkan kembali siirah Rasulullah SAW dengan bagian ke-2 dari episode para sahabat RA hijrah (berimigrasi) ke Abyssinia atau Habasyah (حَبَشَة) atau Ethiopia. Sebagaimana kita sebutkan sebelumnya bahwa kronoligis berbagai peristiwa dalam siirah Rasulullah SAW ini banyak yang tidak diketahui secara jelas dan tegas kejadiaanya. Satu kejadian bisa saja terjadi secara bersamaan, lebih dulu atau belakangan hanya dengan menghubungkan dengan kejadian-kejadian lain.

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq bahwa ketika Ummu Abdullah binti Abu haitsamah RA sedang bersiap-siap hijrah ke Habasyah sementara suaminya Amir RA sedang tidak bersamanya. Tiba-tiba Umar bin Khattab (yang belum masuk Islam saat itu) bertanya kepadanya, "Kamu jadi ingin  meninggalkan tanah airmu, hai Ummu Abdullah?" Ummu Abdullah menjawab. "Ya, demi Allah. Kami akan keluar menuju suatu negeri di bumi Allah ini, karena kalian telah menyiksa  dan berlaku kejam kepada kami, sehingga Allah memberikan kami jalan keluar dari segala kesusahan ini."

Dengan demikian kita mengetahui bahwa Hijrah ke Habasyah ini terjadi sebelum Umar masuk Islam. Sementara Umar RA masuk Islam tidak berapa lama setelah Hamzah RA masuk Islam. Hijrah ke Habasyah terjadi sebelum boikot yang dilakukan oleh kaum musyrikin Quraisy karena tidak lama setelah boikot berakhir, paman Nabi SAW yaitu Abu Thalib meninggal dunia.

Sebelumnya sudah kita sebutkan bahwa kaum musyrikin Quraisy mengirimkan dua (2) delegasi menemui Najasyi (panggilan raja untuk bangsa Habasya) untuk memulangkan seratusan kaum Muslim yang hijrah dan berada di Habasyah. Dialog antara delegasi kaum musyrikin Quraisy dengan Najasyi dan gambaran keadaan kaum Muslim di Habasya terdapat dalam HR musnad Ahmad No. 1649 yang diceritakan oleh Ummu Salamah RA (istri Nabi SAW), sebagai berikut.

Tatkala kaum Muslim (para sahabat RA) berada di negeri Habasyah, para sahabat RA bertetangga dengan tetangga yang sangat baik, yaitu raja Najasyi. Kaum Muslim merasa aman dalam menjalankan agama Islam. Para sahabat RA beribadah kepada Allah dengan tidak diganggu dan tidak mendengar sesuatu yang tidak sukai. Tatkala hal itu sampai kepada orang Quraisy, mereka bersepakat untuk mengirim utusan kepada Raja Najasyi dengan mengirim dua orang laki-laki yang kuat dan memberikan sejumlah hadiah kepada Raja Najasyi berupa barang-barang yang dianggap langka dari Makkah. Di antara barang yang sangat menakjubkan yang diberikankan kepada mereka adalah kulit yang disamak. Mereka banyak mengumpulkan barang tersebut. Mereka tidak meninggalkan satu komandan pasukan pun kecuali memberinya satu hadiah.

Mereka (musyrikin Quraisy) menugaskan Abdullah bin Rabi'ah bin Al-Mughirah dan Al-Makhzumi dan 'Amru bin Al-'Ash bin Wa`il As-Sahmi untuk mengirim barang-barang tersebut dan memerintahkan keduanya menyampaikan misi mereka. Mereka berkata kepada keduanya; Serahkan setiap hadiah kepada masing-masing komandan sebelum kalian berbicara dengan Najasyi. Setelah itu berikan hadiah kepada Raja Najasyi, dan mintalah agar dia menyerahkan kaum Muslim kepada kalian sebelum raja tersebut berbicara dengan kaum Muslim.

Setelah briefing dengan para pemuka kaum musyrikin Quraisy, kedua orang delegasi itu itu bergegas keluar (meninggalkan Makkah) untuk menemui Raja Najasyi. Keadaan para sahabat RA pada saat itu berada di rumah yang paling bagus dan tetangga yang paling baik. Ketika delegasi kaum musyrikin Quraisy datang, tidak ada satu orang komandanpun kecuali mereka berdua menyerahkan hadiahnya sebelum berbicara kepada Raja Najasyi.

Mereka berdua berkata kepada setiap komandan bahwa sesungguhnya beberapa anak-anak bangsa kami yang bodoh telah kabur dari kami dan pindah ke negri kerajaan kalian. Kaum Muslim telah meninggalkan agama nenek moyang mereka dan tidak akan masuk pada agama kalian. Kaum Muslim membawa agama baru yang kami tidak mengetahuinya dan juga kalian. Para pembesar kaum Quraisy mengutus kami untuk membawa kaum Muslim kembali pulang. Maka Jika kami sedang berbicara kepada Najashi mengenai kaum Muslim, hendaknya kalian memberi masukan kepadanya agar menyerahkan kaum Muslim kepada kami dan tidak perlu berbicara kepada kaum Muslim. Karena kami kaum Quraisy lebih memperhatikan dan mengetahui keadaan dan kekurangan-kekurangan kaum Muslim.

Setiap komandan yang telah mereka lobby dan kasih hadiah mmberikan jawaban yang sama kepada keduanya, yaitu akan membantu ngomong dihadapan Najashi. Setelah itu keduanya menyerahkan hadiah kepada Raja Najasyi, dan raja Najasyi menerimanya, kemudian mereka berdua mengajak bicara Raja. Mereka berkata; Wahai sang Raja, sesungguhnya beberapa anak-anak bangsa kami yang bodoh kabur dari kami dan pindah ke negri kerajaan tuan. Mereka telah meninggalkan agama nenek moyang mereka dan tidak akan masuk ke agama tuan. Mereka membawa agama baru yang kami tidak mengetahuinya dan juga tuan. Para pembesar kaum kami yang juga merupakan bapak-bapak mereka, paman-paman mereka dan keluarga mereka mengutus kami untuk menghadap tuan, agar kiranya tuan mengembalikan mereka kepada kaum kami. Karena kaum kami lebih memperhatikan mereka dan mengetahui kekurangan mereka, tetapi mereka malah mencela kaum sendiri.

Sungguh terlihat bagaimana gigihnya kaum musyrikin Quraisy agar Raja Najashi mau mengembalikan kaum Muslim kepada mereka. Mereka berdua berharap Raja Najasyi mendengar dan mengabulkan permintaan mereka. Kemudian para komandan yang sudah menerima hadiah dari kedua delegasi kaum Quraisy yang hadir atau berada di sekeliling Najashi berkata; Mereka berdua benar wahai Raja. Kaum Quraisy lebih memperhatikan mereka dan mengetahui kekurangan-kekurangan mereka. Serahkanlah mereka kepada kaum Quraisy agar kembali ke negeri dan kaum mereka.

Maka Raja Najasyi menolak dan berkata; Tidak! demi Allah, demi Allah saya tidak akan menyerahkan mereka kepada kaum Quraisy. Tidak ada seorangpun yang dapat menyuruhku memerangi suatu kaum yang bertetangga denganku, dan mereka tinggal di dalam negeriku, serta mereka memilih berlindung di negriku. Aku akan memanggil dan menanyakan mereka apa yang dikatakan oleh kedua orang ini. Jika benar sebagaimana yang disebutkan, maka saya akan menyerahkan dan mengembalikan mereka kepada kaum Quraisy. Jika tidak benar, maka saya tidak akan menyerahkan mereka dan saya akan tetap melindungi mereka selama mereka memintanya.

Kemudian Najashi memerintahkan untuk memanggil kaum Muslim agar datang ke istana Nasjashi segera. Ketika para sahabat RA mengetahui apa maksud Raja memanggil mereka, lalu para sahabat RA berkumpul dan berkata kepada yang lainnya; Apa yang akan kita katakan kepada sang Raja setelah berada di hadapannya? Para sahabat sepakat; Demi Allah, kita akan mengatakan sebagaimana yang telah diajarkan dan diperintahkan Nabi SAW kepada kita apapun yang terjadi.

Tatkala kaum Muslim menemui Najashi, rupanya sang Raja juga memanggil para pemuka agamanya, dan para pendeta tersebut telah menyebarkan lembaran-lembaran (kitab-kitab) mereka di sekitar Raja. Kemudian Najashi bertanya kepada kaum Muslim; Agama apa yang menyebabkan kalian meninggalkan kaum kalian dan kalian juga tidak masuk pada agamaku atau agama umat lainnya?

Ja'far bin Abu Thalib wakil dari kaum Muslim menjawab Najashi; Wahai sang Raja! Kami (dulu) adalah suatu kaum yang bodoh. Kami menyembah berhala dan memakan bangkai. Melakukan berbagai keburukan dan memutus tali kekerabatan. Berbuat jahat terhadap tetangga dan orang yang kuat di antara kami memangsa yang lemah. Kami masih dalam keadaan seperti itu sampai Allah mengutus kepada kami seorang Rasul dari kalangan kami sendiri. Kami mengetahui nasabnya dan kejujurannya, amanahnya dan kehati-hatiannya dalam menjaga kehormatannya.

Rasul SAW mengajak kami kepada Allah agar kami mengesakanNya dan hanya menyembahNya, meninggalkan apa yang kami dan nenek moyang kami sembah yang berupa batu dan patung. Rasul SAW menyuruh kami agar kami berbuat jujur dalam berbicara, menunaikan amanah dan menyambung sillaturrahim, berbuat baik terhadap tetangga dan menahan dari hal-hal yang haram dan (menumpahkan) darah. Rasul SAW melarang melakukan kekejian-kekejian dan perkataan dusta, memakan harta anak yatim dan menuduh orang yang baik dengan tuduhan berzina. Rasul SAW menyuruh kami agar kami menyembah Allah saja, tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun. Rasul SAW menyuruh kami shalat, zakat dan puasa. Ja'far RA menyebutkan berbagai hal yang berkaitan dengan perkara-perkara dalam Islam.

Kemudian kami membenarkan, beriman dan mengikuti apa yang Beliau SAW bawa. Kami menyembah Allah saja, tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun.  Kami mengharamkan apa yang diharamkan untuk kami dan kami menghalalkan apa yang dihalalkan untuk kami. Namun, kaum kami memusuhi kami dan menyiksa kami. Mereka melarang kami untuk menjalankan agama kami. Mereka memaksa kami agar kembali kepada menyembah patung dan menghalalkan berbagai ragam kekejian. Tatkala mereka memaksa, menganiaya dan menghalangi kami dengan agama kami, maka kami hijrah ke negeri tuan. Kami memilih tuan karena kami senang bertetangga dengan tuan. Kami berharap kami tidak di zhalimi di negri tuan.  

Kemudian Raja Najasyi bertanya kepada Ja'far; Apakah ada sesuatu yang kau bawa yang datang dari Allah? Ja'far RA menjawab; Ya. Raja Najasy berkata; Bacakan kepadaku! Maka Ja'far RA membacakan surat Maryam mulai dari ayat pertama; KAF HA YA 'AIN SHAD. Raja Najasyi begitu mendengar surat Maryam (yang diterjemahkan oleh penerjemah istana), menangis sampai basah jenggotnya. Begitu juga dengan para tokoh agamanya ikut menangis sampai kitab-kitab mereka basah ketika mendengar apa yang dibacakan di hadapan mereka. Najasyi berkata; Demi Allah, kitab ini dan kitab yang dibawa Musa AS keluar dari satu sumber. Kemudian Najashi berkata kepada kedua delegasi kaum Quraisy; Pergilah kalian, demi Allah, saya tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian selamanya dan saya tidak akan terpedaya dengan tipu daya kalian.

Demikian kita cukupkan sampai disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjut lagi dengan tahapan dakwah Rasulullah SAW ini dengan episode hijrah ke Habasyah bagian ke-3. Kalau ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.

Wassalam

Sabtu, 10 September 2016

Hijrah ke Habasyah (Ehiopia), Bagian ke-1

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

Alhamdulillahi Rabb al'aalamiina. Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni'mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi'in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Insyaa Allah hari ini kita lanjutkan kembali siirah Rasulullah SAW dengan episode para sahabat RA mulai hijrah (berimigrasi) ke Abyssinia atau Habasyah (حَبَشَة) atau Ethiopia sekarang karena beratnya siksaan dan teror fisik yang dilakukan oleh kaum musyrikin Quraisy. Sebagaimana kita ketahui bahwa para ulama sepakat bahwa hijrah ke Habasyah ini merupakan Hijrah pertama kaum Muslim dan terjadi sebelum Umar bin Khattab memeluk Islam. Sementara Hamzah paman Nabi SAW memeluk Islam lebih dulu dari Umar bin Khattab. Tetapi di dalam buku-buku siirah Nabi Muhammad SAW selalu diceritakan kisah Hijrah ke Habasyah ini sebelum Hamzah memeluk Islam.

Sebelumnya sudah kita bahas bahwa teror fisik kepada Ummat Islam yang dilakukan oleh kaum musyrikin Quraisy malah menambah keiman, dan komitmen para sahabat kepada agama Islam. Hal ini membuat kaum musyrikin Quraisy mencari cara lain yaitu dengan mengirim utusan untuk berkompromi atau berdiplomasi. Mewakili kaum musyrikin Quraisy, diutuslah Utbah bin Rabi'ah mendatangi Rasulullah SAW yang sedang shalat di masjidil Haram. Utbah menyampaikan perihal kedatangannya, dengan bahasa yang lembut, mencoba menarik perhatiannya dengan segala cara.

Utbah berkata, "Wahai anak saudaraku, seperti kau ketahui bahwa dari segi keturunan, engkau mempunyai tempat di kalangan kami. Engkau telah membawa soal besar ketengah-tengah masyarakatmu, sehingga mereka cerai-berai karenanya. Sekarang, dengarkanlah, kami akan menawarkan beberapa masalah, kalau-kalau sebagian dapat kauterima. Kalau dalam hal ini yang kauinginkan adalah harta, kamipun siap mengumpulkan harta kami, sehingga hartamu akan menjadi yang terbanyak di antara kami. Kalau kau menghendaki pangkat, kami angkat engkau diatas kami semua; kami takkan memutuskan suatu perkara tanpa ada persetujuanmu. Kalau kedudukan raja yang kauinginkan, kami nobatkan kau sebagai raja kami. Jika engkau dihinggapi penyakit syaraf yang tak dapat kautolak sendiri, akan kami usahakan pengobatannya dengan harta-benda kami sampai kau sembuh."

Setelah Utbah bin Rabi'ah selesai dan Nabi SAW memahami apa maksud kaum Quraisy mengutusnya, maka Rasulullah SAW membacakan surat Al-Fussilat berikut:
Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan. Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)". (QS 41:1-5)

Rasulullah SAW terus membaca Al-Qur'an sehingga Utbah memintanya untuk berhenti. Kemudian dia kembali kepada kaum musyrikin Quraisy seperti orang yang kebingungan karena keindahan Kalamullah yang dia dengar, yang dia rasakan bukan syair, bukan sihir, bukan pula jampi-jampi. Jiwanya tergoncang, eksistensinya limbung, dia meminta kaum musyrikin Quraisy agar mengikuti Muhammad SAW. Dia meminta kaum musyrikin Quraisy membiarkannya berdakwah, barangkali bangsa Arab akan (na'udzubillah) membunuhnya sehingga mereka tidak perlu bersusah payah memikirkannya. Kalau Muhammad SAW bisa menang mengalahkan Arab, maka kemenangan ini juga menjadi kemenangan bagi kaum Quraisy.

Ketika tawaran yang diajukan kepada Rasulullah SAW lewat Utbah bin Rabi'ah ditolak, kaum musyrikin Quraisy masih mencoba dengan cara mencari jalan tengah atau win-win solution. Kaum musyrikin Quraisy menawarkan kepada Nabi SAW untuk beribadah bersama; Satu hari kaum musyrikin Quraisy mengikuti ibadah Nabi SAW dan satu hari berikutnya mereka minta ummat Islam menyembah berhala kaum musyrikin Quraisy.

Ketika itu turunlah Firman Allah SWT dalam surat Al-Kafirun ayat 1 – 6 . Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS 109:1-6)

Kaum musyrikin Quraisy telah mengalami kegagalan demi kegagalan yang bertubi-tubi. Mereka semakin kehilangan kepercayaan terhadap diri mereka sendiri tetapi takut atau gengsi mengakui kesesatan mereka. Mereka masih berharap dapat membuat ummat Islam dan Rasulullah SAW memenuhi permintaan mereka. Mereka mulai kehilangan akal sehat bahkan meminta Rasulullah SAW agar mencabut atau mengganti ayat-ayat Al-Qur'an yang mengancam mereka dengan adzab Allah karena mereka mengerti dan menyadari kebathilan mereka.

Allah SWT berfirman dalam surat Yunus ayat 15. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau gantilah dia". Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)". (QS 10:15)

Kaum musyrikin Quraisy menyadari bahwa usaha mereka untuk membendung dakwah Rasulullah SAW tidak tercapai. Maka mereka kembali melakukan kekerasan fisik kepada ummat Islam dengan siksaan yang semakin berat, melipat gandakan dan menganeka ragamkan macamnya dengan berbagai cara yang di luar batas kemampuan manusia. Gangguan terhadap kaum Muslimin semakin menjadi-jadi, sampai-sampai ada yang dibunuh, disiksa dan semacamnya.

Rasulullah SAW menyaksikan musibah yang dialami para sahabat RA, pukulan yang menakutkan, dan kaum muslimin yang tidak berdaya melawan kekejaman kaum musyrikin Quraisy. Maka Rasulullah SAW mengisyaratkan kepada para sahabat RA untuk menyebar, pergi meninggalkan Makkah, menyelamatkan agama, menjaga eksistensi jamaah kaum Muslim, di antaranya dengan menyuruh hijrah ke Habasyah. Habasyah diperintah oleh seorang raja yang adil dan bijakasana, disana para Sahabat RA aman menjalankan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla.

Gelombang pertama yang berangkat ke Habasyah terdiri dari enam belas orang, termasuk dua belas pria dan empat wanita. Utsman bin Affan RA bersama dengan istrinya Ruqaiyah RA (putri Nabi SAW) juga bagian dari gelombang pertama ini. Ketika kaum musyrikin Quraisy mengetahui kepergian kaum Muslim, mereka mencoba untuk mengejar. Setibanya di pelabuhan Shu'aibah, ummat Islam telah melihat bahwa kapal sudah siap untuk meninggalkan pelabuhan dan mereka berhasil mendapatkan tumpangan. Kaum musyrikin Quraisy terlambat dan menjadi sangat marah bahwa ummat Islam ini telah berhasil hijrah ke Habsyah. Hal ini membuat mereka kaum musyrikin Quraisy lebih bringas terhadap ummat Islam yang masih di Makkah.

Muhajirin Habasyah hidup dalam jaminan keamanan An-Najasi (panggilan raja atau king untuk orang Habasyah). Seperti kebanyakan orang yang merantau selalu terkenang akan kampung halaman, begitu juga dengan kaum Muslimin muhajirin Habasyah rindu kampung halaman - Makkah. Para sahabat tetap memantau berita-berita tentang Makkah, perkembangan perselisihan antara Islam dan kaum musyrikin Makkah. Begitu mendengar berita tentang kesepakatan perdamaian antara kaum Muslimin dan musyrikin Quraisy, ada diantara sahabat yang kembali ke Makkah.

Di tengah perjalanan dari pelabuhan ke Makkah, para sahabat mengetahui beritanya bohong. Para sahabat mendapati keadaan yang pahit, bahwa kaum musyirikin masih dalam sikap permusuhannya yang sangat berat terhadap Allah, Rasulullah SAW dan kaum Mukminin. Berita tentang tidak ada lagi penyiksaan, dan kaum muslimin bebas menjalankan agama Islam adalah tidak benar. Tapi kampung halaman sudah di depan mata, akhirnya mereka tetap kembali ke Makkah.

Kaum musyrikin Quraisy semakin kejam menyiksa terutama kepada mereka yang pulang dari Habasyah. Suku-suku di Arab semakin memperketat terornya kepada kaum Muslimin. Tidak ada seorangpun kaum Muslimin yang dapat masuk Makkah kecuali dengan jaminan (sponsorship) salah seorang pembesar kaum musyrikin Quraisy. Siksaan semakin menjadi-jadi. Tidak terlepas Utsman bin Affan RA juga harus mencari sponsorship agar bisa masuk kembali ke Makkah dan terhindar dari teror fisik kaum musyrikin Quraisy.

Nabi SAW merasa tidak ada jalan lain bagi ummat Islam kecuali kembali hijrah ke Habasyah, untuk menjaga kaum Muslimin dari siksaan yang merenggut nyawa karena jiwa manusia punya keterbatasan dalam menahan siksaan. Gelombang kedua ini jauh lebih besar yang terdiri dari seratus dua (atau lebih) Muslim. Kaum musyrikin Quraisy sudah mewaspadai para sahabat RA, dan berusaha sekuat tenaga menggagalkan usaha hijrah gelombang kedua ini. Akan tetapi kaum muslimin lebih cepat dari mereka. Sebagaimana Allah telah memudahkan pada gelombang pertama, Allah mudahkan pula keberangkatan gelombang kedua ini hingga selamat sampai Habasyah.

Kaum musyrikin Quraisy kembali kecolongan dan ini membuat mereka semakin dendam kepada Ummat Islam dan Rasulullah SAW. Mereka kemudian mengutus dua orang menemui Najasyi dengan harapan dapat mendeportasi Ummat Islam yang berimigrasi ke Habasyah. Dalam fikirin mereka, karena Najasyi seorang Nasrani tentu tidak mungkin membela Islam dan mau mengembalikan kaum Muslimin ke Makkah. Untuk itu kaum musyrikin Quraisy menyiapkan beberapa hadiah berharga untuk Najasyi dan melobi para mentri Najasyi agar mau membantu mereka menyerahkan kaum Muslimin kepada mereka.

Demikian kita cukupkan sampai disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjut lagi dengan tahapan dakwah Rasulullah SAW ini dengan episode hijrah ke Habasyah bagian ke-2. Kalau ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.

Wassalam

Sabtu, 03 September 2016

Teror Fisik kepada Sahabat RA

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

Alhamdulillahi Rabb al'aalamiina. Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni'mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi'in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Insyaa Allah hari ini kita lanjutkan kembali siirah Rasulullah SAW dengan episode dakwah Rasulullah SAW tentang beberapa kisah penderitaan para sahabat Radhiya Allahu Anhum diteror atau dianiaya oleh para pembesar musyrikin Quraisy karena para sahabat RA tidak mau melepaskan aqidah Islam. Hal ini dapat menjadi contoh atau tau;adan bagi ummat Islam yang datang belakangan sampai zaman kita sekarang bahwa para sahabat RA pantas mendapat ridha Allah karena mereka ridha kepada semua ketentuan Allah SWT yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah ayat 100, "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS 9:100)

Dalam surat Al-Bayyinah ayat 8, Allah SWT berfirman, "Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS 98:8)

Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya bahwa selama fase dakwah pribadi yang dilakukan oleh Rasulullah SAW selama tiga tahun di Makkah. Tarbiyah selama fase dakwah secara pribadi ini telah mehasilkan para sahabat yang memiliki keimanan kokoh dan menjadi komunitas muslim yang solid. Karena pada fase dakwah secara pribadi ini Nabi SAW juga mengumpulkan para sahabat RA di rumah Al-Arqam bin Abil Arqam untuk memberikan pengarahan dan pengajaran dienul Islam sampai perintah dakwah secara terbuka turun, yaitu dalam Surat Asy-Syu'ara ayat 214-216.

Semenjak turunnya ayat 214-216 Surat Asy-Syu'ara ini, Nabi SAW melakukan dakwah secara terbuka kepada seluruh penduduk kota Makkah. Pada fase dakwah terbuka ini, semakin banyak penduduk Makkah yang beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Jumlah ummat Islam terus bertambah dan para sahabat RA siap berkorban fi sabilillah baik dengan harta maupun tenaga. Pada fase dakwah terbuka ini fokus pada penyampaian ajaran Islam, Nabi SAW dan para sahabat RA tidak diperintahkan untuk melakukan perlawanan baik secara fisik maupun system terhadap orang-orang yang menentang dakwah Islam.

Kaum musyrikin Quraisy mulai merasakan ancaman bahaya dari dakwah terbuka Rasulullah SAW ini. Dakwah Islam ini akan menghancurkan apa yang mereka dapati dari nenek moyang mereka yaitu menyembah berhala. Tradisi Arab jahiliyah mulai berubah yaitu tatanan yang sudah mapan antara tuan dan budak. Keluarga terbelah atas dasar iman dan kufur. Kebanggaan nasab dan kedudukan mulai luntur. Kaum musyrikin Quraisy mulai diliputi kewaspadaan dan goncangan, mulai berfikir bagaimana harus menghadapi dakwah terbuka Rasulullah SAW ini.

Seperti sudah kita bahas sebelumnya bahwa berbagai strategi telah dirancang untuk menghambat gerak dakwah Rasulullah SAW. Kaum musyrikin Quraisy tidak saja melakukan perlawanan secara system (tradisi) lewat Abu Thalib baik secara lunak maupun keras yaitu boikot agar tidak melindungi Nabi SAW. Kaum musyrikin Quraisy juga melakukan teror fisik kepada Rasulullah SAW agar menghentikan dakwahnya. Tidak puas dengan teror fisik kepada Rasulullah SAW, kaum musyrikin Quraish juga melakukan teror fisik kepada para sahabat RA agar kembali kepada agama nenek moyang mereka dan mencegah bertambahnya pengikut Nabi SAW.

Diantara teror fisik yang mereka lakukan adalah ancaman dan penyiksaan kepada para sahabat RA dari golongan atau orang-orang lemah, yang tidak memiliki pembela atau pelindung dari suku Quraisy atau suku Arab lainnya. Sasaran kaum musyrikin Quraisy ini tidak lain para sahabat RA yang masih berstatus budak yang ketahuan telah memeluk Islam. Para sahabat RA benar-benar menjadi sasaran pelampiasan amarah dan kedengkian kaum musyrikin Quraisy terhadap Islam dan para pemeluknya. Tentu saja para sahabat RA ini tidak ada yang membela dan melindungi sehingga dapat disiksa dengan berbagai siksaan mengerikan oleh kaum musyrikin Quraisy.

Keluarga Yasir RA bersama istrinya Sumayyah RA dan anak mereka Ammar RA dan Abdullah RA adalah korban strategi kekerasan fisik dari kaum musyrikin Quraisy terhadap ummat Islam. Kecuali Ammar RA, semua anggota keluarga Yasir Radhiya Allahu 'Anhum merupakan korban pertama dalam mempertahankan agama Islam. Yasir bin Amir RA adalah pendatang dari Yaman sedangkan istrinya Sumayyah binti Khayyath RA adalah seorang budak dari bani Makhzum - sukunya Abu Jahal. Dengan demikian keluarga Yasir tidak memiliki pelindung di Makkah sehingga kaum musyrikin Quraisy sangat leluasa menganiaya keluarga Yasir RA.

Banyak sekali kisah yang telah ditulis oleh para Ulama dan/atau ahli sejarah Islam tentang keluarga Yasir RA. Secara umum menceritakan bahwa bani Makhzum mengetahui bahwa keluarga Yasir RA telah memeluk Islam sejak periode dakwah pribadi. Keluarga Yasir RA merupakan salah satu dari generasi pertama yang memeluk Islam (Assabiqunal Awwalun). Begitu kaum musyrikin Quraisy mulai menjalankan siasat atau strategi teror fisik menghadapi fase dakwah terbuka Rasulullah SAW, maka setiap saat keluarga Yasir RA disiksa dibawah panas terik matahari padang pasir gurun Arab.

Keluarga Yasir RA mengalami berbagai penyiksaan yang sadis dan mengerikan dari kaum musyrikin Quraisy. Sebagai orang dewasa, teror fisik kepada Yasir RA dan Sumayyah RA amat mengerikan serta menakutkan. Begitu juga dengan anak mereka Ammar bin Yasir RA, sebagai seorang anak muda tanggung, tidak luput dari berbagai siksa yang dapat dipikirkan oleh musrikin Quraisy pada saat itu. Tidak cukup sampai disana, Abdullah bin Yasir RA yang masih kecil juga tidak luput dari penyiksaan yang dilakukan oleh kaum musyikin Quraisy.

Keluarga Yasir RA telah menunjukkan sikap dan pendirian yang tangguh kepada Islam. Ini membuktikan kepada kita bahwa dakwah pribadi (orang per orang) Rasulullah SAW selama 3 tahun telah melahirkan manusia-manusia yang paling baik; pada masa yang paling baik dan di tempat yang baik serta menjadi ummat Islam yang paling baik. Namum sebagai manusia yang terdiri dari darah dan daging, berbagai siksaan yang diderita keluarga Yasir RA sudah sampai pada puncaknya, badan mereka tidak tahan lagi.

Dalam hadist riwayat musnad Ahmad No. 412 diceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW bersama Ustman RA melihat ibu-bapaknya Ammar RA sedang disiksa, maka Abu Ammar berkata, "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sepanjang masa begini?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Sabarlah!" Kemudian Beliau SAW bedoa, "Ya Allah ampunilah keluarga Yasir, dan aku telah berbuat."

Sumayyah RA adalah orang pertama yang syahid, khusus dari keluarga Yasir RA dan/atau dari ummat Islam. Dari berbagai kisah disebutkan Sumayyah Radhiyallahu anha ditikam jantungnya (dari kisah lain dari bawah perutnya) oleh Abu Jahal dengan menggunakan tombak. Sedangkan sang suaminya, yaitu Yasir RA, juga meninggal karena disiksa. Adapun anak mereka, yaitu Abdullah RA dilempar atau dibanting hingga meninggal juga. Maka tinggallah Ammar, dan mereka pun menyiksa Ammar dengan berbagai siksaan, sampai akhirnya bisa memaksa Ammar mengucapkan kalimat kufur dengan lisannya tanpa dia sadari.

Jumhur (mayoritas) ulama tafsir menyebutkan bahwa asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya) ayat ke-106 surat An-Nahal adalah berdasarkan peristiwa Ammar bin Yasir RA ini. Allah SWT berfirman, "Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar." (QS 16:106)

Teror fisik yang dilakukan musyrikin Quraisy kepada sahabat Bilal bin Rabah RA tidak kalah kejamnya. Bilah bin Rabah RA Al-Habashy berasal dari negeri Habasyah atau sekarang Ethiopia sekarang. Ibu Bilal RA adalah budak dari Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumuh. Bilal RA menjadi budak mereka hingga akhirnya dia mendengar tentang Islam. Lalu, dia menemui Rasulullah SAW dan mengikrarkan diri masuk Islam. Bilal RA merupakan kalangan sahabat Rasulullah SAW dan merupakan generasi pertama (Assabiqunal Awwalun) yang berasal dari Ajam (non-Arab).

Majikan Bilal mengenatahui bahwa Bilal salah seorang pemeluk agama Islam. Selama tiga tahun pertama fase dakwah pribadi tidak terjadi apa-apa terhadap Bilai RA. Tetapi begitu kaum musyrikin Quraisy mulai menjalankan strategi atau siasat teror fisik kepada ummat Islam, maka kaum musyrikin Quraisy menganiaya Bilal RA. Mereka mengikat, membawa Bilal RA ke gurun pasir dan menjemurnya atau mentelentangkannya di bawah terik matahari yang membakar. Dadanya ditindih dengan batu besar yang terbakar panas matahari gurun pasir, Bilal RA dibiarkan mati kering baik dari panas gurun pasir maupun panas batu di atas dadanya dari terik matahari.

Meskipun menderita dibakar pasir, batu dan terik matahari Bilal RA teguh bertahan dalam Islam! Setiap kali dalam siksaan seperti itu, tiada yang diminta Bilal RA kepada para penyiksanya, kecuali hanya memohon kepada Allah Azza wa Jalla. Berkali-kali Umayyah bin Khalaf menyiksa dan memintanya agar meninggalkan agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Namun, Bilal RA tetap teguh pendirian mempertahankan aqidah Islam. Bilal RA selalu mengucapkan, "Ahad-Ahad." Bilal RA menolak mengucapkan kata-kata kufur (mengingkari Allah).

Ketika Abu Bakr RA melihat Bilal RA dalam kondisi seperti ini, Abu Bakr RA menyampaikan keinginannya untuk membeli Bilal RA dari Umayyah. Kemudian setelah berhasil membeli Bilal RA, Abu Bakr RA pun membebaskannya menjadi orang merdeka. Tidak sedikit budak-budak yang mengalami kekerasan serupa Bilal RA, oleh Abu Bakr RA dibeli dari majikan mereka kemudian dimerdekakan. Umar bin Khattab RA mengatakan bahwa Abu Bakar RA adalah seorang pemimpin (sayyid) kami dan dia telah memerdekakan seorang pemimpin (sayyid) kami yaitu Bilal RA.

Sahabat Khabbab bin Al-Arat RA adalah seorang budak yang bekerja sebagai pandai besi. Khabbab RA adalah seorang ahli membuat pedang dan persenjataan. Orang-orang musyrikin Quraisy bersama majikan Khabbab RA bersekongkol menyiksa dan menganiayanya agar Khabbab RA mengingkari Nabi Muhammad SAW atau mengikari Allah Azza wa Jalla. Majikan Khabbab RA adalah seorang wanita jadi dia memerlukan bantuan dari kaum musyrikin Quraisy untuk menyiksa Khabbab RA.

Wanita itu mengambil besi panas yang menyala, lalu menaruhnya di atas kepala dan ubun-ubun Khabbab RA, sementara Khabbab RA menggeliat kesakitan. Tetapi nafasnya ditahan hingga tidak keluar keluhan yang akan menyebabkan algojo-algojo tersebut merasa puas dan gembira. Semua anggota badan Khabbab RA penuh dengan luka bakar akibat berkali-kali siksaan yang dia terima dari kaum musyrikin Quraisy dalam mempertahankan aqidah Islam.

Pada suatu hari Rasulullah SAW lewat di hadapannya, sedang besi yang membara di atas kepalanya membakar dan menghanguskannya. Hingga kalbu Rasulullah pun bagaikan terangkat karena pilu dan iba hati. Rasulullah SAW kemudian berdoa umtuk keselamatan Khabbab RA. Qadar Allah, selang beberapa hari, majikan Khabbab menerima hukuman qishas yaitu diserang oleh semacam penyakit panas yang aneh dan mengerikan. Orang-orang mengatakan kepadanya bahwa satu-satu cara mengobatinya adalah dengan cara dibakar dengan api pada bagian yang sakit.

Sebelum kita tutup, beberapa orang Sahabat RA yang merasakan teror fisik dari kaum musyrikin Quraisy mendatangi Rasulullah SAW agar mereka selamat dan terhindar dari siksaan. Dalam hadits riwayat shahih Bukhari No. 3343, musnad Ahmad No. 25959 dan lain-lain bahwa para sahabat RA mengadu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang berbantalkan kain selimut beliau di bawah naungan Ka'bah, "Tidakkah baginda memohon pertolongan buat kami? Tidakkah baginda berdo'a memohon kepada Allah untuk kami?"

Rasulullah SAW berkata, "Ada seorang laki-laki dari ummat sebelum kalian, lantas digalikan lubang untuknya dan ia diletakkan di dalamnya, lalu diambil gergaji, kemudian diletakkan gergaji itu di kepalanya lalu dia dibelah menjadi dua bagian namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Tulang dan urat di bawah dagingnya disisir dengan sisir besi namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, sungguh urusan (Islam) ini akan sempurna hingga ada seorang yang mengendarai kuda berjalan dari Shana'a menuju Hadlramaut tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah atau (tidak ada) kekhawatiran kepada serigala atas kambingnya. Akan tetapi kalian sangat tergesa-gesa".

Demikian kita cukupkan sampai disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjut lagi dengan tahapan dakwah Rasulullah SAW ini dengan episode Hamzah RA, salah seorang paman Nabi SAW memeluk agama Islam. Kalau ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.

Wassalam