Sabtu, 11 Februari 2017

Kalimatul Haq untuk Tujuan Bathil, Bagian ke-2

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

Alhamdulillahi Rabb al’aalamiina. Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni’mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi’in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua senantiasa istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al’aalamiin.

Insyaa Allah pada hari ini kita lanjut pembahasan atau sharing bagian kedua dari kalimatul haq untuk tujuan bathil atau kebathilan. Dimana pada bagian pertama telah kita bahas bahwa hanya Allah SWT yang mengetahui dengan pasti niat sebenarnya dari seseorang yang melakukan perbuatan (tulisan dan/atau ucapan), apakah untuk tujuan yang benar atau salah meskipun menggunakan kalimat, ucapan dan/atau perbuatan yang baik sesuai syariah Islam. Kita ummat Islam tidak ada yang mengetahui selain yang tampak, yang ‘kelihatan’ baik melalui atau dengan panca indra maupun dengan ilmu pengetahuan (perkiraan berdasarkan data masa lalu tentang sipelaku sendiri) dan/atau tujuan atau hasil dari perbuatan merela.

Apa yang bisa kita ketahui/lihat dari pembahasan kalimatul haq untuk tujuan bathil ini? Seperti yang telah kita sebutkan pada bagian pertama bawa si pelaku dapat kita ketahui apakah dia Muslim atau non-muslim, tapi kita juga tidak bisa mengetahui apakah sipelaku betul-betul Muslim atau cuman mengaku muslim ketika bersama orang beriman dan berteman dengan atau membantu orang-orang kafir dalam memusuhi Islam. Karena Allah Azza waJalla berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat ke-8: Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman (QS 2:8).

Jadi kalau musuh-musuh Islam atau orang-orang yang memusuhi ummat Islam dengan nyata, mengatakan sesuatu dari Al-Qur’an atau Hadits, atau membantu membangun masjid atau memberi infaq atau sadaqah atau hibah untuk ummat Islam, maka sikap kita ummat Islam adalah seperti apa yang di ajarkan oleh Nabi SAW kepada para sahabat ketika setan memberi tahukan faidah ayat ke-255 surat Al-Baqarah kepada Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW berkata, “Benar apa yang dikatakannya, padahal dia pendusta, dia setan.” Apa yang mereka lakukan atau ucapkan benar sesuai syari’at Islam, namun mereka adalah musuh-musuh Islam, seperti setan adalah musuh ummat Islam, mana ada musuh Islam berbuat baik kepada ummat Islam? Kalau ada musuh Islam yang berbuat baik kepada ummat Islam, tentu dia tidak mempunyai niat yang baik. Meskipun mereka katakan bahwa mereka berniat baik, tetap saja mereka non-muslim (kafir) sampai mereka beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW.

Dalam salah satu episode dari siirah Rasulullah SAW, beberapa hari sebelum berakhirnya bulan suci Rajab, Nabi SAW dari Madinah Al-Munawwarah mengirim beberapa orang sahabat yang dipimpin oleh Abdullah bin Jash dalam expedisi Nakhlah, yang terletak antara Riyadh (Nejd) dan Ta'if. Nabi SAW memberi perintah dalam sepucuk surat yg harus dibuka setelah dua hari perjalanan dari Madinah. Tetapi karena ada anggota rombongan yang ingin mencari tunggangan (unta) mereka yang hilang, maka Abdullah bin Jash memutuskan untuk membuka surat perintah Nabi SAW sebelum dua hari perjalanan berlalu.

Ternyata perintah Nabi SAW dalam surat tersebut adalah untuk mengamati pergerakan pasukan kaum musyrikin di Nakhlah. Merasa tugas tersebut dapat dilakukan dengan sedikit orang maka Abdullah bin Jash mengizinkan beberapa orang berpisah untuk mencari unta yang hilang tersebut. Tetapi mereka yang mencari unta malah ditawan oleh kaum musyrikin Quraisy. Sementara Abdullah bin Jash dan rombongan meneruskan perjalanan ke Nakhlah.

Setelah sampai di Nakhlah, disana mereka melihat kafilah musyrikin Quraisy lewat membawa barang dagangan. Mereka akhirnya membicarakan apakah hendak memerangi musyrikin Quraisy atau tidak. Mereka bingung, karena jika membiarkan kafilah musyrikin Quraisy itu berlalu pada saat itu, mereka akan kehilangan kesempatan untuk merebut harta Quraisy sebagai ganti dari harta mereka yang dirampas dulu ketika hijrah. Dan jika memerangi mereka, berarti mereka melakukan perang di bulan suci, Rajab. Akan tetapi mereka akhirnya terdorong untuk memerangi kafilah musyrikin Quraisy dan berhasil membunuh 'Amr al-Hadlramiy (pemimpin kafilah), menawan dua orang musyrikin dan memperoleh harta rampasan perang yang banyak.

Ketika kembali ke Madinah dan menyerahkan satu perlima rampasan perang itu kepada Rasulullah SAW, mereka ditolak. Rasulullah SAW tidak mau menerima pemberian itu dan menilai buruk perbuatan mereka. Sabda Rasulullah SAW, “Aku tidak memerintahkan kalian untuk perang di bulan suci.” Kaum musyrikin Quraisy juga mengetahui peristiwa penyerangan pasukan Abdullah bin Jash di bulam suci Rajab ini. Kaum musyrikin Quraisy bahkan mulai mengolok-ngolok kaum Muslim telah membunuh di bulan suci yang dilarang melakukan perperangan. Dimana larangan ini, telah ada sejak zaman Nabi Ibrahim AS.                        

Meskipun para sahabat telah salah membunuh di bulan suci, tetapi Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa apa yang telah dilakukan musyrikin Quraish terhadap kaum Muslim jauh lebih salah atau lebih besar dosanya. Firman Allah Azza wa Jalla: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS 2:217)  

Jadi betul – kalimatul haq – bahwa para sahabat yang dipimpin oleh Abdullah bin Jash dalam expedisi Nakhlah telah melanggar larangan Allah, yaitu berperang pada bulan suci Rajab sebagai salah satu dari 4 bulan yang diharamkan untuk berperang dan membunuh. Tetapi lihatlah, apa yang telah dilakukan kaum musyirikin Quraisy terhadap kaum Muslim, mereka menghalangi manusia untuk memeluk agama Islam, mereka manganiaya para sahabat yang telah memeluk agama Islam, bahkan mereka tidak segan membunuh para sahabat yang bukan dari suku Quraisy hanya Karena mereka menyembah Allah. Perbuatan yang telah dilakukan oleh kaum musyrikin Quraisy terhadap Muslim ini, jauh lebih besar dosanya disisi Allah Azza waJalla.                    

Coba kita lihat kembali kepada kondisi ummat Islam sekarang ini. Meskipun banyak perbuatan atau perkataan mereka (musuh-musuh Islam) yang merupakan fitnah yang tidak berdasar tetapi ada beberapa perkataan atau perbuatan yang berdasarkan kalimatul haq. Salah satunya, seperti perkataan auliyaa (أَوْلِيَاءِ) pada surat Al-Maidah ayat 51, beberapa ahli tafsir memang betul menterjemahkan kata auliyaa sebagai teman atau penolong. Tetapi mereka (musuh-musuh Islam) menggunakan kalimatul haq (terjemahan auliyaa sebagai teman atau penolong tersebut) untuk tujuan yang bathil, mereka (musuh-musuh Islam) menzhalimi ummat Islam dan memecah belah ummat Islam.

Jadi tujuan mereka (musuh-musuh Islam) adalah bathil. Terlihat atau terbukti bahwa selama mereka berkuasa banyak kerusakan yang mereka timbulkan kepada ummat Islam, sebaliknya banyak kebaikan yang mereka (musuh-musuh Islam) dapat. Musuh-musuh Islam telah menghalangi ummat Islam datang ke Masjid untuk berdo'a dan shalat. Bahkan mereka juga mengerahkan segala upaya untuk mencegah ummat Islam datang melakukan shalat jum'at berjama'ah di lapangan. Musuh-musuh Islam telah mengusir (menggusur) ummat Islam dari rumah-rumah mereka. Dosa-dosa mereka ini, dihadapan Allah jauh lebih besar dibandingkan kesalahan yang mereka tuduhkan atau alamatkan kepada para ulama kita.

Bagaimana kita ummat Islam yang mayoritas dapat mempercayai apa yang mereka katakan, meskipun menggunakan kalimatul haq, kalau mereka sendiri telah ingkar kepada Allah, mereka tidak percaya kepada perintah Allah, mereka telah melanggar larangan Allah, bahkan mereka telah menantang kepada kekuasaan Allah Azza waJalla. Sungguh celaka kalau ada orang yang mengaku muslim tapi masih mempercayai apa yang dituliskan, dikatakan atau diucapkan bahkan diperbuat oleh musuh-musuh Islam terhadap para ulama dan ummat Islam.                      

Meskipun kita mengetahui mereka adalah orang-orang kafir, tapi kita ummat Islam telah terlena dengan tipu daya mereka. Tapi Allah Azza waJalla masih sayang kepada ummat Islam dengan membongkar semua tipu daya mereka (musuh-musuh Islam). Allah SWT menunjukkan kepada kita bahwa mereka tidak henti-hentinya menzhalami ummat Islam. Allah SWT menunjukkan kepada kita bahwa mereka gembira melihat ummat Islam hancur. Allah SWT menunjukan kepada kita bahwa kebencian mereka kepada ummat Islam sangat nyata. Setelah mengetahui atau melihat tujuan bathil mereka (musuh-musuh Islam), belum terlambat buat kita ummat Islam untuk kembali bersatu, berjama’ah dan konsisten untuk mencari Ridha Allah Azza waJalla.

Firman Allah Azza waJalla dalam surat Ali-Imran ayat ke-118: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.  (QS 3:118)

Imam Mazhab Syafi’i berkata: “Nanti di akhir zaman akan banyak Ulama yang membingungkan ummat, sehingga ummat bingung memilih mana Ulama Warasatul Anbiya (penerus para Nabi) dan mana ulama suu' (jahat) yang menyesatkan ummat.” Lantas bagaimana kita mengetahui Pengikut Kebenaran di zaman yang penuh fitnah ini? Imam Syafi’i menjelaskan: “Perhatikanlah panah-panah musuh (ditujukan kepada siapa), maka akan menunjukimu siapa ‘Pengikut Kebenaran’. Ikutilah ulama yang dibenci kaum kafir, kaum munafiq, dan kaum fasik. Dan jauhilah ulama yang disenangi kaum kafir, kaum munafiq, dan kaum fasik, karena ulama suu’ akan menyesatkanmu, menjauhimu dari Ridha Allah.”  

Sebelum kita tutup, ummat Islam harus ingat Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat As Saff ayat 8 berikut: Mereka (musuh-musuh Islam) ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". (QS 61:8). Sebaliknya ummat Islam harus berjihad (sungguh-sungguh) untuk menyampaikan kalimatul haq kepada pemimpin atau pemerintahan yang zhalim (HR musnad Amad No. 4001, Tirmidzhi No. 2100 dan lain-lain).

Demikian kita cukupkan sampaikan disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjutkan kembali episode siirah Rasulullah SAW. Kalau ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada Allah Azza waJalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.


Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.