Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ
Alhamdulillahi Rabb al’aalamiina. Sungguh hanya kepada
Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni’mat yang senantiasa
Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang
mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam (SAW) beserta
keluarga, para sahabat RA, tabi’in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam
sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua senantiasa istiqamah
menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al’aalamiin.
Insyaa Allah pada hari ini kita lanjut pembahasan atau
sharing bagian kedua dari kalimatul haq untuk tujuan bathil atau kebathilan.
Dimana pada bagian pertama telah kita bahas bahwa hanya Allah SWT yang
mengetahui dengan pasti niat sebenarnya dari seseorang yang melakukan perbuatan
(tulisan dan/atau ucapan), apakah untuk tujuan yang benar atau salah meskipun
menggunakan kalimat, ucapan dan/atau perbuatan yang baik sesuai syariah Islam.
Kita ummat Islam tidak ada yang mengetahui selain yang tampak, yang ‘kelihatan’
baik melalui atau dengan panca indra maupun dengan ilmu pengetahuan (perkiraan
berdasarkan data masa lalu tentang sipelaku sendiri) dan/atau tujuan atau hasil
dari perbuatan merela.
Apa yang bisa kita ketahui/lihat dari pembahasan
kalimatul haq untuk tujuan bathil ini? Seperti yang telah kita sebutkan pada
bagian pertama bawa si pelaku dapat kita ketahui apakah dia Muslim atau
non-muslim, tapi kita juga tidak bisa mengetahui apakah sipelaku betul-betul
Muslim atau cuman mengaku muslim ketika bersama orang beriman dan berteman
dengan atau membantu orang-orang kafir dalam memusuhi Islam. Karena Allah Azza
waJalla berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat ke-8: Di antara manusia ada yang
mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” padahal mereka itu
sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman (QS 2:8).
Jadi kalau musuh-musuh Islam atau orang-orang yang
memusuhi ummat Islam dengan nyata, mengatakan sesuatu dari Al-Qur’an atau
Hadits, atau membantu membangun masjid atau memberi infaq atau sadaqah atau
hibah untuk ummat Islam, maka sikap kita ummat Islam adalah seperti apa yang di
ajarkan oleh Nabi SAW kepada para sahabat ketika setan memberi tahukan faidah
ayat ke-255 surat Al-Baqarah kepada Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW berkata,
“Benar apa yang dikatakannya, padahal dia pendusta, dia setan.” Apa yang mereka
lakukan atau ucapkan benar sesuai syari’at Islam, namun mereka adalah
musuh-musuh Islam, seperti setan adalah musuh ummat Islam, mana ada musuh Islam
berbuat baik kepada ummat Islam? Kalau ada musuh Islam yang berbuat baik kepada
ummat Islam, tentu dia tidak mempunyai niat yang baik. Meskipun mereka katakan
bahwa mereka berniat baik, tetap saja mereka non-muslim (kafir) sampai mereka
beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW.
Dalam salah satu episode dari siirah Rasulullah SAW,
beberapa hari sebelum berakhirnya bulan suci Rajab, Nabi SAW dari Madinah Al-Munawwarah
mengirim beberapa orang sahabat yang dipimpin oleh Abdullah bin Jash dalam
expedisi Nakhlah, yang terletak antara Riyadh (Nejd) dan Ta'if. Nabi SAW
memberi perintah dalam sepucuk surat yg harus dibuka setelah dua hari
perjalanan dari Madinah. Tetapi karena ada anggota rombongan yang ingin mencari
tunggangan (unta) mereka yang hilang, maka Abdullah bin Jash memutuskan untuk
membuka surat perintah Nabi SAW sebelum dua hari perjalanan berlalu.
Ternyata perintah Nabi SAW dalam surat tersebut adalah
untuk mengamati pergerakan pasukan kaum musyrikin di Nakhlah. Merasa tugas
tersebut dapat dilakukan dengan sedikit orang maka Abdullah bin Jash
mengizinkan beberapa orang berpisah untuk mencari unta yang hilang tersebut.
Tetapi mereka yang mencari unta malah ditawan oleh kaum musyrikin Quraisy.
Sementara Abdullah bin Jash dan rombongan meneruskan perjalanan ke Nakhlah.
Setelah sampai di Nakhlah, disana mereka melihat kafilah
musyrikin Quraisy lewat membawa barang dagangan. Mereka akhirnya membicarakan apakah
hendak memerangi musyrikin Quraisy atau tidak. Mereka bingung, karena jika
membiarkan kafilah musyrikin Quraisy itu berlalu pada saat itu, mereka akan
kehilangan kesempatan untuk merebut harta Quraisy sebagai ganti dari harta
mereka yang dirampas dulu ketika hijrah. Dan jika memerangi mereka, berarti
mereka melakukan perang di bulan suci, Rajab. Akan tetapi mereka akhirnya terdorong
untuk memerangi kafilah musyrikin Quraisy dan berhasil membunuh 'Amr
al-Hadlramiy (pemimpin kafilah), menawan dua orang musyrikin dan memperoleh
harta rampasan perang yang banyak.
Ketika kembali ke Madinah dan menyerahkan satu perlima
rampasan perang itu kepada Rasulullah SAW, mereka ditolak. Rasulullah SAW tidak
mau menerima pemberian itu dan menilai buruk perbuatan mereka. Sabda Rasulullah
SAW, “Aku tidak memerintahkan kalian untuk perang di bulan suci.” Kaum
musyrikin Quraisy juga mengetahui peristiwa penyerangan pasukan Abdullah bin
Jash di bulam suci Rajab ini. Kaum musyrikin Quraisy bahkan mulai
mengolok-ngolok kaum Muslim telah membunuh di bulan suci yang dilarang
melakukan perperangan. Dimana larangan ini, telah ada sejak zaman Nabi Ibrahim
AS.
Meskipun para sahabat telah salah membunuh di bulan suci,
tetapi Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa apa yang telah dilakukan musyrikin
Quraish terhadap kaum Muslim jauh lebih salah atau lebih besar dosanya. Firman
Allah Azza wa Jalla: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan
Haram. Katakanlah: Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk)
Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya)
di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh.
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan
kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa
yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka
mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS 2:217)
Jadi betul – kalimatul haq – bahwa para sahabat yang dipimpin
oleh Abdullah bin Jash dalam expedisi Nakhlah telah melanggar larangan Allah,
yaitu berperang pada bulan suci Rajab sebagai salah satu dari 4 bulan yang
diharamkan untuk berperang dan membunuh. Tetapi lihatlah, apa yang telah
dilakukan kaum musyirikin Quraisy terhadap kaum Muslim, mereka menghalangi
manusia untuk memeluk agama Islam, mereka manganiaya para sahabat yang telah
memeluk agama Islam, bahkan mereka tidak segan membunuh para sahabat yang bukan
dari suku Quraisy hanya Karena mereka menyembah Allah. Perbuatan yang telah
dilakukan oleh kaum musyrikin Quraisy terhadap Muslim ini, jauh lebih besar
dosanya disisi Allah Azza waJalla.
Coba kita lihat kembali kepada kondisi ummat Islam
sekarang ini. Meskipun banyak perbuatan atau perkataan mereka (musuh-musuh
Islam) yang merupakan fitnah yang tidak berdasar tetapi ada beberapa perkataan
atau perbuatan yang berdasarkan kalimatul haq. Salah satunya, seperti perkataan
auliyaa (أَوْلِيَاءِ)
pada surat Al-Maidah ayat 51, beberapa ahli tafsir memang betul menterjemahkan
kata auliyaa sebagai teman atau penolong. Tetapi mereka (musuh-musuh Islam)
menggunakan kalimatul haq (terjemahan auliyaa sebagai teman atau penolong
tersebut) untuk tujuan yang bathil, mereka (musuh-musuh Islam) menzhalimi ummat
Islam dan memecah belah ummat Islam.
Jadi tujuan mereka (musuh-musuh Islam) adalah bathil. Terlihat
atau terbukti bahwa selama mereka berkuasa banyak kerusakan yang mereka
timbulkan kepada ummat Islam, sebaliknya banyak kebaikan yang mereka
(musuh-musuh Islam) dapat. Musuh-musuh Islam telah menghalangi ummat Islam
datang ke Masjid untuk berdo'a dan shalat. Bahkan mereka juga mengerahkan
segala upaya untuk mencegah ummat Islam datang melakukan shalat jum'at
berjama'ah di lapangan. Musuh-musuh Islam telah mengusir (menggusur) ummat
Islam dari rumah-rumah mereka. Dosa-dosa mereka ini, dihadapan Allah jauh lebih
besar dibandingkan kesalahan yang mereka tuduhkan atau alamatkan kepada para
ulama kita.
Bagaimana kita ummat Islam yang mayoritas dapat
mempercayai apa yang mereka katakan, meskipun menggunakan kalimatul haq, kalau
mereka sendiri telah ingkar kepada Allah, mereka tidak percaya kepada perintah
Allah, mereka telah melanggar larangan Allah, bahkan mereka telah menantang
kepada kekuasaan Allah Azza waJalla. Sungguh celaka kalau ada orang yang
mengaku muslim tapi masih mempercayai apa yang dituliskan, dikatakan atau
diucapkan bahkan diperbuat oleh musuh-musuh Islam terhadap para ulama dan ummat
Islam.
Meskipun kita mengetahui mereka adalah orang-orang kafir,
tapi kita ummat Islam telah terlena dengan tipu daya mereka. Tapi Allah Azza
waJalla masih sayang kepada ummat Islam dengan membongkar semua tipu daya
mereka (musuh-musuh Islam). Allah SWT menunjukkan kepada kita bahwa mereka
tidak henti-hentinya menzhalami ummat Islam. Allah SWT menunjukkan kepada kita
bahwa mereka gembira melihat ummat Islam hancur. Allah SWT menunjukan kepada
kita bahwa kebencian mereka kepada ummat Islam sangat nyata. Setelah mengetahui
atau melihat tujuan bathil mereka (musuh-musuh Islam), belum terlambat buat
kita ummat Islam untuk kembali bersatu, berjama’ah dan konsisten untuk mencari
Ridha Allah Azza waJalla.
Firman Allah Azza waJalla dalam surat Ali-Imran ayat
ke-118: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang
menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami
terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (QS 3:118)
Imam Mazhab Syafi’i berkata: “Nanti di akhir zaman akan
banyak Ulama yang membingungkan ummat, sehingga ummat bingung memilih mana
Ulama Warasatul Anbiya (penerus para Nabi) dan mana ulama suu' (jahat) yang
menyesatkan ummat.” Lantas bagaimana kita mengetahui Pengikut Kebenaran di
zaman yang penuh fitnah ini? Imam Syafi’i menjelaskan: “Perhatikanlah
panah-panah musuh (ditujukan kepada siapa), maka akan menunjukimu siapa
‘Pengikut Kebenaran’. Ikutilah ulama yang dibenci kaum kafir, kaum munafiq, dan
kaum fasik. Dan jauhilah ulama yang disenangi kaum kafir, kaum munafiq, dan
kaum fasik, karena ulama suu’ akan menyesatkanmu, menjauhimu dari Ridha
Allah.”
Sebelum kita tutup, ummat Islam harus ingat Firman Allah
SWT dalam Al-Qur'an surat As Saff ayat 8 berikut: Mereka (musuh-musuh Islam)
ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah
(justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".
(QS 61:8). Sebaliknya ummat Islam harus berjihad (sungguh-sungguh) untuk menyampaikan
kalimatul haq kepada pemimpin atau pemerintahan yang zhalim (HR musnad Amad No.
4001, Tirmidzhi No. 2100 dan lain-lain).
Demikian kita cukupkan sampaikan disini. Insyaa' Allah
minggu depan akan kita lanjutkan kembali episode siirah Rasulullah SAW. Kalau
ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput
dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun
kepada Allah Azza waJalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan
ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.
Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya bersaksi bahwa Muhammad SAW
adalah utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.
Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.