Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ
Alhamdulillahi Rabb al’aalamiina. Sungguh hanya kepada
Allah SWT saja kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni’mat yang senantiasa
Allah limpahkan kepada kita semua. Salawat dan salam kepada tauladan yang
mulia, Nabi dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam (SAW) beserta
keluarga, para sahabat RA, tabi’in, tabiut tabiahum dan kepada ummat Islam sepanjang
masa dimanapun berada. Semoga kita semua senantiasa istiqamah menegakkan agama
Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al’aalamiin.
Insyaa Allah pada hari ini kita lanjut siirah Rasulullah
SAW dengan episode bai’at yang dilakukan oleh para Sahabat RA dari Yatsrib kepada
Rasulullah SAW. Setelah keenam orang anak muda yang telah masuk Islam tersebut
(Asad, Rafa’a, Auf, Qutbah, Harits dan Jabir) kembali ke Yatsrib (Madinah). Para
sahabat ini lalu menyiarkan Islam kepada penduduk Yatsrib, kepada suku dan tetangga
mereka. Mereka menceritakan bahwa di Makkah ada Nabi Muhammad SAW, yaitu Rasul atau
utusan Allah Azza waJalla. Ternyata bangsa Arab di Yatsrib menyambut dengan
senang hati dakwah agama Islam oleh enam orang Sahabat RA ini. Dengan demikian
mereka bangsa Arab di Yatsrib menjadi kaum monotheis seperti orang-orang Yahudi
di Yatsrib. Tidak ada satu keluargapun, baik Aus atau Khazraj, yang tidak membicarakan
nama Nabi Muhammad SAW.
Pada musim hajji tahun berikutnya, tahun ke-12 dari
kenabian, duabelas orang penduduk Yatsrib datang lagi ke Makkah dan bertemu
dengan Nabi SAW. Dari dua belas orang itu, dua orang dari golongan Aus dan
sepuluh orang dari golongan Khazraj. Adapun nama-nama mereka adalah sebagai berikut:
1. Asad bin Zurarah (أسد بن زرارة) dari suku Bani
Najjar.
2. Auf bin Harits (عوف بن حارث) dari suku Bani
Najjar.
3. Rafa'a bin Malik (رافع بن مالك) dari suku Bani
Zareeq.
4. Qutbah bin Amar (قطبة بن عامر) dari suku Bani
Salma.
5. Uqbah bin Amar Nabi (عقبة بن عامر نابي)
dari suku Bani Haram.
Kelima orang tersebut di atas semua dari suku Khazraj, telah
bertemu dengan Nabi SAW di bukit Aqabah tahun ke-11 kenabian.
Tujuh orang lainnya adalah:
6. Mu'adz bin al-Harits (معاذ بن الحارث) dari suku Khazraj.
7. Zhakwan bin Abd Al-Qais (زكوان بن عبد القيس)
dari suku Khazraj.
8. Ubadah bin Samit (عبادة بن صامت) dari suku Khazraj.
9. Yaziid bin Tsa'labah (يزيد بن ثعلبة) dari suku Khazraj.
10. Abbas bin Ubadah (عباس بن عبادة) dari suku Khazraj.
11. Abul Haitham bin At-Taihan (أبو الهيثم بن التيهان)
dari suku Aus.
12. Uwaim bin Saidah (عويم بن ساعدة) dari suku Aus.
Dua belas orang penduduk Yatsrib yang datang ke Makkah
ini, semuanya sudah memeluk Islam, terutama yang tujuh orang yang baru masuk
Islam sebelum mereka bertemu dengan Nabi SAW. Nabi SAW berkata kepada para
sahabat ini agar mengambil janji atau bersumpah atau berbai’at kepada Nabi SAW
pada saat itu. Secara garis besar, isi bai’at dua belas orang Sahabat RA ini
kepada Nabi SAW adalah sebagai berikut:
1. Kami tidak akan menyembah siapa pun kecuali Allah.
2. Kami tidak akan mencuri.
3. Kami tidak akan melakukan perzinahan.
4. Kami tidak akan membunuh anak-anak kami.
5. Kami tidak akan salah menuduh atau memfitnah orang.
6. Kami tidak akan menentang Rasulullah SAW dalam perbuatan baik (amar
ma’ruf) dan hanya menyebabkan.
Perihal bai’at yang pertama ini, dapat kita lihat dalam
hadits Nabi SAW. Rasulullah SAW di hadapan sekelompok shahabat bersabda:
Kemarilah kalian berbai'at kepadaku, untuk tidak menyekutukan Allah dengan
suatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian,
tidak berbuat dosa yang didatangkan diantara tangan-tangan dan kaki-kaki
kalian, tidak mendurhakaiku dalam perkara yang ma'ruf. Siapa diantara kalian
yang menunaikannya maka baginya pahala di sisi Allah, dan siapa yang
melanggarnya lalu Allah menghukumnya di dunia ini maka hukuman itu sebagai
tebusan, dan siapa yang melanggarnya lalu Allah menutupinya di dunia ini maka
perkaranya terserah kepada Allah. Jika Dia menghendaki, akan disiksanya dan
jika Dia menghendaki akan diampuinya (di akhirat). (HR Shahih Bukhari No. 17)
Ubadah RA mengatakan bahwa ummat Islam mengambil janji
dengan Nabi SAW dan para sahabat dari Yatsrib ini meminta Beliau SAW untuk
mengirim guru. Nabi SAW mengirim Mus'ab bin Umair RA kepada atau bersama dua
belas orang sahabat ini ke Yatsrib sebagai da’i pertama keluar Makkah. Mus’ab
bin Umair RA juga merupakan duta atau utusan Nabi SAW pertama. Mus’ab bin Umair
RA di Yatrib tinggal bersama atau di rumah Asad bin Zurarah RA, salah seorang
dari enam anak muda yang bertemu Nabi SAW pertama kali. Mus’ab bin Umair RA dan
Asad bin Zurarah RA menyampaikan ajaran Islam kepada penduduk Yatsrib dengan
penuh semangat. Penduduk Yatsrib dan kedua belas orang sahabat yang melakukan
bai’at pertama dengan Nabi SAW menyambut dakwah Islam dengan sangat antusias.
Jadi dua belas orang anak muda dari Yatsrib yang
melakukan bai’at pertama kali kepada Nabi SAW ini berasal dari suku Khazraj dan
Aus. Hal ini menandakan bahwa para anak muda baik dari suku Aus maupun suku
Khazraj tampaknya telah melupakan permusuhan dalam perang Bu’ats yang telah
terjadi sebelumnya. Untuk pertama kalinya antara suku Aus dan Khazraj melupakan
perang dan permusuhan mereka dan bersatu dalam agama Islam. Tidak pernah
sebelumnya kedua belah pihak (Aus dan Khazraj) bersatu dalam hal apapun. Para
sahabat juga melihat bahwa untuk pertama kalinya Islam akan memperkuat ikatan
dan menyatukan mereka dari suku Aus dan Khazraj.
Catatan bahwa pada kunjungan kedua dari anak muda Yatsrib
atau pada bai’at pertama dari sepuluh anak muda dari suku Khazraj dan dua orang
anak muda dari suku Aus, terjadi setelah perang Bu’ats, yaitu perang besar yang
menyebabkan banyak korban dari para sesepuh dan meninggal bekas ‘luka’ yang
dalam kepada kedua suku. Namun demikian, persatuan antara para sahabat muda
dari suku Aus dan suku Khazraj ini merupakan langkah awal yang sangat
menentukan. Pada saat bai’at pertama dengan Rasulullah SAW terjadi, memang baru
dua orang dari suku Aus dan sepuluh dari suku Khazraj. Tetapi perjalanan jauh
mereka dari Yatsrib ke Makkah dan kebersamaan dalam membai’at Nabi SAW menunjukkan
tekad kuat mereka menerima risalah Islam. Memang masih akan memakan waktu cukup
lama bagi mereka untuk bersatu sepenuhnya. Namun Islam, perlahan tapi pasti akan
mempersatukan mereka sepenuhnya.
Para Ulama juga mencatat bahwa bai’at para sahabat Yatsrib
dengan Nabi SAW ini adalah bai’at pertama kalinya secara resmi dengan penduduk
diluar Makkah. Pertemuaan ini juga merupakan awal atau pertama kalinya orang
masuk Islam secara berkelompok, bukan orang perorang. Pada umumnya, setiap kali
seseorang masuk Islam, maka orang tersebut memberikan sumpah atau kesaksian
atau bersyahadat dihadapan Nabi SAW sambil menempatkan tangannya di atas tangan
Nabi SAW, namun hal ini tidak disebut sebagai bai’at secara resmi. Seorang
sahabat, yaitu Ubadah bin Samit RA mengatakan bahwa bai’at yang pertama yang
dilakukan oleh duabelas orang para sahabat dari Ythrib ini disebut bai’at pertama
Aqabah.
Di dalam hadits shahih Muslim No. 3224, Ubadah Ibnu Samit
berkata bahwa Rasulullah SAW pernah mengambil sumpah setia kepada kami
sebagaimana beliau mengambil sumpah setia terhadap kaum wanita, yaitu;
hendaknya kami tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri,
tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kami, dan tidak melemparkan kedustaan
antara satu dengan yang lain. Berdasarkan hadits ini, bai’at pertama yang
dilakukan oleh para sahabat RA dari Yatsrib ini disebut juga sebagai bai’at
perempuan atau bai’at un-nisa.
Bai’at perempuan adalah bai’at yang tidak memiliki atau
melibatkan aspek politik. Bai’at perempuan hanya sumpah agama, sumpah secara teologi
dan moralitas. Karena ketika seorang perempuan masuk Islam, Nabi SAW hanya
meminta mereka untuk menjalani hidup yang baik dan menyembah Allah. Jadi sumpah
ini disebut “Bai’at Perempuan” karena tidak ada aspek politik, para sahabat
dari Yatsrib tidak diminta untuk melindungi Nabi SAW secara politik atau secara
keamanan, jihad dan lain-lain. Jadi saat Bai’at pertama Aqabah ini dilakukan,
Nabi SAW hanya meminta para sahabat menjadi Muslim yang baik dan menyembah
Allah Azza waJalla saja. Jadi Nabi SAW belum mewajibkan zakat, haji dan puasa
kepada ummat Islam saat itu.
Demikian kita cukupkan sampaikan disini. Insyaa' Allah
minggu depan akan kita lanjutkan kembali episode siirah Rasulullah SAW. Kalau
ada yang salah, itu semua berasal dari saya sebagai makhluk yang tidak luput
dari salah, tolong dikoreksi semua kesalahan tersebut. Saya memohon ampun
kepada Allah Azza waJalla atas semua kesalahan dan kekhilafan dalam tulisan
ini. Semua yang benar berasal dan milik Allah yang Maha Mengetahui.
Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Saya bersaksi bahwa Muhammad SAW
adalah utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.
Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.
Wassalam