Sabtu, 18 Februari 2017

Para Sahabat Muda dari Yathrib, Bagian ke-1

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

Alhamdulillahi Rabb al’aalamiina. Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni’mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi’in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua senantiasa istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al’aalamiin.

Insyaa Allah pada hari ini kita lanjutkan kembali siirah Rasulullah SAW dengan episode ‘Para Sahabat Muda dari Yathrib, Bagian ke-1’. Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya bahwa setelah kematian Abu Thalib, Nabi SAW juga telah kehilangan perlindungan. Awalnya Abu Lahab sebagai pengganti Abu Thalib merasa berkewajiban untuk memberinya perlindungan yang sama tapi dalam satu atau dua minggu dia membatalkan kembali perlindungan yang dia berikan. Setelah itu Muth’im bin Adi menawarkan perlindungan kepada Nabi SAW sehingga Nabi SAW dapat tinggal di Makkah.

Namun situasi seperti ini sangat aneh dan canggung, karena suku Nabi SAW sendiri telah mencabut perlindungan kepada Beliau SAW. Sehingga kaum Quraisy tidak senang dengan perlindungan yang diberikan oleh Muth’im bin Adi. Tetapi, Muth’im bin Adi adalah orang yang sangat tua dan disegani. Nabi menyadari bahwa cepat atau lambat Beliau akan kehilangan perlindungan dari Muth’im bin Adi dan harus keluar dari Makkah. Nabi SAW mencoba berdakwah kepada suku-suku sekitar Makkah dan Thaif, tapi para kepala suku di sekitar Makkah dan Thaif tidak mau menerima dakwah Nabi SAW. Jadi daerah sekitar Makkah dan Thaif juga bukan merupakan tempat yang tepat untuk dakwah agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW saat itu.

Sementara permusuhan kaum musyrikin Quraisy kepada Nabi SAW dan kepada para sahabat semakin meningkat. Permusuhan dan penganiayaan kaum musyrikin Quraisy terhadap kaum Muslim terus berlanjut setelah peristiwa Israa’ dan Mi’raaj. Sehingga Nabi SAW mencoba mencari alternatif lain, yaitu dengan cara mencari suaka atau menjadi immigrant atau pindah menjadi suku lain di luar Makkah. Nabi SAW menghubungi setiap suku yang datang berhaji ke Makkah pada musim hajji.
   
Nabi SAW berusaha menemui dan memperkenalkan diri kepada suku-suku yang datang berhaji. Nabi SAW juga menanyakan asal suku mereka dan menanyakan kepada mereka apakah mau memberikan sponsor untuk Nabi SAW bergabung dengan suku mereka. Ini adalah sesuatu praktek yang dikenal oleh bangsa Arab tetapi sangat jarang dilakukan. Bangsa Arab memiliki konsep ini, yaitu seseorang bisa pindah atau masuk menjadi suku lain Karena pernikahan atau alasan politik. Tapi ini jarang terjadi. Namun demikian, Nabi SAW berusaha untuk memanfaatkan konsep ini dengan mendekati berbagai orang yang datang untuk Haji.

Sebagaimana kita ketahui bahwa ibadah haji sudah dilakukan oleh bangsa-bangsa sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Setiap bangsa atau negara akan mengirimkan jama’ah mereka berhaji ke Makkah. Pada musim haji, setiap bangsa atau negara atau suku akan berkemah di Mina pada area yang berbeda yang telah ditentunkan, hal ini tetap berlaku sampai sekarang. Jadi Nabi SAW akan memanfaatkan fakta bahwa semua bangsa, negara atau suku datang ke Makkah untuk berhaji, dan Nabi SAW pergi mengunjungi setiap suku di Mina untuk berdakwah sekaligus menjajakin kemungkinan pindah menjadi suku mereka.

Nabi SAW mulai menemui setiap suku-suku atau kabilah-kabilah bangsa Arab yang berada di Mina saat itu. Nabi SAW tidak memilih-milih apakah suku tersebut kecil atau besar, Beliau SAW mengajak mereka memahami kebenaran agama Islam. Nabi SAW melakukan dakwah yang sama, tidak peduli apakah kabilah-kabilah tersebut akan menolak dakwah Beliau SAW atau akan mengusir Beliau SAW secara kasar. Meskipun beberapa orang musyrikin Quraisy berusaha menghasut dan menggagalkan dengan segala cara ketika mengetahui bahwa Nabi SAW terus berdakwah kepada suku-suku di Mina.

Tetapi semua itu tidak mengubah pendirian Nabi SAW untuk berdakwah kepada semua suku-suku yang berada di Mina. Tentu saja Nabi SAW memberikan perhatian yang besar kepada suku-suku besar (Banu Kinah, Bani Hanifah). Ketika Nabi SAW sedang menuju tenda salah satu suku besar tersebut, Beliau SAW melihat sebuah suku kecil dekat Aqabah (tempat melempar Jumrah Aqabah). Nabi SAW menghampiri mereka dan menayakan darimana mereka? Mereka mengatakan bahwa mereka dari Khazraj. Nabi SAW berfikir sebentar tapi tidak mengetahui mereka, Nabi SAW bertanya ‘Khazraj yang mana?’ Biasanya Nabi SAW membawa Abu Bakr RA yang mempunyai pengetahuan yang luas tentang suku-suku bagsa Arab, tapi kali ini Beliau SAW keluar sendiri. Nabi SAW melanjutkan, “Apakah Khazraj tetangga orang Yahudi dari Yathrib?” Mereka menjawab, “Ya”.

Kemudian Nabi SAW berkata, “Boleh saya berbicara dengan kalian?” Mereka menjawab, “Ya”. Nabi SAW duduk diantara mereka dan mulai berdakwah, menjelaskan kepada mereka tentang ajaran Islam, membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, menjelaskan tentang tauhid, memperingatkan mereka terhadap bahaya syirik dan lain-lain. Semuanya Beliau SAW sampaikan kepada kaum Khazraj dengan gairah dan semangat yang sama seolah-olah Nabi SAW berbicara kepada suku besar seperti Banu Hanifah, meskipun mereka cuman enam orang tanpa tenda. Jadi mereka bukan suku yang kaya, bahkan boleh dikatakan bahwa suku Khazraj adalah suku yang miskin. Karena suku Khazraj terdiri dari buruh atau petani penggarap atau tukang kebun, sementara suku Aus tetangga mereka adalah pengusaha – suku kaya.

Subhanallah, Allah menghendaki bahwa Islam akan dibantu oleh suku miskin ini kelak, sementara Nabi SAW tidak atau belum mengetahuinya saat itu. Ini menunjukkan kepada kita bahwa jangan pernah meremehkan setiap kesempatan yang ada apalagi bermaksud menyepelekan kemungkinan sekecil apapun. Memang Nabi SAW memberikan perhatian kepada suku-suku besar, tapi Beliau SAW tidak mengabaikan suku kecil lainnya. Ketika Beliau SAW melewati Khazraj, Nabi SAW memberikan dakwah yang sama dengan semangat yang sama kepada mereka. Sehingga ke-enam orang dari suku Khazraj tersebut masuk Islam saat itu juga.

Mengapa ini bisa terjadi? Nabi SAW telah berdakwah kepada banyak suku-suku kaum Quraisy. Nabi juga SAW juga sudah berdakwah kepada suku-suku besar di sekitar Makkah dan bahkan suku-suku di Thaif. Tapi yang menerima dakwah Nabi SAW malah suku Khazraj yang jauh di Madinah. Menurut para ulama ada beberapa alasan. Pertama Allah menghendaki hal itu terjadi. Kedua, suku Khazraj adalah bangsa Arab yang memiliki pengetahuan agama monoteistik karena mereka berinteraksi dengan orang-orang Yahudi di Madinah. Sehingga mereka memahami konsep tauhid, Nabi, hukum dan etika, doa, adanya kitab suci dari Tuhan dan lain-lain.

Sementara bangsa Arab lain tidak mengetahui tentang hal ini. Bangsa Arab di saat itu telah melupakan ajaran Nabi Ibrahim AS ribuan tahun yang lalu. Orang-orang Arab saat itu tidak pernah lagi mendengar tentang Nabi apalagi wahyu. Hanya Yahudi bisa membaca dan menulis, mempunyai tempat ibadah, tetapi suku Khazraj dan Aus di Madinah sama sekali tidak, sehingga mereka merasa rendah diri. Yahudi suka mengolok-olok mereka dengan kenyataan seperti itu.  Apalagi seseorang tidak bisa menjadi Yahudi meskipun orang tersebut pingin sekali menjadi Yahudi kecuali anak dari seroang ibu Yahudi. Jadi Yahudi di Madinah turun temurun telah menggolok-ngolok bangsa Arab di Madinah dan Yahudi mengklaim bahwa mereka unggul dari bangsa Arab. Namun sekarang Khazraj memiliki kesempatan untuk memiliki peradaban dengan hukum, ketertiban, ibadah dan lain lain dengan masuk Islam.

Alasan yang ketiga adalah bahwa orang-orang Yahudi selalu membual bahwa kelak mereka akan menang melawan bangsa Arab. Yahudi mengatakan kepada suku Aus dan Khazraj setiap kali terjadi perang saudara berlangsung bahwa mereka pasti menang dan hanya masalah waktu. Yahudi mengatakan bahwa mereka akan menghabisi bangsa Arab semua sampai orang terakhir jika Nabi yang sedang mereka tunggu datang. Tapi Allah Azza waJalla berkehendak lain, karena Nabi Muhammad SAW bukan dari bangsa Yahudi tapi dari bangsa Arab.

Jadi pada saat Nabi SAW berdakwah kepada suku Khazraj, menjelaskan tentang Tauhid, membacakan Al-Qur'an dan lain-lain mengingatkan para sahabat suku Khazraj akan perkataan Yahudi Madinah tentang Nabi yang sedang mereka tunggu. Mengetahui hal ini, para sahabat dari suku Khazraj saling berbicara satu sama lain, “Ini adalah Nabi yang sama dimana orang-orang Yahudi telah menunggu kedatangan Beliau dari tahun ke tahun. Yahudi biasa mengatakan kepada kita bahwa ketika Nabi ini datang, mereka akan membunuh kita semua dengan bantuannya."

Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat ke-89: Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. (QS 2:89)

Kemudian para sahabat dari suku Khazraj berkata satu sama lain, "Akan lebih baik bagi kita untuk percaya pada Nabi ini sebelum orang-orang Yahudi melakukannya." Oleh karena itu para sahabat suku Khazraj memeluk Islam saat itu juga. Waktu kembali ke Madinah, para sahabat dari suku Khazraj ini berdakwah dengat sangat giat sekali. Nama enam orang sahabat dari suku Khazraj ini adalah sebagai berikut:
1. Asad bin Zurarah (أسد بن زرارة) dari suku Bani Najjar.
2. Auf bin Harits (عوف بن حارث) dari suku Bani Najjar.
3. Rafa'a bin Malik (رافع بن مالك) dari suku Bani Zareeq.
4. Qutbah bin Amar (قطبة بن عامر) dari suku Bani Salma.
5. Uqbah bin Amar Nabi (عقبة بن عامر نابي) dari suku Bani Haram.
6. Harits bin Abdullah (حارث بن عبد الله) dari suku Bani Ubeed.

Demikian kita cukupkan sampaikan disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjutkan kembali episode siirah Rasulullah SAW. Kalau ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada Allah Azza waJalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.


Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.