Sabtu, 25 Februari 2017

Para Sahabat Muda dari Yathrib, Bagian ke-2

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

Alhamdulillahi Rabb al’aalamiina. Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni’mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi’in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua senantiasa istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al’aalamiin.

Insyaa Allah pada hari ini kita lanjutkan kembali siirah Rasulullah SAW dengan episode ‘Para Sahabat Muda dari Yathrib, Bagian ke-2’. Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya pada bagian pertama bahwa bangsa Yahudi atau keturunan Bani Isra’il di Madinah jika terjadi bentrokan dengan bangsa Arab di Madinah dalam peperangan atau perkelahian, mereka mengatakan bahwa Allah akan menolong mereka dengan mengutus Nabi terakhir. Bangsa Yahudi Madinah memohon pertolongan agar beroleh kemenangan (atas bangsa Arab di Madinah) dengan mengucapkan, "Ya Allah, tolonglah kami dengan nabi yang akan dibangkitkan di akhir zaman."

Namun setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui) yaitu berupa kebenaran dengan diutusnya Nabi Muhammad itu (mereka lalu ingkar kepadanya) disebabkan kedengkian dan takut kehilangan pengaruh. Mereka mengingkarinya dengan sikap membangkang dan iri karena rasul yang datang kepada mereka bukan dari bangsa mereka, Banû Isrâ'îl. Padahal sebelumnya, Sifat-sifatnya sesuai dengan sifat-sifat Muhammad. Ketahuilah bahwa laknat Allah akan menimpa orang-orang yang membangkang dan ingkar seperti mereka. (QS 2:89)

Makanya begitu Nabi SAW berdakwah tentang Islam kepada para pemuda dari Yatrib (nama kota Madinah Al Munawwarah sebelum Nabi SAW hijrah), para sahabat dari suku Khazraj ini langsung menerima dan memeluk Islam saat itu juga. Para Sahabat RA dari suku Khazraj ini juga menyampaikan kepada Nabi SAW: Kami meninggalkan keluarga kami dan tidak ada orang yang menjaga mereka dari serangan tetangga kami. Mungkin dengan pertolongan Allah SWT melalui Rasulullah SAW akan menyatukan kami. Kami akan kembali kepada keluarga kami sekarang dan mengajak mereka menerima Islam sebagaimana kami telah memeluknya. Dan jika Allah SWT menyatukan kami melalui Rasulullah SAW, maka Rasulullah SAW adalah orang yang paling kami hormati.

Berikut kita kilas balik latar belakang permusuhan yang terjadi antara bangsa Yahudi dan bangsa Arab serta sesama bangsa Arab; Aus dan Khazraj di Madinah. Penduduk kota Yathrib (Madinah sekarang) terdiri dari tiga suku utama, dua di antaranya adalah bangsa Arab dan satu dari bangsa Yahudi. Suku-suku Arab adalah Awus dan Khazraj. Sedangkan orang-orang Yahudi akan kita bahas secara terpisah pada episode yang lain, tapi mereka terdiri dari keturunan atau banu Nadir, banu Qaynuqa dan bani Quraytsa. Kota Yathrib pernah menjadi kota berkembang - relatif modern. Yathrib adalah salah satunya daerah di seluruh dunia Arab di mana ada orang-orang Yahudi.

Hal utama yang memicu suku Khazraj (dan juga suku Aus dengan faktor yang sama) memeluk Islam adalah banyaknya para pemuka atau sesepuh suku Khazraj dan Aus yang meninggal dalam beberapa pertempuran kecil sampai peperangan besar yang disebut sebagai Pertempuran atau Peperangan Bu’ats. Jadi pertempuran Bu’ats ini adalah perang saudara, perang sesama bangsa Arab, antara suku Aus dan Khazraj di Madinah yang terjadi beberapa kali bahkan bergenerasi. Informasi mengenai pertempuran antara suku Aus dan Khazraj ini terdapat dalam beberapa hadits yang diriwayatkan oleh Aishah RA bahwa pertempuran Bu’at mempunyai hikmah yang besar bagi dakwah Rasulullah SAW kepada bangsa Arab di Madinah kelak.

Dalam hadits Shahih Bukhari No. 3637 dan Musnad Ahmad No. 23184, Aishah RA berkata: Hari Bu’ats (peristiwa peperangan antara kaum Aus dan Khazraj - dua kabilah terbesar di Madinah) adalah hari yang dipersembahkan Allah Azza waJalla kepada Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW datang (diutus) dan menyampaikan dakwah kepada penduduk Madinah (yang datang menunaikan Haji) dalam keadaan para pemimpin mereka telah bercerai berai dan para pembesar mereka telah terbunuh. Sehingga para penduduk Madinah (yang datang menunaikan Haji) masuk Islam degan senang Karena Allah Azza waJalla dan Rasulullah SAW.

Pertempuran-pertempuran kecil telah terjadi antara suku Aus dan suku Khazraj. Beberapa kali pertempuran kecil ini memicu atau menjadi pertempuran yang lebih besar dan sampai akhirnya terjadi pertempuran besar; Pertempuran Bu’ats. Pertempuran atau perperangan Bu’ats ini terjadi sekitar 4-5 tahun sebelum Nabi SAW Hijrah ke Madinah atau sekitar 3 tahun sebelum pertemuan para pemuda dari suku Khazraj dengan Nabi SAW. Pada pertempuran Bu’ats para senior (sesepuh) dan para pemimpin dari kedua suku telah banyak yang terbunuh. Pertempuran Bu’ats ini telah melahirkan generasi muda yang telah bosan melihat pertumpahan darah dalam setiap kali perperangan yang terjadi sesama bangsa Arab – dari kedua suku besar di Yathrib - suku Aus dan suku Khazraj.

Para ulama siirah Rasulullah SAW menyebutkan bahwa pertempuran Bu’ats ini adalah hasil kerja atau politik adu domba Yahudi di Yathrib terhadap bangsa Arab dalam mempertahankan keberadaan dan penguasaan Yahudi atas tanah-tanah subur di Yathrib. Pada awalnya Aus dan Khazraj hanya sebagai petani penggarab tanah subur yang dikuasai oleh orang-orang Yahudi. Suku Aus dan suku Khazraj memerangi bangsa Yahudi di Yathrib sehingga mereka dapat merebut dan menjadi pemilik sebagian tanah subur di Yathrib. Sesudah bangsa Arab di Yathrib (Aus dan Khazraj) berusaha beberapa kali memerangi bangsa Yahudi Yathrib, maka kekuasaan bangsa Arab atas kota Yathrib yang makmur dan subur dengan pertanian dan air itu menjadi lebih besar lagi. Siasat bangsa Arab ini telah berhasil dengan baik sekali.

Tetapi pihak Yahudi sendiri kemudian menyadari akan bencana yang menimpa diri mereka itu. Permusuhan dan kebencian pihak Yahudi Yathrib terhadap Aus dan Khazraj makin mendalam, Aus dan Khazrajpun demikian juga terhadap Yahudi. Maka orang-orang Yahudi merubah siasat, mereka menempuh suatu cara bukan mencari kemenangan dalam pertempuran, melainkan dengan menggunakan siasat memecah-belah. Mereka melakukan intrik di kalangan Aus dengan Khazraj, menyebarkan provokasi permusuhan dan kebencian di kalangan mereka, supaya masing-masing pihak selalu bersiap-siap akan saling bertempur.

Dengan terjadinya pertempuran antara bangsa Arab sendiri, antara suku Aus dan suku Khazraj maka dengan demikian berhasillah propaganda Yahudi itu. Pada pertempuran Bu’ats suku Aus dan suku Khazraj banyak yang terbunuh sementara bangsa Yahudi dapat mendapat keuantungan dari pertempuran Bu’ats tersebut. Yahudi Yathrib sekarang dapat memperbesar perdagangan dan kekayaan mereka. Kekuasaan mereka yang sudah hilang dapat mereka rebut kembali, termasuk rumah-rumah dan harta tidak bergerak lainnya. Dengan demikian Yuhudi kembali menguasai kota Yathrib dan menjadi kota perdagangan yang lebih maju.

Belasan atau puluhan kali pertempuran kecil dan pertempuran besar antara suku Aus dan suku Khazraj ini telah membuat generasi muda bangsa Arab berfikir. Mereka telah bosan bertempur, mereka menginginkan sesuatu yang baru dan sesuatu yang akan memberikan makna, tujuan dan kehidupan yang lebih baik. Memang anak-anak muda lebih mudah untuk berubah sedangkan orang-orang tua terjebak pada paradigm lama/kuno mereka. Maka pertemuan enam orang anak muda suku Khazraj sedang melakukan ibadah Haji ke Makkah telah memberikan harapan kepada bangsa Arab untuk mencapai hidup yang lebih bermakna.

Ternyata enam orang para pemuda dari suku Khazraj yang telah kita sebut pada bagian pertama para sahabat muda dari Yathrib, bukanlah orang pertama yang telah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW di Makkah. Sebelum Nabi SAW bertemu dengan anak-anak muda dari suku Khazraj ini, ada indikasi bahwa khabar atau siar Islam telah mencapai Yathrib, jauh sebelum terjadi perang Bu’ats yang banyak menewaskan pemuka atau pemimpin kedua suku bangsa Arab Aus dan Khazraj. Hal ini terungkap dari kisah berikut.

Salah satunya adalah kisah Suwaid Ash-Shamit. Suwaid Ash-Shamit adalah salah seorang bangsawan atau kaum terpelajar dari suku Aus, dia adalah penyair dari Yathrib. Sebagaimana kita ketahui bahwa kaum musyrikin Quraisy Makkah, karena mereka tidak percaya kepada wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW, mereka kadang menyebut Beliau SAW (na’udzubillah) sebagai penyihir atau penyair. Suwaid ibn Shamit telah mendengar informasi keberadaan Nabi Muhammad SAW dari Quraisy Makkah. Jauh sebelum pertempuran Bu’ats, pada fase atau permulaan atau awal Islam, yaitu ketika Nabi SAW melakukan dakwah damai, Suwaid ibn Shamit mencari Nabi SAW pada saat melakukan Haji ke Makkah.

Suwaid ibn Shamit mengatakan, “Saya telah mendengar Anda (Nabi SAW) memiliki syair yang bagus. Barangkali yang ada padamu itu sama dengan apa yang ada padaku.” Nabi SAW menanyakan apa syair yang ada atau yang dimiliki Suwaid bin Shamit. Suwaid Ash-Shamit menjawab, “Kata-kata mutiara oleh Luqman.” Lalu Nabi Muhammad SAW mempersilahkan Suwaid Ash-Shamit membacakannya. Setelah mendengar syair Suwaid, Nabi SAW mengatakan bahwa memang itu kata-kata yang bijak. Tetapi apa yang ada pada Nabi SAW lebih utama tentunya, karena wahyu atau ayat-ayat Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk yang terang bagi ummat Manusia.

Lalu Nabi SAW membacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepada Suwaid. Suwaid ibn Shamit tertegun dan sangat terkagum dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan oleh Nabi SAW. Suwaid Ash-Shamit berkata kepada Nabi SAW, “Biarkan aku memikirkan tentang hal ini.” Karena bagi Suwaid ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan oleh Nabi SAW adalah syair yang mempunyai makna yang sangat mendalam. Suwaid ibn Shamit kembali ke Yathrib dan di tahun ketika terjadi pertempuran Bu’ats, Suwaid Ash-Shamit merupakan salah seorang yang meninggal dalam pertempuran. Di kemudian hari setelah suku Aus juga memeluk Islam, para sahabat dari suku Aus mengatakan, “Kami yakin ia (Suwaid Ash-Shamit) meninggal sebagai seorang Muslim.”

Sebelum kita tutup, perhatikan bahwa Allah SWT membuka hati orang-orang muda bangsa Arab Yathrib untuk menerima Islam karena kesombongan dan ancaman orang-orang Yahudi Yathrib seperti disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 89 di atas. Alasan lain kenapa bangsa Arab Yathrib menerima Islam adalah karena akibat pertempuran antara suku Khazraj (خزرج) suku dan Aus (أوس) selama bertahun-tahun dan pertempuran besar Bu’ats telah menewaskan banyak pemuka dan pemimpin dari kedua suku yang meninggal. Para pemuda dari kedua suku telah bosan melihat pertumpahan darah dan mereka ingin hidup yang lebih baik setelah pertempuran besar Bu’ats. Selain itu, orang-orang muda darimanapun, biasanya lebih fleksibel dan berpikiran terbuka terhadap hal-hal baru daripada orang-orang tua yang umumnya keras kepala dan kaku dalam berpikir dan tindakan mereka.

Jadi para pemuda bangsa Arab dari Yathrib ini juga akrab dengan agama yang memuja satu Tuhan saja, yang mereka lihat dan dengar dari bangsa Yahudi di Yathrib. Oleh karena itu, lebih mudah bagi mereka untuk menerima ajaran Islam. Enam orang anak muda yang mulia dari suku Khazraj ini, setelah bertemu dengan Nabi SAW dan memeluk Islam, berjanji kepada Nabi SAW bahwa mereka akan menyebarkan dakwah Islam di antara orang-orang mereka. Pertemuan ini terjadi selama tahun ke-11 dari perioda kenabian seperti yang telah kita bahas sebelumnya di bagian pertama kisah para pemuda dari Yathrib.

Demikian kita cukupkan sampaikan disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjutkan kembali episode siirah Rasulullah SAW. Kalau ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada Allah Azza waJalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.


Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.