Minggu, 15 Januari 2017

Perjalanan Israa’ dan Mi’raaj, Bagian ke-5

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

Alhamdulillahi Rabb al’aalamiina. Sungguh hanya kepada Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni’mat yang senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam (SAW) beserta keluarga, para sahabat RA, tabi’in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang masa dimanapun berada. Semoga kita semua senantiasa istiqamah menegakkan agama Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al’aalamiin.

Insyaa Allah pada hari ini kita kembali melanjutkan sharing tentang siirah Rasulullah SAW dengan episode Perjalanan Israa’ dan Mi’raaj bagian ke-5. Sebelumnya pada saat di Sidratul Muntaha, di bawa Arsy Allah Azza waJalla, Nabi Muhammad SAW telah menerima perintah Shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam. Nabi Muhammad SAW juga telah menyaksikan begitu banyak tanda-tanda kekuasaan Allah yang Maha Besar dan yang Maha Agung yang tidak dapat dijelaskan dengan perbendaharaan kata atau Bahasa yang ada. 

Di dalam beberapa hadits, begitu banyak peristiwa yang terjadi dalam perjalanan Israa’ dan Mi’raaj Rasulullah SAW ini. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tidak ada yang mencatat secara detail dan kronologis semua persitiwa-peristiwa tersebut. Para Ulama mencoba merekonstruksi perstiwa-perstiwa yang terjadi selama perjalan Israa’ dan Mi’raaj dari Nabi Muhammad SAW dengan menghubungkan antara ahadits (jamak dari kata hadits) tersebut sesuai dengan kaidah ilmu hadits. 

Begitu juga dengan ahadits mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perjalanan Israa’ wal Mi’raaj. Mayoritas Ulama berpendapat bahwa peristiwa-peristiwa tersebut terjadi setelah tujuan utama dari perjalanan Israa’ wal Mi’raaj tersebut yaitu ‘beraudiensi’ meneriwa wahyu perintah Shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam. Jadi perjalanan Israa’ dari Baitullah ke Baitul Maqdis terjadi dalam waktu yang cepat dan Mi’raaj Nabi SAW ke langit ke-7 kemudian ke Sidratul Muntaha juga terjadi dalam waktu yang singkat. Dengan demikian peristiwa-peristiwa yang tidak mendukung tujuan utama Israa’ wal Mi’raaj serta menyita waktu terjadi setelah tujuan utama terjadi. 

Catatan pinggir bahwa kalau dianalogikan seperti seseorang dipanggil menghadap Raja atau Presiden, tentu dengan bersegera orang tersebut datang langsung secepatnya, tanpa membuang waktu untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan pangillan menghadap penguasa tersebut. Setelah setelah bertemu dengan penguasa tersebut, barulah dia punya waktu atau selera untuk plesir atau melihat-lihat. Itupun tergantung dari hasil pertemuan dengan penguasa tersbut. Kalau pertemuan tersebut adalah untuk promosi atau pemberian hadiah tentu dia masih berselera untuk plesir setelah pertemuaan tersebut, tetapi tidak sebaliknya.

Jadi setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT, Malaikat Jibril AS membawa turun Nabi SAW kembali ke Masjid Aqsa. Dalam perjalanan kembali ke Masjid Aqsa inilah, Nabi Muhammad SAW banyak melihat atau menyaksikan peristiwa-peristiwa yang disebutkan dalam ahadits terutama tentang Surga dan Neraka. Nabi SAW melihat dua sungai yang Zahir (kasat mata) di Surga yaitu sungai Nil dan Furat (فرات). Nabi SAW juga melihat dua sungai yang Bathin (ghaib) di surga yaitu sungai Kautsar (الكوثر) dan As-Salsabil (السلسبيل).

Nabi Ibrahim AS menceritakan kepada Nabi Muhammad SAW tentang keadaan Surga. Nabi Ibrahim AS berkata, “Suruhlah ummatmu memperbanyak tanaman Surga Karena tanahnya baik kawasannya luas.” Rasulullah SAW bertanya, “Apa itu tanaman Surga?” Nabi Ibrahim AS menjawab, “Laa haula walaa quwwata illa billahi.” Di dalam riwayat lain Nabi SAW berkata, “Ucapkanlah olehmu Subhnallah, Alhamdulillah, Laa ilaaha illallah dan Allahu Akbar. Maka setiap bacaan tersebut akan menumbuhkan satu pohon di Surga bagimu.”

Nabi SAW juga melihat atau menyaksikan orang-orang calon penghuni Neraka diazab. Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku dinaikkan ke lagit (dimi'rajkan), aku melewati suatu kaum yang kuku mereka terbuat dari tembaga, kuku itu mereka gunakan untuk mencakar muka dan dada mereka. Aku lalu bertanya, Wahai Jibril, siapa mereka itu? Jibril AS menjawab, Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan merusak kehormatan mereka.”

Di dalam hadits riwayat lain Nabi SAW juga melihat calon penghuni Neraka diazab. Rasulullah SAW bersabda, “Pada malam aku di-isra`kan aku melewati sekelompok orang yang mulut mereka dipotong dengan gunting dari Neraka.” Sahabat RA bertanya, “Siapakah mereka?” Nabi SAW menjawab, “Mereka adalah para khatib di dunia yang memerintahkan manusia untuk melaksanakan kebajikan sementara mereka melupakan diri mereka sendiri, padahal mereka membaca Al-Kitab, maka apakah mereka tidak berakal.”

Di dalam hadits riwayat lain bahwa Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Malaikat penjaga Neraka. Nabi SAW berkata, “Jibril AS berkata, Wahai Muhammad SAW, ini adalah Malaikat penjaga api Neraka, berilah salam kepadanya! Maka akupun menoleh kepadanya (Malaikat penjaga Neraka), namun Malaikat penjaga Neraka segera mendahauluiku memberi salam.”

Jadi dalam perjalanan turun kembali ke Baitul Maqdis, Nabi Muhammad SAW benar-benar telah melihat banyak sekali ayat-ayat Allah dan keajaiban-keajaiban yang begitu besar seperti yang disebutkan pada ayat ke-18 surat An-Najam. Sesungguhnya Nabi SAW telah melihat pada malam itu sebagian tanda-tanda kekuasaan Azza waJalla yang paling besar, yang paling agung.

Ketika Nabi SAW mencapai Masjidil Aqsa, Beliau SAW melepaskan Buraq dari ikatannya dan menunggang Buraq kembali ke Majidil Haram. Di perjalanan dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram ini Nabi SAW melihat kafilah kaum Quraisy yang pulang berdagang dari Syam. Kafilah tersebut kehilangan salah satu unta milik mereka dan Nabi SAW membantu menemukannya. Nabi SAW merasa haus dan Beliau SAW minum air dari wadah kafilah kaum Quraisy tersebut.

Nabi SAW sampai di Masjidil Haram sebelum waktu subuh dan Nabi SAW ketiduran di Hathim atau Hijir Ismail. Ketika Nabi SAW bangun dan selesai menunaikan Shalat subuh, sesuai dengan sifat manusia, Beliau SAW sangat khawatir. Nabi SAW bertanya-tanya bagaimana caranya menyampaikan kepada Ummat dan kaum musyrikin Quraisy tentang perjalanan malam Israa’ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Nabi SAW khawatir mereka akan menolaknya. 

Catatan pinggir bahwa kaum musyrikin Quraisy sering melontarkan tuduhan bathil kepada Rasulullah SAW dengan tujuan agar manusia menjauhi Nabi SAW. Kaum musyrikin Quraisy menuduh Nabi SAW (na’udzubillah) gila; Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila.  (QS 15:6). Kaum musyrikin Quraisy menuduh Nabi SAW (na’udzubillah) sebagai tukang sihir atau terkena sihir dan berbuat dusta; Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta". (QS 38:4). 

Catatan pinggir lagi bahwa kaum Quraisy Makkah sudah biasa melakukan perjalanan “Li-iilaafi quraisyin” yaitu berdagang ke Syam pada musim panas dan ke Yaman pada musim dingin (QS 106:1-2). Perjalanan kafilah dagang kaum Quraisy ini sudah berjalan turun temurun setiap tahun. Mereka kaum musyrikin Quraisy mengetahui dengan pasti bahwa perjalanan Makkah ke Syam memakan waktu sekitar sebulan perjalanan dengan unta, begitu juga perjalanan Syam ke Makkah memakan waktu yang kurang lebih sama.

Jadi Nabi SAW sangat khawatir sekali atas penolakan kaum musyrikin Quraisy tentang perjalanan semalam Israa’ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa ini. Lalu beliau duduk menyendiri dengan kesedihan. Pada saat Nabi SAW sedang berfikir bagaimana cara menyampaikannya, kebetulan Abu Jahal lewat dan melihat Nabi SAW dengan mimik yang sangat khawatir. Abu Jahal dengan nada mengejek, “Ada sesuatu yang terjadi?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya.” Abu Jahal bertanya, “Apa itu?” Beliau SAW menjawab, “Aku telah diisra`kan tadi malam.” Abu Jahal bertanya, “Kemana?” Beliau SAW menjawab, “Ke Baitul Maqdis.” Abu Jahal bertanya lagi, “Kemudian pagi ini engkau telah berada di tengah-tengah kami?” Beliau SAW menjawab, “Ya.” 

Abu Jahal tidak memperlihatkan bahwa dirinya sedang mendustakan (menolak) Nabi SAW khawatir Nabi SAW menolak menceritakannya jika Abu Jahal memanggil kaum Quraisy mendengarkan cerita tersebut dari Nabi SAW langsung. Abu Jahal berkata, “Bagaimana menurutmu jika aku memanggil kaummu lalu engkau ceritakan kepada mereka apa yang telah engkau ceritakan kepadaku?” Beliau menjawab, “Baik.” Maka Abu Jahal berseru, “Wahai sekalian Bani Ka’ab bin Lu’ai!” 

Maka kaum Quraisy berdatangan dan berkerumun di sekeliling tempat Nabi SAW dan Abu Jahal berada tersebut. Kemudian Abu Jahal berkata kepada Nabi Muhammad SAW, “Ceritakan kepada kaummu seperti apa yang telah engkau ceritakan kepadaku.” Maka Rasulullah SAW berkata, “Sesungguhnya aku di isra`kan tadi malam.” Mereka bertanya, “Kemana?” Beliau SAW menjawab, “Ke Baitul Maqdis.” Mereka berkata, “Kemudian kamu pagi-pagi sudah berada di tengah-tengah kami?” Beliau SAW menjawab, “Ya.” 

Diantara mereka (kaum musyrikin Quraisy) ada yang bertepuk tangan dan ada juga meletakkan tangannya di kepala karena terkesima sebagai bentuk pendustaan (penolakan) mereka terhadap apa yang diceritakan Rasulullah SAW. Nabi SAW juga mengatakan kepada mereka tentang kafilah kaum Quraisy yang Beliau temui dalam perjalanan. Dimana berdasarkan perhitungan waktu perjalanan, maka kafilah tersebut sudah memasuki Makkah pada waktu itu. Kafilah Quraisy tersebut bersaksi bahwa pernyataan Nabi SAW adalah benar.

Kemudian mereka (kaum Quraisy) berkata kepada Nabi SAW, “Apakah kamu bisa memberikan gambaran kepada kami tentang kondisi Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa)? Karena diantara kaum Quaraisy ada yang telah mengadakan perjalanan ke negri tersebut dan telah melihat Masjidil Aqsa. Rasulullah SAW mulai menjelaskan tentang Masjidil Aqsa dan menjawab beberapa pertanyaan seputar Masjidil Aqsa. Ketika Nabi SAW mulai mendapatkan pertanyaan yang yang Beliau SAW tidak ketahui, Allah menayangkan gambaran Masjidil Aqsa di depan mata Nabi SAW dan Beliau menjawab semua pertanyaan dari kaum musyrikin Quraisy. Sehingga akhirnya mereka berkata, “Demi Allah, penggambaran dia (terhadap Masjidil Aqsa) sangatlah tepat.”

Orang-orang yang masih menyangsikan cerita Nabi SAW tersebut lalu mendatangi Abu Bakar RA dan berkata kepadanya, “Temanmu mengklaim bahwa ia melakukan perjalanan pada malam hari dari Masjidil-Haram ke Masjidil Aqsa pulang pergi.” Abu Bakar RA bertanya kepada mereka, “Apakah benar-benar Nabi SAW yang mengatakan?” Mereka mengatakan, “Ya, memang benar.” Abu Bakar RA berkata, “Maka Nabi SAW telah mengatakan yang sebenarnya (kepada kalian).” Sejak hari itu Abu Bakr RA kemudian dikenal sebagai Ash-Shiddiq (الصديق). Di sisi lain, kaum musyrikin Makkah tetap membantah Nabi SAW meskipun mereka melihat/mendengar banyak bukti dan konfirmasi dari kalangan sendiri.

Demikian kita cukupkan sampaikan disini. Insyaa' Allah minggu depan akan kita lanjutkan kembali episode siirah Rasulullah SAW. Kalau ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun kepada Allah Azza waJalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.

Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.