Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ
Alhamdulillahi Rabb al’aalamiina. Sungguh hanya kepada
Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni’mat yang senantiasa
Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang
mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam (SAW) beserta
keluarga, para sahabat RA, tabi’in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam
sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua senantiasa istiqamah
menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al’aalamiin.
Insyaa Allah pada hari ini kita lanjutkan kembali siirah
Rasulullah SAW dengan episode ‘Para Sahabat Muda dari Yathrib, Bagian ke-1’. Sebagaimana
telah kita bahas sebelumnya bahwa setelah kematian Abu Thalib, Nabi SAW juga
telah kehilangan perlindungan. Awalnya Abu Lahab sebagai pengganti Abu Thalib merasa
berkewajiban untuk memberinya perlindungan yang sama tapi dalam satu atau dua
minggu dia membatalkan kembali perlindungan yang dia berikan. Setelah itu Muth’im
bin Adi menawarkan perlindungan kepada Nabi SAW sehingga Nabi SAW dapat tinggal
di Makkah.
Namun situasi seperti ini sangat aneh dan canggung, karena
suku Nabi SAW sendiri telah mencabut perlindungan kepada Beliau SAW. Sehingga
kaum Quraisy tidak senang dengan perlindungan yang diberikan oleh Muth’im bin
Adi. Tetapi, Muth’im bin Adi adalah orang yang sangat tua dan disegani. Nabi
menyadari bahwa cepat atau lambat Beliau akan kehilangan perlindungan dari Muth’im
bin Adi dan harus keluar dari Makkah. Nabi SAW mencoba berdakwah kepada
suku-suku sekitar Makkah dan Thaif, tapi para kepala suku di sekitar Makkah dan
Thaif tidak mau menerima dakwah Nabi SAW. Jadi daerah sekitar Makkah dan Thaif juga
bukan merupakan tempat yang tepat untuk dakwah agama Islam yang dibawa Nabi
Muhammad SAW saat itu.
Sementara permusuhan kaum musyrikin Quraisy kepada Nabi
SAW dan kepada para sahabat semakin meningkat. Permusuhan dan penganiayaan kaum
musyrikin Quraisy terhadap kaum Muslim terus berlanjut setelah peristiwa Israa’
dan Mi’raaj. Sehingga Nabi SAW mencoba mencari alternatif lain, yaitu dengan
cara mencari suaka atau menjadi immigrant atau pindah menjadi suku lain di luar
Makkah. Nabi SAW menghubungi setiap suku yang datang berhaji ke Makkah pada
musim hajji.
Nabi SAW berusaha menemui dan memperkenalkan diri kepada suku-suku
yang datang berhaji. Nabi SAW juga menanyakan asal suku mereka dan menanyakan
kepada mereka apakah mau memberikan sponsor untuk Nabi SAW bergabung dengan
suku mereka. Ini adalah sesuatu praktek yang dikenal oleh bangsa Arab tetapi
sangat jarang dilakukan. Bangsa Arab memiliki konsep ini, yaitu seseorang bisa
pindah atau masuk menjadi suku lain Karena pernikahan atau alasan politik. Tapi
ini jarang terjadi. Namun demikian, Nabi SAW berusaha untuk memanfaatkan konsep
ini dengan mendekati berbagai orang yang datang untuk Haji.
Sebagaimana kita ketahui bahwa ibadah haji sudah
dilakukan oleh bangsa-bangsa sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Setiap bangsa atau
negara akan mengirimkan jama’ah mereka berhaji ke Makkah. Pada musim haji, setiap
bangsa atau negara atau suku akan berkemah di Mina pada area yang berbeda yang
telah ditentunkan, hal ini tetap berlaku sampai sekarang. Jadi Nabi SAW akan
memanfaatkan fakta bahwa semua bangsa, negara atau suku datang ke Makkah untuk
berhaji, dan Nabi SAW pergi mengunjungi setiap suku di Mina untuk berdakwah
sekaligus menjajakin kemungkinan pindah menjadi suku mereka.
Nabi SAW mulai menemui setiap suku-suku atau kabilah-kabilah
bangsa Arab yang berada di Mina saat itu. Nabi SAW tidak memilih-milih apakah
suku tersebut kecil atau besar, Beliau SAW mengajak mereka memahami kebenaran
agama Islam. Nabi SAW melakukan dakwah yang sama, tidak peduli apakah
kabilah-kabilah tersebut akan menolak dakwah Beliau SAW atau akan mengusir
Beliau SAW secara kasar. Meskipun beberapa orang musyrikin Quraisy berusaha
menghasut dan menggagalkan dengan segala cara ketika mengetahui bahwa Nabi SAW
terus berdakwah kepada suku-suku di Mina.
Tetapi semua itu tidak mengubah pendirian Nabi SAW untuk
berdakwah kepada semua suku-suku yang berada di Mina. Tentu saja Nabi SAW memberikan
perhatian yang besar kepada suku-suku besar (Banu Kinah, Bani Hanifah). Ketika
Nabi SAW sedang menuju tenda salah satu suku besar tersebut, Beliau SAW melihat
sebuah suku kecil dekat Aqabah (tempat melempar Jumrah Aqabah). Nabi SAW
menghampiri mereka dan menayakan darimana mereka? Mereka mengatakan bahwa
mereka dari Khazraj. Nabi SAW berfikir sebentar tapi tidak mengetahui mereka,
Nabi SAW bertanya ‘Khazraj yang mana?’ Biasanya Nabi SAW membawa Abu Bakr RA
yang mempunyai pengetahuan yang luas tentang suku-suku bagsa Arab, tapi kali
ini Beliau SAW keluar sendiri. Nabi SAW melanjutkan, “Apakah Khazraj tetangga
orang Yahudi dari Yathrib?” Mereka menjawab, “Ya”.
Kemudian Nabi SAW berkata, “Boleh saya berbicara dengan kalian?”
Mereka menjawab, “Ya”. Nabi SAW duduk diantara mereka dan mulai berdakwah, menjelaskan
kepada mereka tentang ajaran Islam, membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, menjelaskan
tentang tauhid, memperingatkan mereka terhadap bahaya syirik dan lain-lain. Semuanya
Beliau SAW sampaikan kepada kaum Khazraj dengan gairah dan semangat yang sama
seolah-olah Nabi SAW berbicara kepada suku besar seperti Banu Hanifah, meskipun
mereka cuman enam orang tanpa tenda. Jadi mereka bukan suku yang kaya, bahkan
boleh dikatakan bahwa suku Khazraj adalah suku yang miskin. Karena suku Khazraj
terdiri dari buruh atau petani penggarap atau tukang kebun, sementara suku Aus tetangga
mereka adalah pengusaha – suku kaya.
Subhanallah, Allah menghendaki bahwa Islam akan dibantu
oleh suku miskin ini kelak, sementara Nabi SAW tidak atau belum mengetahuinya
saat itu. Ini menunjukkan kepada kita bahwa jangan pernah meremehkan setiap
kesempatan yang ada apalagi bermaksud menyepelekan kemungkinan sekecil apapun. Memang
Nabi SAW memberikan perhatian kepada suku-suku besar, tapi Beliau SAW tidak
mengabaikan suku kecil lainnya. Ketika Beliau SAW melewati Khazraj, Nabi SAW
memberikan dakwah yang sama dengan semangat yang sama kepada mereka. Sehingga
ke-enam orang dari suku Khazraj tersebut masuk Islam saat itu juga.
Mengapa ini bisa terjadi? Nabi SAW telah berdakwah kepada
banyak suku-suku kaum Quraisy. Nabi juga SAW juga sudah berdakwah kepada suku-suku
besar di sekitar Makkah dan bahkan suku-suku di Thaif. Tapi yang menerima
dakwah Nabi SAW malah suku Khazraj yang jauh di Madinah. Menurut para ulama ada
beberapa alasan. Pertama Allah menghendaki hal itu terjadi. Kedua, suku Khazraj
adalah bangsa Arab yang memiliki pengetahuan agama monoteistik karena mereka
berinteraksi dengan orang-orang Yahudi di Madinah. Sehingga mereka memahami
konsep tauhid, Nabi, hukum dan etika, doa, adanya kitab suci dari Tuhan dan lain-lain.
Sementara bangsa Arab lain tidak mengetahui tentang hal
ini. Bangsa Arab di saat itu telah melupakan ajaran Nabi Ibrahim AS ribuan
tahun yang lalu. Orang-orang Arab saat itu tidak pernah lagi mendengar tentang Nabi
apalagi wahyu. Hanya Yahudi bisa membaca dan menulis, mempunyai tempat ibadah,
tetapi suku Khazraj dan Aus di Madinah sama sekali tidak, sehingga mereka
merasa rendah diri. Yahudi suka mengolok-olok mereka dengan kenyataan seperti
itu. Apalagi seseorang tidak bisa
menjadi Yahudi meskipun orang tersebut pingin sekali menjadi Yahudi kecuali
anak dari seroang ibu Yahudi. Jadi Yahudi di Madinah turun temurun telah
menggolok-ngolok bangsa Arab di Madinah dan Yahudi mengklaim bahwa mereka
unggul dari bangsa Arab. Namun sekarang Khazraj memiliki kesempatan untuk memiliki
peradaban dengan hukum, ketertiban, ibadah dan lain lain dengan masuk Islam.
Alasan yang ketiga adalah bahwa orang-orang Yahudi selalu
membual bahwa kelak mereka akan menang melawan bangsa Arab. Yahudi mengatakan
kepada suku Aus dan Khazraj setiap kali terjadi perang saudara berlangsung
bahwa mereka pasti menang dan hanya masalah waktu. Yahudi mengatakan bahwa
mereka akan menghabisi bangsa Arab semua sampai orang terakhir jika Nabi yang
sedang mereka tunggu datang. Tapi Allah Azza waJalla berkehendak lain, karena Nabi
Muhammad SAW bukan dari bangsa Yahudi tapi dari bangsa Arab.
Jadi pada saat Nabi SAW berdakwah kepada suku Khazraj,
menjelaskan tentang Tauhid, membacakan Al-Qur'an dan lain-lain mengingatkan
para sahabat suku Khazraj akan perkataan Yahudi Madinah tentang Nabi yang
sedang mereka tunggu. Mengetahui hal ini, para sahabat dari suku Khazraj saling
berbicara satu sama lain, “Ini adalah Nabi yang sama dimana orang-orang Yahudi
telah menunggu kedatangan Beliau dari tahun ke tahun. Yahudi biasa mengatakan
kepada kita bahwa ketika Nabi ini datang, mereka akan membunuh kita semua
dengan bantuannya."
Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat ke-89: Dan
setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada
pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk
mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka
apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat
Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. (QS 2:89)
Kemudian para sahabat dari suku Khazraj berkata satu sama
lain, "Akan lebih baik bagi kita untuk percaya pada Nabi ini sebelum
orang-orang Yahudi melakukannya." Oleh karena itu para sahabat suku
Khazraj memeluk Islam saat itu juga. Waktu kembali ke Madinah, para sahabat
dari suku Khazraj ini berdakwah dengat sangat giat sekali. Nama enam orang
sahabat dari suku Khazraj ini adalah sebagai berikut:
1. Asad bin Zurarah (أسد بن زرارة) dari suku Bani
Najjar.
2. Auf bin Harits (عوف بن حارث) dari suku Bani
Najjar.
3. Rafa'a bin Malik (رافع بن مالك) dari suku Bani
Zareeq.
4. Qutbah bin Amar (قطبة بن عامر) dari suku Bani
Salma.
5. Uqbah bin Amar Nabi (عقبة بن عامر نابي)
dari suku Bani Haram.
6. Harits bin Abdullah (حارث بن عبد الله) dari suku Bani
Ubeed.
Demikian kita cukupkan sampaikan disini. Insyaa' Allah
minggu depan akan kita lanjutkan kembali episode siirah Rasulullah SAW. Kalau
ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput
dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun
kepada Allah Azza waJalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan
ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.
Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya bersaksi bahwa Muhammad SAW
adalah utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.
Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.